Sepanjang perjalanan menuju rumah Fandi, Rania cukup fokus dalam mengendarai motor milik sang ibu, meskipun dia tidak terbiasa mengendarainya.
Jarak rumahnya dengan rumah Fandi cukup jauh, ingat dia harus sampai di rumah itu selama 1 jam lebih.
Rumah Fandi ...
Motor Raina, terparkir rapi di rumah sederhana milik Fandi.
Dia turun dari motor dan berjalan menuju pintu utama, setelah itu, dia mengetuk pintunya.
"Fan?" ucap Rania sambil mengetuk pintu.
"Ya!"
Ada suara seorang pria yang mirip Fandi, saat pria itu membuka pintu ternyata benar itu memang Fandi.
"Fan, bos dimana?" tanya Rania.
"Ada di kamarku, dia sudah bangun tetapi sama sekali tidak mau makan," jawab Fandi.
Raina terlihat iba dengan sang bos sehingga dia masuk ke dalam kamar Fandi untuk melihat kondisi bos Kim.
...
Kamar Fandi ...
Dia membuka pintu kamar Fandi, disertai Fandi yang ada di belakangnya.
"Bos?" panggil Raina.
Namun, panggilan itu tidak membuat sang bos menoleh.
"Bawa nampan ini, beri dia makan," bisik Fandi.
"Tapi, kau temani aku ya?" ucap Raina.
"Aku tidak bisa, aku ada kencan dengan gadisku, kau di sini bersamanya. Tenang saja, ada temanku kebetulan dia sedang dalam masalah dengan keluarga jadi tidur di rumahku."
"Rumahmu ini tempat penampungan ya?"
"Hehehe, anggap saja iya. Sorry, aku pergi dulu."
"Ya, aku akan mengabari jika ada sesuatu yang aneh dengan bos," ucap Raina.
"Siap, atau tidak kau minta tolong dengan temanku yang ada di kamar sebelah!"
"Ya, aku tahu kau tidak mau diganggu!"
"Haha, ya seperti itu juga boleh. Aku pergi dulu ya jaga bos baik-baik."
"Iya, berisik sekali."
Fandi perlahan keluar dari kamarnya lalu segera meluncur menuju rumah sang kekasih.
Sedangkan Rania, masih berada di kamar Fandi sambil merayu sang bos untuk makan sup serta minum air penambah energi, khas buatan Fandi.
"Bos, makan dulu ya?" ucap Raina.
"Aku tidak mau," jawab bos lirih.
"Bos, jangan seperti itulah! Nanti kalau aku sakit bagaimana? aku repot lho, kalau bos tidak fokus dengan pekerjaan dan memikirkan hal lain, nanti bagaimana restoran? aku tidak bisa menghindar sendirian bos! bos makan dulu ya?" jelas Raina mencoba untuk merayu bosnya agar mau sarapan pagi ini.
"Aku tidak mau makan, aku tidak lapar," jawab bos Kim masih jual mahal dengan sikapnya yang sangat keras kepala.
Raina masih berjuang keras karena sang pos adalah tumpuan utama restoran, jika bos Kim sampai tidak mau meneruskan bisnis dari kedua orang tuanya, akan banyak orang yang menganggur serta kehilangan pekerjaannya karena restoran akan ditutup.
"Bos, aku ingin menceritakan sesuatu kepada bos, apakah bos mau mendengarkan?" tanya Raina.
Dia tidak yakin sang bos mau menjawab apa yang dia tanyakan, tapi Raina nekat.
"Bos, dulu aku pernah menyukai seseorang, dia tidak pernah menganggapku. Dia hanya memikirkan wanita lain daripada aku sehingga aku sendiri pun merasa tidak berarti, ini juga salahku karena belum mengungkapkan apa yang aku rasakan kepadanya. Namun, rasanya sangat sakit ketika dia bersama dengan wanita yang dianggap sebagai kekasih hatinya. Setelah itu, aku menyadari bahwa ada satu hal yang tidak bisa aku lakukan yaitu, merubah perasaan orang terhadapku, merubah prasangka orang terhadapku serta tidak mampu memaksakan kehendak. Bos, posisimu dan posisiku memang tidak sama, tetapi aku merasa bos harus benar-benar rela dengan kepergian kekasih bos bersama pria lain. Nanti, akan ada ganti yang lebih baik dari wanita yang sudah meninggalkan bos itu."
Raina menunjukkan jurusnya, dia menceritakan kisah hidupnya yang mengenaskan kepada bos Kim, agar sang bos mau mendengarkan apa yang dia katakan.
"Huft, dia sama sekali tidak menoleh, seharusnya aku menyadari bahwa bos itu memang keras kepala dan tidak usah diperhatikan saja," batin Raina.
Ketika Raina merasa putus asa, tiba-tiba saja sang bos menoleh dan membalikkan badannya.
"Raina, aku ingin makan masakan itu dan suapi aku," ucap bos Kim.
Raina merasa berhasil dengan jurus jitunya itu dan segera melakukan apa yang dikatakan oleh sang bos.
"Nah, kalau begini kan enak, bos kenyang aku pun tidak pusing," ucap Raina.
Perlahan tapi pasti, Raina menyuapi sang bos sesendok demi sesendok.
Bos Kim hanya diam saja, tetapi Raina bersyukur karena Kim mau sarapan serta meminum minuman penambah energi buatan temannya, sepuluh menit berlalu, sang bos sudah selesai makan dan dia mengatakan sesuatu yang membuat Raina terkejut.
"Raina, terima kasih karena kau sudah menemaniku di saat kekalutan melanda, aku minta padamu jangan pergi. Tolong temani aku sampai aku benar-benar terlelap," pinta bos Kim.
"Oke bos!"
Raina merasa senang karena apa yang dia lakukan terhadap bos Kim berhasil, kini dia hanya perlu menunggu sang bos untuk beristirahat.
Dua puluh menit kemudian, bos Kim sudah tidur, Raina merasa senang dan lega.
"Yes, saatnya pulang."
Sang gadis pergi, tak lupa menyelimuti tubuh itu sampai dada.
Raina mengambil nampan berisi piring dan gelas yang sudah kosong karena sang bos minum dan makan dengan sangat lahap.
Kini dia bisa pergi.
Dia berjalan perlahan keluar dari kamar Fandi, tapi saat dia melangkah keluar dari kamar itu tiba-tiba saja ada seorang pria yang menegurnya.
"Woy gadis aneh."
"Astaga!"
Raina segera menutup pintu kamar Fandi, lalu memarahi pria yang mengagetkannya.
"Heh! apa kau tidak tahu jika bos ku sedang sakit? kenapa kau mengagetkanku? aku sudah susah payah menyuapinya makan dan menunggu dia tidur, sampai dia bangun awas kau!"
Raina benar-benar emosi dengan pria yang tidak tahu aturan yang berdiri di depannya itu.
"Haha, kau ini seperti petasan saja, sekali di pancing langsung meledak kemana-mana!"
"Hm, aku tidak punya waktu untuk berdebat denganmu. Aku mau pulang sekarang, bye!"
"Tunggu! aku masih ingin menanyakan beberapa hal kepadamu," pinta sok kenal tetapi sangat menyebalkan itu.
Dia ingin menarik lengan sekaligus kemudian ditepis begitu saja.
"Heh, dasar tidak sopan! memangnya apa yang ingin kau tanyakan?" ucap Raina dengan nada kasar, ya sudah bersabar sejak tadi tetapi melakukan hal yang di luar batas sampai ingin menarik lengannya.
"Aku pria yang ada di bawah pohon, aku berniat ingin kamu tetapi tiba-tiba pergi! apakah kau sudah ingat denganku?" jelas sang pria dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
Raina memperhatikan wajah itu dan ternyata memang benar, pria itu yang kemarin berada di bawah pohon saat hujan.
"Astaga, kenapa kau mengikuti aku?"
"Aku tidak mengikuti kau, tetapi justru dirimu yang mengikuti aku. Buktinya, kau ada di rumah temanku!"
"Ha? Fandi temanmu?"
"Iya, kita sahabatan sejak lama tetapi baru berapa hari ini bertemu karena aku ada urusan dengannya."
"Haha, sangat mengesankan ketika Fandi memiliki teman menyebalkan sepertimu, apakah aku harus senang? harus bersikap baik terhadapmu? tidak akan! sorry, aku harus pulang ke rumah karena ada urusan! aku jaga bos ku! nanti sore aku datang lagi karena ibuku sedang repot, aku ingin membantunya bersih-bersih rumah!"
"Ya, terserah kau saja tetapi kau harus membagi nomor ponsel kepadaku."
"Ih, kau mengambil kesempatan dalam kesempitan ya?''
"Aku tidak seperti itu, jika kau meninggalkan aku sendirian dengan bosmu, lalu ketika bosmu mencarimu bagaimana? kalau terjadi apa-apa dengannya aku harus lapor dengan siapa?"
Raina, tidak mau terjadi apapun dengan bos Kim karena pasti akan merugikan kehidupannya di masa depan terutama karirnya di restoran milik sang bos.
"Oke, aku akan memberikan nomor ponsel kepadamu. Mana ponselmu, aku akan menulis di sana dan menyimpan nomorku."
"Ini."
Sang gadis menerima ponsel itu lalu menyimpan nomornya, sang pria menatap wajah Raina dengan senyum manisnya.
"Ini, ponselmu! woy! kenapa senyum-senyum?" tanya Raina.
Saat suara Raina begitu, sang pria lalu menyadari bahwa dia terpesona dengan wajah gadis yang sangat manis.
"Oh ya, oke. Maaf, aku sedang menatap wajah yang sangat manis itu," jawab si pria terdengar menggoda.
"Basi! sudah ya? nanti kau hubungi aku ketika terjadi sesuatu kepada bos ku, bye!"
Raina membalikkan badan dan segera pergi tetapi pria itu kembali memanggilnya.
"Tunggu!" teriak sang pria.
Raina menoleh," Apa lagi?"
"Namaku Ayus, namamu siapa?"
"Rahasia!"
Sang gadis segera pergi dari tempat itu agar tidak dipanggil terus-menerus, Ayus tersenyum dan mengatakan," Dia sangat manis, baik dan sangat sopan."
Sang pria bernama Ayus sepertinya sudah merasa nyaman dengan sang gadis tapi belum tahu siapa namanya.
"Aku tanya Fandi saja nanti," ucap Ayus sambil berjalan menuju dapur.
Dia ingin mengembalikan nampan berisi piring dan gelas yang baru saja digunakan oleh bos Kim.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments