Sesampainya di rumah ...
Sang gadis sudah berada di depan rumahnya, dia merasa aman karena sang ibu tidak akan banyak mengomel.
Sang ibu terlihat membuka pintu dan melipat tangan di dada.
"Baru pulang? pergi kemana saja?" tanya sang ibu yang selalu curiga dengan anak gadis yang selalu tertib pulangnya, hanya saja ketika telat karena hujan, pasti selalu ada dramanya setelahnya.
Persis seperti saat ini.
"Ibu, aku baru pulang dan mencoba untuk tetap menjadi gadis kecil itu. Kenapa aku tidak disuruh masuk ke dalam rumah? ibu bahkan mengetahui jika aku tidak suka dengan hujan, tetapi masih saja membiarkan aku berada di bawah gerimis yang mengundang."
Sang putri protes terus menerus karena terlihat seperti anak pungut.
"Ya Tuhan, ibu hanya merasa kau sangat aneh dengan baju hujan itu, kau jarang mengenakannya, kenapa sekarang di pakai?"
Sang ibu sebenarnya hanya menggoda anaknya, dia sudah lama tak melihat anak gadisnya cemberut. Sang putri terlalu ceria selama ini dan ibunya tidak terlalu suka.
"Astaga ibu!"
"Haha, ibu hanya bercanda, ayo masuk ke dalam. Ibu sudah menyiapkan sop ayam kesukaanmu," pinta nyonya Mery.
"Aku sudah makan tadi," cetus sang putri.
"Oh, jadi kau berkhianat pada ibumu? padahal ibu sudah capek membuat sop ayam, kau jajan di luar. Sungguh tak berperasaan."
"Haha, aku hanya bercanda ibuy, kenapa ibu sangat sensitif!"
"Aku kesal karena kau selalu tertawa. Kapan kau sedih? sepanjang hidup ibu, ibu belum pernah melihatmu merasa susah."
Sang ibu heran, anak gadisnya selalu bisa menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, nyonya Mery merasa takut akan semua ini.
Dia merasa takut jika sang putri tiba-tiba depresi dan tidak ia ketahui, laporan apa yang akan nyonya Mery sampaikan pada sang suami jika ini terjadi?
Sungguh, menjaga anak sekuat Raina yang sangat benci hujan itu terlalu sulit, bahkan rumit, ini menurut ibunya yang terlalu memikirkan masa depan yang terkadang masih abu-abu.
"Aku sebenarnya ini anak ibu atau bukan ya? kenapa di biarkan di luar? apa aku tidak boleh masuk?"
"Masuk saja, tapi bayar lima puluh ribu," ucap nyonya Mery sambil menahan tawanya.
Dia masuk ke dalam rumah dengan suka cita.
"Ih, kenapa Tuhan membiarkan aku menjadi anak nya Mery. Aku ingin protes kepadamu Tuhan!"
Dengan perasaan kesal, sang putri lalu berjalan menuju garasi. Dia mendorong motornya.
Setelah sampai di garasi, dia membiarkan motor itu di sana dan masuk melalui pintu belakang.
Dia melihat sang ibu sudah standby di meja makan.
"Bu, aku mandi dulu, tunggu jangan makan dulu."
"Dulu dulu terus, kalau ngomong yang bener."
"Dulu dulu dulu, wek!"
"Dasar anak durhakim, dibilangin ngeyel."
Raina masa bodoh dengan perkataan sang ibu, dia memilih untuk masuk ke dalam kamarnya.
Beberapa menit kemudian ...
"Wah! segar sekali. Aku merasa lapar."
Raina keluar dari kamarnya sambil menatap sang ibu yang membawa jas hujannya.
"Kenapa jas hujan ini bolong?" tanya sang ibu.
"Tadi tersangkut ranting pohon mungkin, tidak terlalu penting bu, aku ingin makan," jawab Raina sambil berjalan menuju meja makan.
Dia mengambil nasi dan lauk yang tersedia.
Sang ibu sepertinya sudah lelah memprotes Raina. Dia duduk di samping sang putri dan hanya menatap wajah Raina saja.
"Ibu tidak makan?" tanya Raina.
"Ibu ingin bertanya kepadamu," ucap nyonya Mery.
"Tanya apa?"
Nyonya Mery terlihat memberikan sambal terasi dua sendok penuh, dia paham jika anak gadisnya sangat suka dengan rasa pedas membahana.
"Bosmu itu dari korea ya?" Sang ibu mulai kepo sepertinya.
"Iya, kenapa"
"Kenal paman goblin tidak?"
"Astaga, ada apa memangnya? mau minta tanda tangan? atau apa?"
"Ibu mau minta pedangnya om goblin."
"Bu, aku tahu ibu suka drama korea, tetapi jangan lebay. Itu hanya di drakor kan, kenapa sekarang minta pedangnya?"
"Ih, drakornya sudah selesai, tapi cinta ibu pada om goblin tidak terhapus begitu saja."
"Hasyah!"
Sang putri tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh ibunya yang absurd itu, bagaimana tidak, dia kan sangat menyebalkan.
Selama ini selalu menganggu dirinya, bahkan sang ibu terkesan seperti bocah.
Ini tidak terlalu buruk, biasanya sang ibu ingin Raina membawa bos Kim pulang ke rumah agar bisa pamer di sosmed, dia akan menggunakan caption om goblin kw 23 karat.
Makanya Raina tidak memperbolehkan ibunya bermain ponsel miliknya, karena nyonya Mery pasti akan berbuat hal yang tidak-tidak dengan ponsel miliknya.
Selain takut sang bos akan ikut kata-kata sang ibu yang pandai merayu, dia juga takut. Ayahnya akan marah, kan diam-diam setiap hari, sang putri selalu memantau ibunya yang kekanak-kanakan itu.
Kadang juga seru, tapi banyak sebelnya.
"Ibu, masakan ibu sangat lezat, ini loh, lihatlah! semangkuk penuh nasi dan sop ayam sudah aku lahap dengan semangat."
"Iya, ibu tahu."
"Loh, kenapa lagi?"
"Aku sebenarnya bosan di rumah karena ayahmu ada di luar kota, kapan ya pulangnya. Masak iya, satu tahun baru ketemu."
Sang ibu sangat tersiksa dengan rindu yang menggebu.
Dia tak mampu menahan rasa cinta yang membuncah pada suaminya.
Sang ayah pernah mengatakan kepada sang putri bahwa saat mengandung Raina, sang ibu baru berusia sembilan belas tahun dan dia sedang menikmati masa mudanya. Namun, karena dia hamil, terpaksa menjadi orang tua.
Ibu dan ayah Raina menikah karena perjodohan, sang ayah berusia 30 tahun sedangkan nyonya Mery baru berusia 18 tahun.
Untung saja ayah Raina adalah seorang ayah yang sabar, jadi tidak terlalu membosankan.
Bahkan sang suami sangat memahami karakter istrinya.
Hingga ayah Raina harus berada dalam pilihan yang cukup sulit, dia mendapatkan panggilan dari kantor pusat dan di minta bekerja di sana.
Raina tidak masalah, tetapi ibunya yang bermasalah.
Sang ibu, meminta banyak hal agar bisa di tinggal.
Memang sangat manja orang tua satu ini, peran Raina justru menjadi ibu dan ibu menjadi Raina.
Ini adalah hal yang setiap hari Raina alami.
Sang ibu cenderung lebih santai dan suka bercanda, tapi juga mudah marah.
Mudah sedih juga, seperti saat ini. Nyonya Mery terlihat murung karena rindu suaminya.
"Ayah akan pulang nanti, kan dua hari lagi ulang tahun ibu," ucap Raina memberikan dukungan agar sang ibu tidak down karena jauh dari suami.
"Hm, hadiah sajalah."
"Orangnya tidak perlu datang."
"Jangan seperti itu dong, kan ibu sayang ayah?"
"Hm, ibu cuci piring dulu ya? kau tidurlah, meskipun besok libur, kau harus tidur lebih awal," pinta sang ibu, masih saja murung.
"Tidak bisa di biarkan, harus segera ditindaklanjuti!
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments