*CHAPTER 5*
***
Selamat pagi mentari yang masih sembunyi. Selamat pagi mendung pagi. Selamat pagi untuk diri ini. Menyemangati diri sendiri menjadi kebiasaannya setiap hari.
Ruby sudah berteriak minta perutnya untuk diisi. Semalam Elsa menginap, tadi pagi langsung pulang karena lupa membawa data penjualan yang harus ia berikan pagi ini.
Reina sudah mulai membaik. Kondisi tubuhnya sudah bisa diajak kerja sama untuk kembali mencari rupiah hari ini. Dan kesembuhannya menjadi campur tangan Elsa, yang dengan susah payah harus membujuknya untuk banyak makan dan mau minum obat.
Hari ini Reina berangkat dengan outfit santai seperti biasanya, rambut yang ia ikat sedikit berantakan, menjadikan anak rambutnya masih ada yang jatuh di sekitar matanya. Ia cukup ceria untuk hari ini. Entahlah, mungkin semangat kerjanya sedang membara.
Toko juga sangat ramai, dan Reina senang akan hal itu. Beberapa anak kecil sudah ramai mengantri untuk dapat giliran mendapat permen gratis setiap pembelian roti di hari Minggu.
Sampai setengah harinya, Reina yang sedang memakai jam istirahatnya merasa hari ini tidak selelah biasanya. Hari ini seperti sangat ringan dibandingkan dengan hari sebelumnya. Terlepas dari tidak hadirnya Jo, Reina tidak memperdulikan itu.
Reina kembali menyeruput jus mangga yang masih tersisa sedikit lagi. Jam istirahatnya tinggal sepuluh menit lagi. Ia masih menunggu Elsa yang pergi ke toilet lama sekali, biasanya hanya untuk melapisi dandanannya.
Mereka makan di kedai yang berseberangan dengan toko roti tempatnya bekerja. Dari kejauhan, Reina dapat melihat tokonya sudah kembali ramai. Hari Minggu memang menjadi hari yang paling sibuk.
Elsa kembali dengan dandanan yang sempurna. Ia tertawa geli ketika melihat Reina yang mencibirnya dengan wajah pura-pura marah.
Mereka kembali masuk ke dalam toko, memakai apron, dan memasang senyum manis mereka. Reina kembali ke meja etalase depan, kini gilirannya melayani pembeli sekaligus menjadi kasir bagi para pengunjung.
Akhirnya sudah mulai berkurang, di pukul tiga sore Reina baru bisa merasa lega. Setidaknya ia baru merasa lelah karena harus berdiri tiga jam lamanya.
Elsa keluar dari ruangan Pak Hans dengan wajah tak bisa ditebak. Reina menghampirinya, ikut duduk di sebelah gadis yang kini sedang merapihkan poninya.
"Gimana, El? Aman kan?"
"Aman gimana, aku dari tadi itu belum jadi presentasikan data ini. Pak Hans sibuk sekali dengan teleponnya."
Reina tertawa kecil, tangannya mengusap pelan pundak Elsa, "Sabar aja, El, dia kan orang penting, jadinya begitu deh, selalu sibuk dan ada saja pekerjaannya."
Elsa kemudian menaruh kembali data yang sudah ia pegang ke dalam tasnya. Ia kemudian berpamitan untuk kembali ke pantry.
Suara bel pengunjung berbunyi lagi, Reina kembali bersiap berdiri. Seorang anak menghampirinya dengan senyum, yang Reina balas dengan senyuman tak kalah manis dan lambaian tangannya. "Hai, ada yang bisa aku bantu?" ucapnya ramah.
"Kakak, aku mau ini," anak kecil itu memberikan sebuah potongan kertas kecil, yang berisikan tulisan tangan,
1 buah roti caramel
1 cup coffee latte (low sugar)
Tulisan ini. Seperti mirip dengan tulisan seseorang. Tapi tidak mungkin. Pasti ini karena Jo yang sudah kembali masuk beberapa hari ini, menjadikan pikiran Reina selalu disangkutkan dengan lelaki itu.
Tulisan ini bisa saja mirip dengan tulisan ribuan orang di dunia. Lagi pula anak kecil ini mana mungkin mengenal Jo. Sepengetahuan Reina, Jo tidak memiliki saudara kecil seperti anak ini. Mungkin saja ini tulisan kedua orang tuanya.
"Okee, Kakak siapkan dulu ya. Ini permen buat kamu. Semoga hari Minggumu menyenangkan ya. Jangan lupa selalu belajar," katanya lagi sebelum meninggalkan hadapan anak itu dan mulai menyiapkan pesanannya.
Semuanya telah siap didalam paper bag sedang yang disusun rapi untuk sang pelanggan. Lalu terpikirkan dengan cokelat yang ada di dalam tasnya. Daripada tidak termakan, lebih baik diberikan kepada anak lucu itu pikirnya. Reina kemudian menambahkan coklat itu ke dalam paper bag, dan menuliskan pada sebuah notes,
'Have a nice day -Reina,' tulisnya
"Pesananmu siap meluncur, Tuan Kecil. Terimakasih sudah datang. Jangan lupa selalu tersenyum ya."
"Terimakasih, Kakak. Daah." Reina membalasnya dengan senyuman dan balasan lambaian tangannya.
***
Jo menunggu di samping persimpangan jalan. Tangannya masuk ke dalam jaket yang tidak terlalu tebal. Sejak pagi sudah mendung tapi tidak kunjung turun hujan. Cuaca Jakarta memang selalu membingungkan.
Saat sedang asik memainkan ponselnya, sebuah tangan kecil muncul di hadapannya, memberikan bingkisan paper bag berukuran sedang sesuai pesanannya. Mulutnya tersenyum sambil memakan permen tangkai yang ia dapat entah darimana.
"Hei, makasih ya, kamu baik banget," Jo mensejajarkan tubuhnya dengan anak itu, tangannya terangkat untuk mengusap rambutnya.
"Sama-sama, Kak, aku senang setiap harus kesana pada hari Minggu, karena kakak cantik pasti selalu memberikanku ini setiap kali kesana," jawabnya semangat sambil menunjukkan setangkai permen yang kini sudah akan habis.
"Yasudah kalau begitu, ini Kakak berikan untuk membeli permen lagi ya. Terimakasih anak baik," Jo memberikan lembar uangnya kepada anak itu lalu pergi kembali ke hotel.
Di perjalanannya menuju hotel, Jo memilih naik taksi. Jakarta terlalu padat kalau Jo memilih jalan kaki untuk kembali.
Di dalam taksi, aroma rotinya sangat menggugah seleranya. Ia sedikit penasaran dan mengintip ke dalam paper bag.
Ada sebuah notes kecil berwarna kuning, dan satu batang coklat. Kedua benda ini tidak ada dalam list yang Jo tulis.
Jo mengangkat coklat itu dan membaca tulisan pada notes yang ia sendiri masih hapal tulisan siapa yang ada disana.
"Have a nice day -Reina."
Jo mengangkat satu alisnya. Ini Reina. Tulisan dan inisial namanya sudah jelas disana. Wanita itu sudah tidak membencinya? Apakah ini jawaban dari pertanyaan yang ia tanyakan tempo hari?
Reina jelas pasti tahu pesanan tadi adalah tulisan Jo. Reina bahkan pernah mengembalikan buku Jo saat sekolah menengah dulu tanpa ada tanda nama siapa pemilik buku itu disana. Reina berkata, ia hanya melihat itu adalah tulisan Jo.
Dan sudah pasti ia juga mengetahui tulisan siapa di kertas pesanan tadi. Lalu ia membalasnya dengan sebuah coklat dan notes agar harinya menyenangkan?
Itu jauh dari ekspektasinya.
Pikiran Jo mulai berpikir jauh kenapa Reina memberikan itu semua kepada Jo. Sesampainya didalam kamar, ia tidak langsung membuka sarapannya, Jo masih menatap kedua benda itu di tangannya.
Lalu Jo seketika berpikir, atau mungkin Reina menganggap kepulangan dirinya ke Indonesia untuk membawa Reina kembali, untuk mengajak Reina bersama-sama dengannya lagi?
"Apakah Reina berpikiran kesana?
Mungkin itu masih hasil sementara yang Jo pikirkan. Yang jelas, gadis itu sudah tidak membencinya, pikirnya.
Dan ini bisa mempermudah jalannya.
***
Jangan hanya datang untuk dikenang.
Jangan hanya datang untuk disambut.
Karena itu tidak akan kamu dapatkan.
Ingatlah dengan apa yang kamu lakukan hingga menghilang.
Kamu harus tahu, sesulit apa aku disini.
Kamu harus tahu, sesulit apa aku membangun diriku sendiri.
Tidak, kamu tidak akan pernah tahu. Karena kamu selalu bahagia, dan tidak tahu kabarku walau hanya sekedar bertanya.
Aku yakin kamu mendapatkan kehidupanmu di sana.
Dengan mimpimu dan kekasihmu yang kaya.
Kekasih yang bisa mendukung mimpimu.
Bukan yang banyak bertanya seperti aku.
Selamat bahagia dan kembalilah kesana.
Tidak perlu datang kesini.
Karena kamu hanya membawa luka bahkan tanpa pamit.
Dan sekarang aku harap kamu bisa melakukannya lagi.
Pergi tanpa semua orang tahu.
Pergi tanpa aku diberi tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments