Bab 3

❤️ Happy Reading ❤️

''Ayo sayang...Ela...'' seru bunda yang sudah menunggu Ela di ruang tamu mereka.

''Iya bunda.'' sahut Ela sambil berjalan keluar menghampiri kedua orangtuanya.

Ela dan kedua orangtuanya mengendarai motor secara beriringan.

Rutinitas mereka setiap hari minggu, yaitu pergi beribadah di gereja.

Jarak rumah Ela dengan gereja tak terlalu jauh, jadi hanya membutuhkan waktu sepuluh belas menit saja untuk sampai disana bila menggunakan sepeda motor.

''Bunda, Ela langsung pergi ke panti asuhan ya...'' kata Ela setelah mereka selesai beribadah dan kini sudah berada di area parkir.

''Iya, yang penting hati-hati ya nak.'' pesan bunda.

''Jangan ngebut-ngebut bawa motornya.'' kata ayah menimpali.

''Iya ayah, bunda.'' sahut Ela.

🌟

''Mau kemana kak?'' tanya mama mentari saat melihat putranya begitu rapi...ya walaupun hanya menggunakan celana chinos warna cream dan kemeja lengan tanggung sampai kesiku dengan warna navi.

''Hari ini kakak harus berkunjung ke panti asuhan untuk menyerahkan donasi seperti biasa ma.'' jawab Elang.

''Oh kirain mau ngapel...secara inikan hari minggu.'' kata mama Mentari lagi.

''Ngapel apa sih ma...cewek aja gak punya.'' kata Elang.

''Makanya kak...cari...kakak itu sudah cukup umur untuk membina rumah tangga.'' sahut mama Mentari yang jadi melebar kemana-mana.

''Kakak pamit ma, assalamualaikum.'' pamit Elang dari pada mamanya itu ngomong kemana-mana.

''Wa'alaikumsalam.'' sahut mama Mentari. ''Kebiasaan kalau di bahas masalah nikah pasti langsung kabur.'' gerutunya.

''Ada apa sih ma?'' tanya papa Reyhan yang baru keluar dari kamarnya. ''Kok ngedumel sendiri.'' sambungnya lagi.

''Itu...anak kamu, kalau di bahas tentang nikah...selalu aja langsung pergi.'' adu mama Mentari. ''Bisa-bisa nanti malah keduluan Bunga tu nikahnya.'' katanya lagi.

''Anak kita ma...'' ralat papa Reyhan. ''Sekarang mana anaknya?'' tanya papa Reyhan.

''Dia udah pergi, mau ke panti asuhan katanya.'' jawab mama Mentari.

''Kalau gitu sudah dong ma marah-marahnya, toh anaknya juga gak ada...jadi percuma, mama cuma buang-buang energi saja.'' kata papa Reyhan.

''Tapi mama masih kesel pa.'' sahut mama Mentari. ''Orang-orang tuh sampai nyangkanya putra kita ada kelainan...karena gak pernah terlihat menggandeng seorang wanita.'' imbuhnya lagi.

''Iya papa tau kalau mama kesel, tapi jangan dengerin omongan orang ma...jangan di masukin ke hati juga, nanti kita omongin lagi ya pas ada anaknya.'' kata papa Reyhan dengan tangan yang sudah merangkul bahu sang istri.

🌟

''Assalamualaikum.''

''Wa'alaikumsalam...selamat datang tuan muda Nugraha.'' sapa ibu pemilik sekaligus salah satu pengurus panti asuhan. ''Mari silahkan masuk...'' katanya lagi.

''Terimakasih.'' ucap Elang.

Elang dan ibu panti duduk di ruang tamu panti asuhan.

''Seperti biasa bu', kedatangan saya kemari untuk memberikan ini...sedikit rezeki buat anak-anak panti dari saya pribadi juga dari perusahaan keluarga saya.'' kata Elang menyampaikan maksud kedatangannya ke sana dengan tangan yang sudah mengulurkan amplop yang berisikan sejumlah uang.

''Alhamdulillah, terimakasih tuan...ini sangat berharga bagi kami karena bisa membantu kelangsungan hidup anak-anak.'' ucapnya.

Elang yang mendengar suara riuh yang di iringi gelak tawa menjadi sangat penasaran.

''Itu ada salah satu anak panti yang ulang tahun tuan.'' kata ibu panti seperti mengetahui apa yang Elang pikirkan.

''Oh begitu.'' beonya. ''Apa saya boleh lihat bu'? tanya Elang.

''Tentu saja.'' sahut ibu panti dengan seulas senyum di bibirnya. ''Mari.'' ajaknya.

Elang mulai melangkah mengikuti ibu panti menuju ke area belakang panti.

Di sana ada halaman yang cukup luas yang biasa di gunakan para anak panti bermain, seperti futsal misalnya.

Deg

''Gadis itu.'' kata Elang di dalam hati dengan di iringi debaran tak menentu di dalam di sana. ''I...itu siapa bu'? apakah anak panti juga?'' kata Elang yang berhenti dari jalannya guna menanyakan tentang sosok yang saat ini sedang tertawa ceria, sosok yang beberapa hari ini membuatnya tak tenang, sosok yang tak di kenalnya namun bisa mencuri perhatian serta hatinya.

''Oh bukan.'' sahut ibu panti. ''Itu nak Ela...dia sering datang kemari bahkan hampir setiap hari Minggu kesini untuk bermain serta mengajari anak-anak belajar.'' sambung ibu panti dengan mata yang masih tertuju pada Ela serta para anak panti berada.

''Ela.'' gumam Elang yang tanpa sadar senyum tipis tersungging di bibirnya.

''Mari tuan.'' ajak ibu panti lagi untuk semakin mendekat.

Semakin dekat...semakin membuat dada Elang berdebar, jantungnya seakan bertalu serta berdetak tak menentu...tapi di balik itu semua ada perasaan bahagia di dalamnya.

''Anak-anak.'' seru ibu panti. ''Ini kenalkan tuan Elang...salah satu orang yang selalu memberi donasi kepada panti kita.'' kata ibu panti mengenalkan Elang. ''Ayo beri salam...'' kata ibu panti lagi.

''Selamat siang tuan.'' sapa para anak-anak.

''Selamat siang...dan jangan panggil saya tuan, cukup panggil mas, kakak, om atau apalah itu yang penting jangan tuan.'' kata Elang.

Sebenarnya Elang begitu risih jika ada yang memanggilnya dengan sebutan tuan muda...panggilan itu benar-benar panggilan yang tak di sukainya, bahkan para pekerja di rumah orangtuanya saja dia minta untuk memanggilnya dengan panggilan mas saja.

''Baiklah kalau begitu ayo panggil dengan panggilan kak Elang.'' kata ibu panti menengahi saat para anak panti sedang berbisik-bisik seperti berdiskusi tentang panggilan apa yang cocok untuk orang yang saat ini berdiri di depan mereka itu.

''Kak Elang.'' seru anak-anak sesuai arahan yang mereka terima dari ibu panti.

Saat anak-anak sedangan sibuk bermain, Elang menghampiri Ela yang sedang duduk di bawah pohon dengan memperhatikan para anak-anak, bahkan sesekali senyum di bibirnya pun terbit tatkala melihat tingkah polah para bocah itu.

''Khem....boleh duduk sini?'' tanya Elang yang mengalihkan pandangan Ela menjadi kearahnya.

''Tentu saja, silakan.'' jawab Ela yang kemudian kembali melihat kedepan.

''Aku Elang.'' kata Ela. ''Kalau kamu?'' tanyanya.

''Ela, panggil aku Ela.'' jawab Ela.

''Nama yang cantik, secantik orangnya.'' gumam Elang.

''Apa?'' tanya Ela yang samar-samar seperti mendengar Elang berbicara.

''Apa?'' tanya balik Elang.

''Oh aku pikir kamu tadi sedang berbicara.'' sahut Ela. ''Ternyata tidak ya...'' katanya lagi.

''Apa kamu sering datang kemari?'' tanya Elang sekedar berbasa-basi.

''Hampir setiap minggu siang aku kemari.'' jawab Ela.

Mereka berdua pun sedikit demi sedikit mulai saling berbincang hingga rasa canggung di antara keduanya pun perlahan menghilang.

''Bu Fatma, Ela pamit ya.'' kata Ela berpamitan pada ibu panti setelah tadi berpamitan pada anak-anak.

''Hati-hati ya El.'' kata ibu Fatma yang di angguki oleh Ela.

''Mau aku antar?'' tawar Elang.

''Oh tak usah, terimakasih.'' tolak Ela. ''Aku bawa motor.'' sambungnya lagi. ''Permisi.'' pamitnya.

''Em El.'' panggil Elang saat Ela sudah berjalan beberapa langkah.

''Ya.'' sahut Ela yang menghentikan langkahnya.

''Boleh minta nomor ponsel kamu...'' kata Elang dengan sangat hati-hati.

''Tentu.'' sahut Ela yang kemudian mengetikkan nomor ponselnya di ponsel Elang yang tengah di sodorkan padanya.

''Terimakasih.'' ucap Elang.

Hati Elang bersorak bahagia, dengan memiliki nomor ponsel Ela...itu artinya dia akan menjadi sangat mudah untuk berkomunikasi dengan gadis yang beberapa hari ini membatasi tidurnya tak nyenyak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!