Dia akan selalu ada di sisimu

"Eh, udah datang kamu?" ujar Adel saat turun ke lobi bawah dan tidak sengaja bertemu dengan Fairel yang saat itu tampak rapi dengan stelan kemeja putih polosnya membuat sebagian karyawan di sana terpesona. Mereka tampak berbisik-bisik membicarakan tentang keberadaan Fairel.

"Iya, Mbak." jawab Fairel lalu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah.

"Yaudah, ayo langsung naik ke atas. Nanti kamu gak usah masuk. Biar saya aja yang bawa masuk berkas-berkas kamu."

"Siap, Mbak."

Sepanjang perjalanan menuju lantai atas, Fairel tampak mengamati detail sudut demi sudut ruangan di gedung itu. Sampai akhirnya ia sampai di depan sebuah pintu ruangan yang bertuliskan nama jabatan di dinding samping pintu. Chief Executive Officer. Namun, nama CEO tersebut tidak tertera di sana membuat Fairel hanya bisa menerka-nerka. Apakah CEO perusahaan itu seorang laki-laki atau perempuan.

"Kamu duduk di sini dulu ya. Saya mau ke ruangan Bu Bos dulu ngasih ini." Adel membawanya ke sebuah kursi tunggu yang berada berdekatan diantara ruangan CEO dan ruangan milik Adel.

Fairel hanya menganggukkan kepalanya menurut. Ia bisa melihat Adel perlahan menghilang dari balik pintu.

"Huffftt!!!" pria itu menghela nafas panjang.

Sementara di dalam, Adel langsung menemui atasannya sambil membawa sebuah map tipis yang berisikan data riwayat kerja milik Fairel.

"Nananananana..." Adel tampak bersenandung kecil sembari mengelilingi meja bosnya.

"Bu Boss, lihat! Apa yang saya bawa!" Adel mengangkat tinggi-tinggi dokumen itu. Namun, Dena hanya berdehem singkat tanpa mau menoleh.

"Bu Bosss!!"

"Apa sih, Adel? Kamu tidak lihat saya sedang memeriksa dokumen ini?" ujar Dena yang tampak fokus memeriksa tumpukan kertas di atas mejanya.

"Ini penting, bos. Lihat! Apa yang saya bawakan sekarang. Ini menyangkut kelangsungan perusahaan ini." mendengar itu membuat Dena sedikit tertarik. Ia melepaskan pulpen di tangannya tanpa menutup dokumen-dokumen itu.

"Itu dokumen baru yang akan saya tanda tangani?" tanya Dena mendapat gelengan kepala oleh sekretaris sekaligus asisten pribadinya.

"Lalu?" Dena memandang dengan kedua mata menyipit. Seakan-akan bisa menerawang apa isi tulisan di dalam map itu.

"Ini! Silahkan lihat sendiri." dengan santainya Adel berkata demikian dan memberikan meletakkan map itu di atas meja bosnya.

"Akkhhh!!! Akhirnya aku bisa bebas juga." Adel tampak mengangkat tinggi-tinggi tangannya ke udara.

"Jangan senang dulu." balas Dena.

"Dan jangan negatif thinking dulu. Saya pastikan Bu Boss akan terkesima melihatnya. Ah ya, sayang sekali dia tidak mau menyantumkan fotonya di kertas itu."

"Kau sudah mau menikah, Adel!" tegas Dena membuat sekretarisnya mendengus kesal.

Srekkk

Bunyi lembaran kertas yang dibalikkam oleh Dena. Ia tampak serius membaca kata demi kata apa ya v tertulis di atas kertas putih itu.

"Tunggu tunggu! Ini... bukannya perusahaan Papa?"

Batin Dena saat melihat data-data riwayat kerjanya dan tercantum di sana bahwa calon pegawainya itu sudah pernah bekerja di perusahaan sang papa.

"Dan ini, apalagi? Namanya bahkan sama!"

Dena baru tau kalau calo pegawai barunya itu adalah seorang pria. Nama lengkap pria itu sudah tercantum di sana. Membuat Dena melongo sempurna. Sudah cukup ia dibuat tercengang dengan data riwayat kerjanya, jangan sampai ia jantungan saat melihat wajah pria itu yang namanya sama dengan masa lalunya.

Berulang kali Dena membolak-balikan halaman kertas yang sama. Menimbulkan suara kertas hampir robek. Adel yang menyadarinya lekas merebut kertas-kertas itu dari tangan bosnya.

"Adel! Apa yang kau lakukan? Aku belum selesai memeriksanya!" protes Dena bermuka masam.

"Syutt!!" Adel meletakkan jari telunjuk tepat di depan bibirnya sendiri. Meminta agar bosnya tidak banyak protes. "Anda bisa merobeknya, bos. Apakah anda tidak tau bahwa kertas demi kertas ini sangat berharga? Bahkan harganya lebih mahal dari jabatan saya." ucap Adel mendrama.

"Adel!" geram Dena merasa kesal.

"Iya, Bu Bos." dengan santai Adel masih menyahut tanpa adanya rasa bersalah.

"Kembalikan itu sekarang juga!"

"Tidak!" tolak Adel berani.

"Kau berani membantahku?" seringai muncul di ujung bibir Dena. Ia melirik Adel dengan tatapan mengancam. Namun, itu malah tidak digubris sama sekali oleh sekretarisnya.

"Saya punya syarat yang harus anda penuhi."

"What!!" pekik Dena tidak percaya. "Syarat apa yang ingin kau katakan?" tanya wanita itu mencoba untuk berdamai dengan hatinya.

"Izinkan aku berhenti bekerja mulai besok."

"Tidak bisa!" jawab Dena cepat.

"Maka surat ini tidak akan aku berikan."

"Silahkan saja."

"Urghhhhh... boss, aku hanya ingin mengundurkan diriku saja." rengek Adel, bahunya mulai melemas.

"Jika kau memaksa, maka, kau harus membayar biaya penalti karena sudah memutuskan kontrak."

"Tidak masalah. Bukankah kontrak ku hanya 2 tahun? Dan aku sudah bekerja selama 1 tahun 8 bulan. Berarti masih tersisa 4 bulan lagi. Aku akan membayar semua biaya penalti yang sudah aku langgar."

"Adela!!" Dena menggeram kesal karena setiap ucapannya selalu kalah telak.

"Sudahlah. Terima saja yang ini, aku jamin kinerjanya tidak kalah hebat denganku."

"Bukan itu permasalahannya." seketika kepala Dena serasa mau meledak. Ia memijit pelipisnya, bersandar di sandaran kursi.

"Apa karena dia seorang pria? Lalu kenapa?"

"Aku juga membutuhkan asisten pribadi yang akan mengatur semua jadwal-jadwalku. Mana mungkin aku mempekerjakan seorang pria." balas Dena.

"Hanya bekerja. Itu saja, bukan melakukan hal yang melanggar hukum."

"Ayolah, Na. Saatnya lo mulai hidup yang baru. Belajar menerima orang luar, karena gak selamanya lo bersama orang-orang dalam. Ngerti kan maksud gue?" kalau bahasanya begini, Dena tidak dapat melawan.

"Terima yang ini dan gue bebas. Oke?"

"Hmmm..." wanita itu hanya berdehem.

"Gue anggap itu sebagai jawaban iya."

"Ya, terserah lo." balas Dena mengalah.

"Itu lebih baik. Aku akan memberitahunya sekarang. Besok dia sudah bisa bekerja di sini. Maksudku bukan benar-benar bekerja. Tapi, aku akan mendampingi dan mengajarkan beberapa hal penting kepadanya."

"Aku beri kau waktu selama seminggu. Jika dalam waktu satu minggu karyawan baru itu tidak bisa bekerja sepertimu. Dia akan aku pecat!"

"Deal. Akan ku buktikan kemampuannya."

"Dan ya satu lagi, selama satu minggu itu aku akan bekerja dari rumah. Aku tidak akan datang ke kantor."

"Tidak masalah. Aku akan mengatasi semuanya. Intinya, setelah satu minggu terlewati. Aku akan benar-benar pergi dan karyawan baru itu akan memulai pekerjaannya... bersamamu, kemanapun kamu pergi, dia akan selalu ada di sisimu."

Entah kenapa saat mendengar kalimat terakhir Adel, Dena seakan merinding. Buku kuduknya berdiri semua. Apalagi terkhusus kalimat "bersamamu, kemanapun kamu pergi, dia akan selalu ada di sisimu". Ya memang Dena akui, mungkin ia dan karyawan barunya akan berinteraksi lebih dekat karena pekerjaan. Belum lagi Dena juga mempekerjakannya sebagai asisten pribadi yang akan mengatur semua jadwal pribadinya. Menemaninya kemana-mana. Membayangkan saja sudah membuat Dena merinding entah kenapa. Seakan-akan ada magnet kuat yang menariknya.

.

.

.

Kalau ada yang lihat nama "Dina" kasih tau ya. Soalnya sebelumnya nama sekretaris Dena itu mirip dengan nama Dena yaitu Dina. Jadi, karna gak mau bikin kalian pusing alhasil aku tukar namanya jadi Adel 🙏🏼

Terpopuler

Comments

anonymous

anonymous

untung dituker, kalau engga ntar dikira kembar tak seirama lagi, kayak sinetron mamak ku 😽

2023-04-02

2

azril arviansyah

azril arviansyah

lanjut thor

2023-03-25

1

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

lanjuut thoor

2023-03-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!