Bulan Datang Tiba-tiba

Manik matanya menatap plapon kamar berwarna putih yang sudah usang. Tampa Ellea sadari, pandangnya telah terhipnotis oleh pemandangan cicak yang sedang memadu kasih.

Kamar ini tampak terasa asing baginya. Menjadi salah satu sebab, ia tak bisa terpejam di jam sebelas malam kini. Ellea harus beradaptasi dengan suasana baru, tapi meskipun mencoba memejamkan mata, tetap saja. Tidak bisa tidur.

Hawanya terasa panas, kipas angin yang berputar di atasnya pun hanya terasa seperti tiupan kuda. Ia terbiasa dengan pendingin AC. Rasanya sulit sekali malam ini.

“Belum tidur?” tanya Eiwa dengan suara paraunya.

Ternyata lelaki itu juga belum tidur rupanya.

“Belum ngantuk.”

Eiwa dengan terpaksa harus tidur di bawah, sebab di ruang tamu tidak ada tempat. Tidak ada kursi panjang di sana, selain sofa bundar-bundar yang hanya cukup diduduki satu orang.

Tampaknya suara gerakan Ellea yang gelisah didengar oleh lelaki itu.

“Kamu sendiri belum tidur juga, Bang?” tanya Ellea. Menggeser tubuhnya sampai ke pinggir sampai menghadap Eiwa di bawahnya.

“Belum ngantuk. Mungkin sebentar lagi. Kamu kepanasan ya, El? Mau saya kipasin?”

“Emang abang mau? Kalau bersedia ya nggak apa-apa.”

Eiwa mengubah posisinya menjadi duduk di pinggir ranjang. Mengambil potongan kardus lalu mengipasi Ellea dengan telaten.

“Kalau tidur pakai jilbab gitu, apa nggak tambah panas, El?” tanyanya. Kalau melihat Ellea, ia itu merasa seperti melihat Arumi adiknya sendiri.

“Malulah bang.”

“Kenapa malu? Saya kan, sudah melihat semua?”

Wajah Ellea memerah sambil tertunduk malu. Ellea tidak suka dengan pembahasan malam itu.

“Chatan sama siapa, Bang, malam-malam begini? Penting banget, ya?”

“Mama, ah, ibuk saya di kampung. Biasa, pasti panik kalau saya nggak nelepon sehari saja. Beliau khawatir, kalau saya kenapa-kenapa.”

Saat menyadari Ellea sejek tadi terus memperhatikannya. Eiwa seketika mematikan handphone nya. Meletakkan di samping.

“Ehem!”

Ellea tersentak dari lamunannya. “Hemm... kalau Ellea perhatikan. Kenapa ya, abang ini nggak ada logat-logatnya dari daerah mana gitu, sama sekali. Apa bener, abang dari Aceh?”

“Iya bener , dari Aceh. Mungkin karena saya dari kecil dibesarkan di peraturan negeri orang, makanya nggak ada logatnya sama sekali, maklumlah, ibu sama bapak suka pindah-pindah buat cari sesuap nasi,” balas Eiwa.

Ellea manggut-manggut paham.

Suasana dalam kamar itu kembali sunyi. Ellea berpikir saat akan bertanya.

“Apa kamu nyesel sudah nikah sama Ellea, Bang? Dan, apa abang ingat, terakhir kali ngapain kemarin malam?”

Eiwa memutar bola matanya mengingat-ingat kejadian malam itu. Yang dia ingat hanya bayangan seorang wanita samar-samar menggandengnya sampai ke atas ranjang.

Setelah itu, ia tidak mengingat apa-apa lagi. Tapi... ia ingat, sedang bermimpi tengah memalukan panasnya percintaan. Setelah kemudian ia bangun di pagi hari dan mendapati Ellea di sebelahnya.

“Ingat atau nggak, Bang?”

Eiwa menyunggingkan bibir sambil mengangkat kedua pundak tidak tahu.

“Yah... kenapa kita bisa sama-sama nggak inget sih!”

“Mau ingat apa nggak, sebenarnya kamu yang bisa ngerasain, El, karena aku sebagai laki-laki hanya bertugas memberi tak harap kembali. Sedangkan perempuan-“

“Udah ih, nggak usah diterusin. Masalahnya, pas pulang dari hotel itu, El nggak bisa ngerasain apa-apa, karena papa baru-buru narik El pulang,” ucap Ellea dengan polosnya.

Eiwa mengernyitkan dahi saat melihat Ellea menggeser tubuhnya. Ia melihat ke atas seprei.

“El, itu darah apa? Apa jangan-jangan-” tanyanya.

“Kita kan belum ngelakuin apa-apa. Jadi mana mungkin... Ah, bang... El nembus!” ucap Ellea panik. “Biasanya datang bulan tanggal enam belas, sekarang baru tanggal sepuluh kok sudah datang sih tamu....”

Ucapan perempuan ini bener membuat Eiwa pusing. “Ya udah El. Terlepas kita udah ngelakuin atau belum, yang penting kita sekarang jadi suami istri. Dan mending sekarang kamu pergi ke kamar mandi, ganti cuci dulu.”

“Terus kamu mau ke mana, Bang?” tanya Ellea melihat Eiwa bangkit dari posisinya.

“Mau sholat, minta ampun sama Yang Maha Kuasa.”

Ellea manggut-manggut sambil sibuk menutupi area bawahnya yang terdapat noda merah. Sangat memalukan!

Mengucapkan salam menoleh ke sisi kanan dan kiri. Sebagai penutup berakhirnya rekaat yang dia tunaikan.

Kedua tangannya menengadah memanjatkan segala doa kebaikan dunia dan akhirat dengan khusuk.

Dalam kesunyian Eiwa tiba-tiba mendengar isak tangis wanita dari belakangnya. Otomatis mengurangi kidmad doanya.

Ia lekas mengakhiri kemudian menghampiri Ellea yang sedang meringkuk memunggunginya.

“El, kamu harus bisa bersabar... kita disatukan dalam ikatan ini adalah kehendak Tuhan. Udah ya, jangan sedih, saya tau ini berat buat kamu, tapi... kamu harus ikhlas, El.”

Suara senggugukan Ellea semakin kencang. Membuat Eiwa panik.

“Jangan nangis El, rumah kita itu satu dinding sama tetangga di sebelah. Kalau kamu nangis gini, mereka bisa denger, dan mikir macam-macam kirain saya ngapa-ngapain kamu. Udah, diem ya, diem.”

“Gimana mau diem? Ini itu rasanya sakit banget bang, perut El sakit... dan, pas El mau ganti, ternyata pembalut El habis, El ngga punya cadangan....”

“Terus gimana?” tanya Eiwa.

“Mbak Yem El telepon nggak mau angkat.” Ellea berpikir ingin meminta tolong pada Eiwa, tapi tidak enak.

Tapi setelah dipikir-pikir seribu seratus kali. Jika tidak enak, ia justru tidak akan bisa tidur malam ini.

Ia menggigit bibir bawahnya sambil tersenyum canggung.

Seketika membuat Eiwa paham dengan maksudnya. “Ya sudah, biar saya saja yang belikan. Kamu tidur aja dulu, kalau udah nanti saya bangunkan.”

Eiwa megambil air hangat dalam wadah. Memeras handuk kecil lalu memberikan pada Ellea.

“Sementara kamu kompres aja dulu. Biar saya sekalian cari obat, oke?”

Dalam sekejap perempuan masih memiliki sikap kekanakan ini terdiam sambil mengangguk.

Eiwa menarik selimut untuk menutupi tubuh Ellea sebelum kemudian pergi.

“Andai saja saya nggak terlalu bergairah menemui Amora dan akan melamarnya, mungkin kamu nggak akan terlibat sampai sini, El. Maafkan saya dengan apa yang terjadi pada kamu.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!