Perbedaan Yang Terasa

Keesokan harinya sesuai dengan perjanjian untuk Fikram memberikan jawaban pada kepala desa tersebut. Perjanjian yang mengharuskan sang anak, Ayuna setuju dengan pembangunan pabrik di desa mereka. Tanpa mendengarkan jawaban Ayuna, di sini Fikram duduk saat ini. Ia di ruang kepala desa di mana ada beberapa orang yang juga ikut terlibat dalam persetujuan tersebut.

"Anak saya sudah setuju, Pak Kodir. Apa saya bisa mendapatkan uang lima juta itu sekarang?" tanyanya dengan wajah yang begitu berbinar. Tidak, satu kata pun Ayuna tidak mengatakan jika ia akan setuju. Justru Ayuna sendiri tidak menerima satu lembar pun uang dari kepala desa tersebut.

Siapa lagi yang akan menikmati uang itu jika bukan sang kakak yang saat ini sudah nampak sangat bahagia dengan berbelanja online kebutuhan fashionnya. Ayana berbaring sepanjang hari di kamar jika tak ada janji bertemu teman mau pun sang kekasih. Tangannya nampak sibuk bermain ponsel mencari beberapa baju mau pun tas untuknya berganti-ganti di kuliah nanti.

"Kak, di mana ayah?" tanya Ayuna saat siang itu baru selesai membersihkan halaman rumah tetangga yang memberinya upah.

Lama memandangi sang kakak tanpa adanya jawaban. Ayuna Menghela napas kesal. Ia berjalan ke arah dapur melihat masakan yang ia masak sejak pagi sudah tak tersisa. Seluruh piring di meja makan tampak rapi tertata tanpa adanya makanan. Perut yang lapar membuat Ayuna rasanya tak sempat lagi untuk memasak. Ia memilih untuk masak mie instan dan setelahnya akan memasak untuk sang ayah.

Di sini Fikram nampak tersenyum puas kala menerima uang dari kepala desa. Pria itu bukan menuju arah rumah melainkan ke sebuah warung yang ada di desa untuk makan siang di sana serta meminum kopi. Rasanya sangat menyenangkan mendapat uang kaget yang tak ia duga jumlahnya.

"Masak yang cepat. Aku pulang dari pasar pasti akan lapar." pintah Ayana pada sang adik yang sibuk mencuci piring di dapur.

"Kak, seharusnya ini bisa gantian. Kakak tidak kerja tidak juga kuliah kan? bantu aku memasak kak. Aku..." Belum saja Ayuna selesai berkata, Ayana sudah meninggalkannya begitu saja.

Sungguh Ayuna sangat geram melihat tingkah sang kakak yang terlalu seenaknya. Hingga ia pun memutuskan untuk memasak sedikit. Setidaknya sang ayah akan makan dan tak perlu perduli bagaimana sang kakak yang lapar. Toh uang dua juta di dapatkan Ayana sudah sangat banyak untuknya sendiri. Sementara Ayuna tak mendapatkan apa pun dari sang ayah. Meski pun begitu Ayuna tetap berkeras untuk tidak setuju dan tetap mempertahankan suaranya bersama para warga.

Hari yang semakin sore membuat Ayana memutuskan pulang dari pasar. Sebuah ojek motor berhenti di tepi jalan saat itu. Ayana dengan beberapa plastik di tangan begitu berjalan dengan berlenggak lenggok melewati setiap rumah. Ia berniat ingin mengunjungi rumah sang teman terlebih dahulu baru pulang ke rumah.

Tanpa ia tahu jika dari arah samping tampak seorang pria menurunkan kaca jendela mobil. Ia memperhatikan Ayana yang berjalan dan juga menatap ke arahnya. Tatapan menggoda ia berikan pada pria tampan di sampingnya yang lewat saat ini. Entah mengapa rasanya ia begitu jatuh hati pada pria yang bernama Rangga.

Yah, pria yang lewat di sampingnya adalah Rangga dan rombongan anak buahnya. Melihat dirinya yang di perhatikan, tingkah Ayana semakin menjadi. Tubuhnya bagian dada semakin ia busungkan seolah menunjukkan body yang sesksi. Sayang, Rangga bukanlah pria seperti itu. Melihat tingkah Ayana membuat Rangga tersenyum lucu. Ia berpikir jika wanita itu hanya sedang mengejeknya agar ilfil. Bukan berniat menggodanya. Semua yang di lakukan Ayana tak terasa ganjil di mata Rangga yang sudah jatuh cinta. Ayuna tetaplah wanita yang membuatnya penasaran dan wanita itu tampak memiliki kepribadian ganda bagi Rangga.

"Stop." pintah pria itu tiba-tiba pada sang supir.

Ia turun dari mobil dan melangkah mendekati Ayana yang berjalan semakin maju.

"Boleh aku mengantarmu?" tanya Rangga saat itu juga tanpa basa basi.

Ayana bagai tersambar petir dengan ribuan macam bunga. Hatinya bersorak kegirangan mendapat tawaran yang tak pernah ia duga-duga. Entah keberuntungan macam apa yang terus datang menghujani hidupnya. Mendapat uang dua juta secara cuma-cuma dan saat ini pria tampan dari kota justru menawarkan untuk mengantarnya pulang. Tentu saja Ayana tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas.

"Maaf, Tuan. Saya bukan ingin pulang. Tapi saya ingin membeli sesuatu di desa sebelah tapi uang saya ketinggalan di rumah." ujarnya menunjukkan wajah menyesal.

Setidaknya perjalanan dengan pria tampan ini tak ingin berakhir dengan cepat untuk Ayana. Sebisa mungkin ia harus mengulur waktu berpisah dengannya.

"Tidak masalah. Mari saya antar." Rangga mempersilahkan Ayana masuk ke mobil dan anehnya wanita itu tampak mau-mau saja. Berbeda dengan Rangga pertama kali bertemu dengannya. Jangankan berbicara lembut bertatap mata saja Ayuna tak sudi padanya.

Sepanjang jalan Ayana  beberapa kali ketahuan melirik genit pada Rangga yang duduk di sisinya. Hingga mereka tiba di tempat yang di maksud Ayana. Yah, sebuah toko pakaian satu-satunya yang lumayan baik di desa tersebut. Tentu beberapa pelanggan merupakan orang yang mampu.

"Loh ada anak desa sebelah. Mau cari baju obral lagi? Di sini sudah habis." ujar salah satu pembeli yang nampak menatap sinis Ayana. Bagi mereka Ayana sudah terkenal hingga ke beberapa desa dengan tingkah tak sopannya.

Mereka tak suka setiap kali bertemu dengan anak Fikram yang satu ini. Sementara Ayuna mereka sangat kenal jika gadis itu sangat baik. Bahkan dari mereka juga ada beberapa yang suka memakai jasa Ayuna untuk bersih-bersih rumah.

Mendengar Ayana di remehkan oleh mereka, Rangga sangat tak suka. "Bungkus semua barang yang di sini. Dan ini saya pikir akan cukup bahkan lebih membayar baju yang ada." Sebuah uang cash dari koper di keluarkan oleh sang asisten Rangga dan di berikan pada sang boss.

"Berikan padanya semua baju dan masukkan ke mobil. Ayo tunggu di mobil saja." Tangan Ayana bahkan di genggam erat oleh pria itu menuju mobil.

Sungguh lagi-lagi Ayana mendapat keberuntungan yang berlimpah. Senyum di wajahnya pun merekah semakin lebar jika bisa ia lebarkan lagi mungkin akan menutup seluruh wajah cantiknya itu. Sedangkan Rangga sangat tak suka melihat wanita yang ia cintai di remehkan seperti itu.

"Em...Tuan, baju itu...terlalu banyak jika untuk saya." tutur Ayana dengan kikuknya. Padahal itu hanyalah sebuah akting belaka.

"Tak apa. Pakailah dan jika kau mau kita akan ke kota malam ini juga untuk berbelanja. Jangan terlihat menyedihkan seperti itu. Aku mampu memberikan apa pun yang kau mau." ujar Rangga menatap ke depan.

Mendengarnya berkata demikian sungguh Ayana tak kuasa untuk menahan diri. Dengan berani tangannya menggenggam tangan Rangga yang di samping saat ini. Rangga menatapnya sekilas dan tersenyum. Meski pun ia sedikit kaget sebab melihat keberanian Ayana padanya. Ia pikir wanita yang ia sukai tak mau bersentuhan semudah itu dengan pria yang baru ia kenal. Tanpa Rangga sadari jika wanita yang bersamanya saat ini bukanlah wanita yang ia idamkan kemarin.

Sore itu dari luar Ayuna melihat sebuah mobil mewah berhenti di depan rumahnya. Tak lama kemudian keluarlah sang kakak dengan beberapa pria yang menurunkan banyak barang. Kening Ayuna mengerut dalam namun ia tak ingin keluar jika kemunculannya akan di anggap kepo oleh sang kakak.

"Astaga...apa uang itu semua di gunakan Kakak belanja? huh kenapa seperti ini sih? Seharusnya Ayah memberikan pengertian. Itu bukanlah uang yang sedikit." ujar Ayuna dalam hati menahan kekesalan.

Ia lelah bekerja banting tulang demi membantu kehidupan sang kakak di kota sana. Ketika mendapat uang dari sang ayah, Ayana justru berfoya-foya tanpa mengingat keadaan mereka yang serba pas-pasan.

"Sekali lagi terimakasih, Tuan." ujar Ayana  tersenyum senang pada Rangga dan tanpa malu dirinya mencondongkan wajah mendekat pada pria di sampingnya itu.

Hingga senyum Ayana pudar saat melihat wajah Rangga yang berpaling darinya pertanda jika ia enggan bersentuhan dengannya. Sedikit kecewa melihat sikap wanita cantik ini, namun apalah daya Rangga terlalu jatuh hatu padanya.

Ayana  keluar dan masuk rumah melambaikan tangan pada Rangga yang tak menunjukkan reaksi apa-apa saat pergi.

"Tuan, sepertinya dia sama pada kebanyakan gadis di kota." sang asisten berbicara di depan.

"Intinya aku jatuh hati padanya." sahut Rangga ketus tak ingin mendapat komentar apa pun dari sang asisten. Meski di dalam hati ada pikiran yang membenarkan ucapan sang asisten saat ini.

Terpopuler

Comments

Siti Sarfiah

Siti Sarfiah

rangga jatuh cinta sama orang yg lain d temui sebelumnya

2023-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!