Pagi itu Silvi mengeluh kesakitan pada tangannya. Silvi menangis didalam kamarnya.
"Sayang kok belum bangun nak? Udah pagi loh," bujuk Marinka kepada anaknya yang masih menutupi tubuhnya dengan selimut. Marinka membuka selimut itu dan mendapati Silvi meringkuk kesakitan dan menangis.
"Silvi kamu kenapa nak?" suara Marinka sedikit terdengar keras karena terkejut melihat anaknya kesakitan. Adi yang lagi sarapan langsung naik ke tangga mengikuti suara itu "ada apa ma? Kenapa mama teriak-teriak?" tanyanya cemas.
"Ini pa, tangan Silvi kayaknya infeksi," tunjuk Marinka pada suaminya. Mereka segera membawa Silvi ke rumah sakit.
Di rumah sakit dokter Langsung memeriksa keadaan Silvi kemudian mengobati luka ditangan Silvi "lukanya ga parah kok, ini cuma meradang aja, tapi bapak dan ibu tidak perlu khawatir anak anda tidak apa-apa," jelas dokter pada Adi dan Marinka.
"Tapi benarkan sudah tidak apa-apa dok?" tanya Marinka memastikan.
"Iya, saya sudah memberikan obat pereda nyeri tadi dan saya rasa itu sudah cukup meredakan rasa sakitnya," jelas dokter kembali.
Mereka segera pulang. " Ma, aku ga bisa sekolah hari ini?" tanya Silvi berharap diijinkan ke sekolah.
"Kamu itu baru aja keluar rumah sakit mau ke sekolah," gerutu Marinka pada anaknya. Silvi hanya diam. Adi hanya memperhatikan anaknya yang terlihat murung.
"Kenapa nak, kok kamu pengen masuk sekolah. Kamukan masih sakit?" tanya Adi membuka percakapan dengan anaknya. "Hmmm a- aku - aku mau daftar audisi komposer pa. Hari ini terakhir pendaftarannya kalau tidak ke sekolah aku pasti tereliminasi," jawab Silvi berharap mendapat izin papanya.
"Papa antar ya nak," sambut Adi membujuk anaknya.
"Papa ini gimana sich? Anak masih sakit malah dibawa ke sekolah," sahut Marinka kesal pada suaminya.
"Sudahlah ma, lihat anak kamu sedih waktu kita larang ke sekolah,"
"Tapi pa, tangannya bengkak gitu," sela Marinka. Adi menggenggam tangan istrinya sambil mengusapnya untuk menghentikan perdebatan dan berusaha meyakinkan Marinka kalau Silvi baik-baik saja. Marinka menghembuskan nafas berat dan mengalah. Silvi tersenyum lebar memperhatikan papanya dari kaca mobil.
Di sekolah, Silvi bergegas ke ruangan panitia untuk mengantarkan formulir. Akhirnya Silvi berhasil mengikuti Audisi. Saat audisi, Lyora mencari-cari wajah Silvi karena dia yakin sekali kalau hari ini Silvi tidak akan datang karena cidera ditangannya. So pasti, hari ini dialah yang akan menjadi pemenangnya. Lyora tersenyum jahat memperhatikan sekeliling karena tidak melihat Silvi disekitar tempat itu. Vico dan Riana yang baru saja melihat Silvi menyapanya "Silvi" panggil mereka bersamaan.
Silvi menoleh ke arah mereka dan mereka segera menghampirinya "Sil,kamu jadi ikut audisi? Bukannya tangan kamu masih sakit" Riana mengkhawatirkannya. Silvi melihatkan tangannya yang memar pada kedua sahabatnya.
"Ini masih memar gimana kamu mau main piano?" Tanya Vico memperhatikan kedua tangan Silvi. "Tenang kalian ga usah khawatir, tadi aku udah ke rumah sakit dan dokter sudah memberikan obat pereda nyeri. Jadi saat main piano nanti ga bakalan sakit," Ucap Silvi sambil berjalan ke arah ruang paiano dan melontarakan senyuman pada kedua sahabatnya. Vino dan Riana hanya saling menatap berharap semua akan baik-baik saja.
Saat audisi dimulai, dua orang MC telah membuka acara dan memanggil para peserta. Nama Lyora Adriana dipanggil dan Lyora menunjukkan penampilan terbaiknya. Semua orang berdecak kagum begitu juga bestie-bestienya. Lyodra sangat bangga dengan dirinya saat itu. Sampai akhirnya nama Silviana Anastasya dipanggil Lyora n the genk saling tersenyum memperhatikan satu sama lain mereka sangat yakin orang yang disebutkan namanya tidak akan hadir dan pasti akan tereliminasi. "Panggilan kedua untuk Silvia Anastasya" Ucap MC mengulangi panggilannya. Silvi muncul dengan dress putih cantik dan menampilkan pertunjukan pianonya. Lyora n the genk terhenyak kaget melihat Silvi yang naik ke atas panggung. Mereka heran bagaimana mungkin Silvi datang? Mereka telah menciderai tangan Silvi cukup parah beberapa hari yang lalu dan Silvi juga tidak masuk sekolah sudah dua hari ini karena sakit, tapi bagaimana bisa dia datang dan tampil saat ini.
Selesai memainkan pianonya dengan baik, terdengar suara tepuk tangan yang meriah, sorak gembira dari Vico dan Riana juga terdengar dari arah pojok menyemangati Silvi membuat hati Lyora menjadi panas mendengarnya tapi siapa yang perduli yang penting Silvi telah menunjukkan penampilan terbaiknya. Setelah lama menunggu akhirnya waktu yang dinantipun tiba.
Saat pengumuman juara pertama "Gue yakin Ly, lo bakal jadi juaranya," celetuk Lyana. Dasar penjilat, anak ini akan selalu meninggikan Lyora dalam setiap kesempatan. Lyora hanya tersenyum bangga dan sangat yakin akan menjadi pemenangnya.
"SILVIANA ANASTASYA," sorak MC meneriakkan nama Silvi. Sorak kebahagiaan keluar dari semua yang hadir saat itu. Lyora sangat kesal dan geram mendengarnya. Menatap tajam ke arah Silvi.
Silvi tidak memperdulikan tatapan itu karena merasa sangat tidak percaya san terharu mendengar namanya terpanggil menjadi juara. Riana dan Vico dengan bangga mengantarkan Silvi ke atas panggung. Pengumuman juara kedua, "kita sambut Runner Up kita LYORA ADRIANA" bestienya merasa sangat senang mendengar nama Lyora terpanggil sebagai juara, tapi Lyora sangat kesal karena hanya mendapatkan juara dua. Lyora pergi ke atas panggung dengan langkah kesal.
Riana dan Vico sangat senang melihat kemenangan Silvi. Medali dan tropi kemenanganpun diberikan kepada para pemenang juara satu dua dan tiga. Diluar panggung, Lyora n the genk menghampiri Slivi dan Riana yang sedang berbahagia "Jangan seneng dulu ya. Ini baru permulaan, gue ga bakalan biarkan lo dapatin yang seharusnya jadi milik gue," tegas Lyora menghampiri Silvi.
"Apa maksud kamu Lyora? Silvi mendapatkan apa yang memang seharusnya jadi haknya. Dia tidak mengambil hak kamu. Kemenangan itu murni keputusan juri," Riana mencoba membela.
"Diam lo cupu!!!" bentak Lyora. Riana terhenyak dan menundukkan kepala. "Tidak usah sok membelanya, lebih baik lo urus diri lo yang cupu itu" Lyora mengakhiri ucapannya dengan senyum miring dibibirnya lalu berjalan ditengah Riana dan Silvi sambil mendorong bahu mereka. Diikuti genknya yang menatap mereka dengan pandangan remeh.
Riana tersinggung dengan ucapan yang baru saja diucapkan Lyora padanya tapi dia tidak bisa membalas dan hanya tertunduk, dari balik kacamatanya yang tebal dan besar itu terlihat air mata yang tertahan. Silvi merangkul sahabatnya dan menguatkannya. Silvi sangat mengerti keadaan saat itu "sudah ya, jangan dimasukkan kehati. Lyora kan memang begitu sifatnya," bujuk Silvi padanya. Riana hanya diam dan masih menunduk sedih. "Ada apa ini?" tanya Vico yang baru saja muncul.
"Tidak Vico, ini tadi hanya kecelakaan kecil" Riana mencoba menutupi kejadian tadi sambil cepat-cepat menyeka air matanya yang mulai mengalir.
"Kenapa Ri, siapa yang ganggu kalian. Bilang sama aku?" tanya Vico memegang bahu Riana dan menatap dalam matanya. Riana hanya menunduk menutupi sakit hatinya. Vico menatap ke arah Silvi mencoba menyelidiki tapi Silvi juga bungkam. Vico mengerti pasti ulahnya Lyora n the genk.
"Awas aja lo pada. Cari masalah lo Lyora udah ganggu Silvi dan Riana," gumamnya dalam hati sambil mengepalkan tangannya.
"Eh iya, gimana kalau nanti sore kita ketemuan di cafe,aku mau adain pesta kecil-kecilan buat merayakan kemenangan kita," bujuk Silvi mencoba mencairkan suasana yang mulai tegang. "Wah, boleh banget tuch," ucap Vico spontan sambil mencoba menurunkan nada bicaranya.
"Riana, kamu mau ikutkan?" pinta Silvi sambil memegang tangannya. Riana tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Nah gitu dong senyum," ucap Vico sambil mengacak rambut Riana. Silvi ikut tersenyum memperhatikan Riana kembali ceria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments