Di bengkel, Vico meletakkan tasnya dan mendudukkan Zahwa di bangku dekat dia bekerja. Semua teman Vico mengenali Zahwa dan mengetahui kedekatan adik kakak itu. Teman-teman Vico juga menyukai gadis kecil itu karena sangat penurut dan menggemaskan. Tak jarang, kalau Vico lagi memperbaiki mobil pelanggan teman Vico yang selesai bekerja atau lagi istirahat suka mengajak Zahwa bermain atau sekedar menggoda gadis kecil itu. Bosnya juga tidak keberatan Vico membawa adiknya karena bosnya juga menyukai anak kecil.
"Vico, itu ada costumer masuk. Kamu cek apa aja yang dibutuhkannya" ucap seorang lelaki paruh baya yang baru saja mendapati seorang costumer masuk ke bengkel mereka.
Vico yang lagi bekerja, menolehkan wajahnya dan menghampiri seruan bosnya. "Iya pak, ada yang bisa dibantu?"
"Ini tadi ada costumer yang baru saja nitipin mobilnya katanya mau service, tune up sama ganti oli. Kamu cek semua ya sampai beres ya," ucap pak Brahmantio selaku manajer di bengkel sambil menyodorkan kunci mobil padabya.
"Baik pak" Vico mengambil kunci mobil dan membawa mobil itu ke bagian service.
Pak Brahmantio adalah manajer bengkel sedangkan pemiliknya adalah pak Bambang mereka sangat suka dengan pekerjaan Vico, karena selama bekerja Vico selalu menunjukkan skillnya dan keuletannya. Makanya tak jarang mereka mempercayai Vico mengurus mobil pelanggan. Begitu juga para pelanggan pasti memilih Vico untuk memperbaiki mobil mereka. Walaupun disana banyak montir, tapi mereka lebih mengandalkan Vico, selain karena skillnya para pelanggan suka dengan sikap Vico yang ramah dan sopan. Apalagi kalau pelanggannya cewek, mereka langsung rebutan untuk meminta Vico yang memperbaiki mobilnya.
"Bawa hokky ternyata si Vico. Hehe," celetuk Haris pada seorang temannya.
"Tau tuch semenjak dia kerja disini, cewe-cewe rajin nongkrong di bengkel ini," sahut Rian.
"Kapan lagi bisa cuci mata gratis sambil liatin cewe-cewe seksi," celetuk Doni.
"Pada ngomongin apa kalian?" Suara berwibawa itu mengagetkan obrolan mereka.
Ketika mendongak ke atas ternyata pak manajer yang menyapa mereka.
"Eh... pak Bram," sapa mereka, sambil tersenyum dan melanjutkan pekerjaan. Pak Bramantio hanya tersenyum memperhatikan anak-anak muda tersebut.
Vico masih berbaring menghadapkan wajahnya ke arah mesin mobil dan memperbaiki mobil. Dia tidak terlalu memperdulikan candaan teman-temannya.
***
Riana keluar dari mobil yang mengantarkannya ke rumah Silvi, masuk menemui Silvi.
"Bi, Silvi mana?"
"Eh non, temannya non Silvi ya?" bi Ayu memperhatikan Riana yang baru saja memasuki ruang tamu.
Riana menganggukkan kepala. Bi Ayu langsung mengajaknya ke kamar Silvi.
Tok..tok... tok...
"Masuk," suara Silvi menyahut dari dalam kamar.
"Non, ada teman non mau ketemu," ucap bi Ayu. Silvi segera membalikkan badan menoleh pada Riana.
"Ri, kamu, kamu ke sini sama siapa?" tanya Silvi sambil menatap siapa lagi yang berada didekat Riana. Bi Ayu pamit keluar kamar dan melanjutkan pekerjaannya.
"Aku tadi diantar supirku ke sini" jawab Riana sambil memperhatikan tangan Silvi dan nendekatinya.
"Oh, aku kira..."Silvi menghentikan ucapannya.
"Kamu pikir aku datang sama Vico ya?" tebak Riana sambil duduk di samping ranjang Silvi. Silvi hanya tersenyum dan mukanya memerah. "Tenang Sil, dia bakal datang nanti kok, tadi aku udah chat dia. Vico bilang dia lagi ada kerjaan nanti sore baru bisa datang," jelas Riana pada sahabatnya. Silvi tersenyum menatap wajah sahabatnya.
"Eh iya Silvi, tangan kamu gimana masih sakit?" sambung Riana sambil melihat tangan Silvi.
"Ni, kamu liat aja sendiri," jawab Silvi sambil mengulurkan kedua tangannya pada Riana. Riana melihat tangan Silvi yang terluka parah karena Lyora memang memukulnya sangat kuat.
"Kasian kamu Sil, kalau begini kayak mana caranya kamu ikut audisi piano minggu depan?" Cemas Riana.
"Entahlah Ri, aku juga ga yakin bakalan ikut audisi," keluh Silvi sambil menaikkan bahunya.
***
Vico telah menyelesaikan pekerjaannya di bengkel dan segera bersiap-siap pulang untuk mengantar Zahwa kemudian menemui Silvi. "Vico, kamu udah selesai menperbaiki mobil yang tadi?" Manajer Bramantia menemui Vico yang sedang membersihkan tangannya dari oli.
"Sudah pak," jawab Vico yakin.
"Kalau begitu kamu antarkan ke orangnya, dia nunggu di depan" Bramantia melanjutkan ucapannya.
"Baik pak." Vico segera menganntarkan mobil kepada costumernya yang menunggu.
"Mbak, ini mobilnya udah selesai diperbaiki dan di service," sapa Vico pada perempuan bergaun hitam yang menunggu di depan bengkel sambil menelpon.
Ketika membalikkan badan perempuan itu dan Vico saling terkejut "kamu? Kamu kerja di bengkel ini Vico?" tanya perempuan itu sambil membuka kacamata hitamnya.
Ternyata perempuan itu Lyora. "Ly... lyora. Jadi lo yang punya mobil ini?" tanya Vico sambil mengernyitkan alisnya dan memperhatikan penampilan Lyora dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Iya, gue mau hangout bareng teman-teman gue. Lo mau ikutan Vic?" goda Lyora sambil mendekati Vico karena melihat Vico memperhatikannya secara seksama.
"Ga... gue ga minat jalan bareng lo dan genk lo yang pecicilan itu," tolak Vico sambil membalikkan badan.
"Oh, ayolah Vico, kalau lo ikut sama gue, gue bakalan bikin lo senang." Lyora menahan langkah Vico sambil memegang tangna Vico.
"Lepasin!!! Gue ga sudi jalan sama cewe arogan dan kasar kayak lo" Vico segera menarik tangannya.
"Apa maksud lo?" tanya lyora pada Vico sedikit bingung.
"Ga usah belagak pikun. Gue tau apa yang udah lo perbuat ke Silvi di ruang latihan piano," Vico menyunggingkan senyum disudut bibirnya.
Lyora tersentak dan terkejut oleh ucapan Vico. Pasti cewe manja itu ngadu sama si Vico gumamnya sambil memutar bola matanya.
"Kenapa diam? Lo kaget, gue tau kelakuan busuk lo n genk lo?" tanya Vico sambil mendekati Lyora. Seketika Lyora menciut dan memundurkan langkahnya.
"Dengar Lyora, jangan pernah lo nyentuh Silvi, apalagi sampai nyakitin dia kayak hari ini, kalau lo ulangin lagi gue ga bakal segan-segan buat nyakitin lo," ancam Vico sambil memegang erat tangan Lyora.
"Aww sakit!!!" ringis Lyora. Membuat karyawan yang masih berada disana memperhatikan mereka.
"Ga ada apa-apa kok. Mbak ini cuma kesandung dan gue cuma mau bantu dia," Vico menutupi perbuatannya sambil melihat ke arah teman-temannya. Merasa baik-baik saja teman-teman Vico tidak menggubris Vico dan Lyora.
"Sakit Vico, kenapa lo nyakitin gue?" lirih Lyora.
"Sakit? Baru segini aja lo ngeluh. Gimana nasibnya Silvi setelah lo bikin jari-jarinya luka parah?" Tatapan Vico menajam padanya.
Lyora hanya merintih kesakitan karena Vico mencengkram tangannya. "Kali ini gue lepasin lo. Laen kali kalau lo berani nyakitin Silvi. Gue ga bakalan tinggal diam." Kemudian melepaskan cegkramannya dan mencampakkan tangan Lyora.
Lyora mengusap tangannya yang memerah karena cengkraman Vico "kenapa sich lo bela-belain cewe manja kayak gitu? Padahal gue udah lama kenal sama lo," "emang kenapa?, dia pantas dibela," jawab Vico sambil mengambil ranselnya.
"Gue ga terima kalau lo dekat-dekat sama dia!!!" teriak Lyora pada Vico. "Apa lo bilang?" tanya Vico menoleh pada Lyora.
" Gue suka sama lo Vico. Kenapa lo ga pernah mau buka hati lo dikit aja buat gue?" Lyora mengeluarkan air mata dipipinya.
"Lo gila ya, ga mungkin gue bakalan suka sama cewe jahat kayak lo!" tegas Vico sambil menggendong Zahwa dan memberikan kunci mobil Lyora ke tangan Lyora.
Perkataan Vico benar-benar menusuk jantungnya. Seakan Lyora lenyap begitu saja mendengar perkataan yang baru saja diucapkan Vico.
"Gue ga akan nyerah sampai lo mau sama gue!!!" Lyora meneriaki Vico yang membawa Zahwa ke motor dan melajukan motornya begitu saja dari hadapan Lyora dan tidak menoleh sedikitpun padanya. Lyora menghapus airmatanya, dengan kesal masuk kedalam mobilnya. Mobil itupun melesat begitu saja ke jalanan.
Vico sampai dirumahnya, "udah pulang nak?" sapa ibunya "udah bu, aku mau antar Zahwa bu. Tadi dia ikut ke bengkel sama aku," jawab Vico sambil mendudukkan adiknya ke bangku. Zahwa tersenyum dan memeluk ibunya.
"Bu, aku mau pergi liat teman yang sakit," ucap Vico sambil mengenakan jaket hitamnya. "Hati-hati ya. Pulangnya jangan malam-malam," ucap ibu sambil menggendong Zahwa.
"Iya bu" Vico segera mengendarai motornya.
Vico membunyikan klakson di depan pagar rumah Silvi. Satpam membukakan gerbang rumah itu "cari siapa mas?" tanya seorang satpam berbadan gendut.
"Pak, apa benar ini rumahnya Silvia Anastasya?"
"Vico," panggil Riana dari dalam rumah menghampirinya. "Riana" sahut Vico.
"Pak ini teman sekolah Silvi," jelasnya pada satpam. Satpam itu segera membukakan pintu gerbang dan mempersilakan Vico masuk.
Sampai di depan kamar Silvi, tok...tok...tok...
"Iya masuk," sahut Silvi.
Vico membuka pintu kamar dan menunjukkan wajahnya "Vico, kamu datang?" wajah Silvi tersenyum lebar dan memerah melihat kedatangan Vico.
"Lihat apa yang aku bawa?" ujar Vico sambil membawakan coklat dan sebuket bunga.
"Wah coklat aku mau," Silvi berlari menghampiri Vico mengambil coklat ditangan Vico.
"Eh pelan-pelan tangan kamukan lagi sakit," Bico mengingatkan.
"Ah, aku lupa saking senangnya melihat coklat aku lupa kalau tanganku sakit" Silvi menggenggam coklat itu dengan kedua tangannya seperti anak kecil.
"Sini aku bukakan" Vico mengambil satu coklat dan menyuapkannya pada Silvi. Riana melihat kegembiraan didalam ekspresi mereka. Riana paham mereka saling menyukai satu sama lain dan tersenyum melihat kelakuan dua temannya.
***
Marinka dan Adi pulang dari kantor. Melihat ada motor yang terparkir dihalaman, "bi itu motor siapa?" tanya Marinka pada bi Ayu.
"Itu motor temennya non Silvi bu," jawab bi Ayu sambil mempersilakan majikannya masuk.
"Tumben teman-temannya ke sini?" Adi menimpalkan pertanyaan.
"Tadi non Silvi tangannya terluka jadi temannya datang kesini" jelas Bi Ayu. Mendengar ucapan bibi Marinka. Marinka dan Adi bergegas menemui anaknya.
"Silvi," panggil Marinka dan Adi menghampiri Silvi.
"Kamu kenapa nak?" Marinka langsung menerobos dan memeluk anaknya. Adi hanya memperhatikan dua anak seumuran anaknya dihadapan Silvi.
"Kalian teman sekolahnya Silvi?"
Riana dan Vico menganggukkan kepala dan bersalaman dengan kedua orang tua Silvi.
Marinka dan Adi mempertanyakan kondisi anaknya, Vico dan Riana hanya mengatakan Silvi terjatuh, karena Silvi tidak mau siapapun menetahui permasalahannya dengan Lyora. Terutama kepada kedua orangtuanya supaya masalah tidak diperpanjang dan tidak ingin orangtuanya mengkhawatirkannya.
"Tante, om, tadi Silvi ga sengaja kepleset jadi tangannya luka gitu," jelas Vico pada kedua orang tua Silvi.
"Tapi ini tangannya sampai memar loh," Marinka memperhatikan tangan anak kesayangannya dengan mata berkaca-kaca.
"Ga apa-apa ma. Besok juga sembuh. Aku aja yang ga hati-hati," jawab Silvi menatap mama dan papanya mencoba menenangkan kedua orang tuanya.
***
Lyora n the genk sampai di cafe dan segera duduk di meja yang kosong, kemudian memesan makanan dan minuman.
"Ly, lo kenapa? Dari tadi manyun aja," sapa Winda.
"Hmm ga apa-apa kok," Lyora menjawab sambil mengusap layar Hpnya.
"Yakin lo?" timpal Cellyn.
"Apaan sich lo pada kepo banget," ucap Lyora memperlihatkan wajah juteknya.
"Aaa gue tau ni pasti lo lagi patah hati ya," goda Alina. Merasa terganggu dengan candaan besti-bestinya.
Lyora buka suara "gue mau cerita pada lo pada" "cerita aja Ly, daritadi kita disini juga mau ngobrol," pinta Cellyn.
"Gue sebel banget hari ini,"
"Emang kenapa Ly, siapa yang bikin lo sebel?" selidik Winda.
Lyora menjelaskan kejadian yang dialaminya di bengkel bersama Vico kepada teman-temannya.
"What?! Vico nolak lo?" Ucap Alina sambil memajukan wajahnya dan memukul meja.
"Iya!!!" bentak Lyora padanya. Sontak pengunjung yang datang memperhatikan mereka. Alina sedikit kaget dan malu diperhatikan banyak orang lalu memposisikan badannya rilex dibangku sambil tersenyum kecil.
Waiters yang baru saja mengantarkan makanan kepada mereka ikut terkejut "permisi mba makananannya," sambil menghidangkan makanan dan melontarkan senyuman ramah.
"Eh, maaf," cengir Alin pada waiters ganteng itu.
"Eh, Vico keterlaluan masa dia milih cewe manja gitu dibanding lo yang cantik, pinter n kaya raya," sanjung Winda pada Lyora.
"Entahlah, gue juga heran. Apa yang dia suka dari cewe kayak gitu," ujar Lyora sambil memegang dagunya dan berusaha memutar otak supaya Vico mau dengannya.
"Btw, gue jadi ingat sama audisi piano itu. Kira-kira Silvi bakal ikut ga ya," timbrung Cellin.
"Gue udah kasih dia peringatan keras sama dia tadi jadi dia ga bakal ikutan. Lagian tangannya juga luka parah gitu. Gimana mungkin dia main piano dipanggung megah?" ucap Lyora sambil menertawakan Silvi mengingat kejadian tadi siang. Sontak semua teman-temannya teringat dengan kejadia tadi siang membayangkan wajah Silvi memohon dan memelas kepada mereka ketika Lyora memukulkan penggaris besar itu berulang kali ke jari jemari Silvi, hingga tangan berkulit putih mulus itu menjadi terluka dan memar cukup parah, membuat kulitnya mengelupas dan berdarah. Kejadian itu membuat mereka tertawa senang diatas penderitaan Silvi.
Apalagi Lyora merasa sangat puas menyakiti anak baru itu. "Udah, ga usah dipikirin tuch anak manja. Palingan dia lagi mewek ngadu sama mamanya" celetuk Alina sambil mengurai senyum diwajahnya. "Eh ini makanannya udah dingin yuk kita makan. Gue udah lapar dari tadi" Winda mengalihkan topik pembicaraan. Diantara Lyora n the genk yang sikapnya sedikit bersahabat hanya Winda. Dia tidak terlalu banyak bicara dan sejujurnya dia tidak terlalu suka dengan kelakuan genknya itu, tapi apa boleh buat Winda sudah terlanjur bersama mereka dan Winda ga mau kehilangan para bestie nya itu dan juga rasa hormat teman-teman sekolahnya yang telah dia dapat semenjak bergabung dengan Lyora n the genk, karena bersikap lebih baik daripada bestie-bestienya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments