Drama kelahiran salma.
Pagi itu adalah pagi yang sangat cerah. Suasana saat itu mendukung semua rencana indah milik ayah dan ibu salma yang sebentat lagi akan menyambut kelahirannya. Anak yang sekian lama mereka dambakan.
"Ayah hari ini sibuk gak? Ibu mau minta temenin cek up kedokter kandungan yah, bisa gak yah?" pinta ibu dengan manja.
"Hmmm, gimana ya bu? Ayah ada rapat lho hari ini, karna ada investor dari luar negri yang mau dateng katanya. Di temenin bik ijah aja ya, ngga papa kan sayang? Nanti kalo selesai cepet aku langsung nyusul kok," rayu ayah pada ibu saat itu.
" Hah... Yowes lah, daripada sendirian. Sama bik ijah wae yo bik?" pasrah ibu setengah meneriaki bik ijah yang ada ditempatnya.
"Siap ndoro ibu! Saya siap kapanpun ndoro ibu butuh saya," balas bik ijah dengan yakin. Ayah salma saat itu mengusap rambut dan mengecup kening istrinya dengan begitu lembut.
Pukul 10 siang hari itu ibu dan bik ijah berangkat ke Rumah Sakit dengan taksi yang sudah dipesan. Tidak berapa lama mereka sampai ke Rumah Sakit dan langsung keruang dokter karna sudah membuat janji sebelumnya
"Ibu, kondisi bayinya sangat sehat, dan bayi nya perempuan, cantik sekali. Sepertinya mirip ibunya," ucap dokter dengan ramah dan penuh senyum itu.
"Ealah, itu kelihatan ndoro ayu, cantik mbianget kayak ndoro ayu, yo!" seru bik ijah dengan bahagia.
"Iya bi cantik. Eh iya dokter bagaimana dengan kondisi saya? Apakah bisa melahirkan normal dok?" tanya ibu.
" Kita lihat nanti saat tiba waktunya bu. Karna ibu mempunyai riwayat darah tinggi, kami takut jika nanti akan terjadi pre eklamsi yang membahayakan nyawa ibu dan janinya. Maka dari itu, ibu harus benar-benar menjaga kandungan ibu. Konsumsi vitamin dan jaga pola makan, ini saya beri resep untuk vitaminya ya," pesan sang dokter yang kemudian membuatkan resep untuknya.
"Oke, Dok... Terimakasih sebelumnya ya dok, saya pamit dulu." Mereka saling berjabat tangan, dan ibu mulai meninggalkan tempat itu.
Tak kelang beberapa lam, di dalam taxi, ibu tiba-tiba ibu lihat ada tukang rujak mangkal dipinggir jalan. Jiwa inginnya meronta meski sudah tak dalam fase ngidam lagi. Sepertinya begitu segar hingga membuat air liurnya menetes tanpa sadar.
" Mas, tolong berhenti sebentar, saya mau beli rujak ya disana. Saya pengen," pinta ibu pada supir taxi yang melayaninya.
"Biar saya aja yang turun ndoro?" tawar bik ijah.
"Gak usah bik, lebih deket dari sini. Bentar aja kok, ngga papa." Karena memang tepat ada di lampu merah dan taxi itu tak bisa sembarang berhenti di suatu tempat. Hingga harus turun dan berjalan sedikit menuju rujak yang di inginkan.
"Hati-hati ndoro ayu!" ucap bik ijah pada sang nyonya.
Hanya sebentar ibu berjalan dan tiba-tiba sesuatu justru terjadi padanya.
BRAAAAAK, CHIiiiiiiitzz!!!
BRUGhhhhh!!!!!!! Ibu tertabrak, dan tubuhnya terhempas jauh dari lokasi kejadian. Sangking kuatnya mobil itu melaju dan ingin menerobos lampu merah yang menyala.
"Astaghfirullah ndoro ayu! Ya allah ndoro kenapa bisa begini?!" Bik ijah berteriak dan lamgsung lari saat ia tau sebuah mobil tepat menabrak ibu saat itu.
Semua orang berbondong-bondong berusaha Menolongnya, menaikan ibu yang sudah tak Sadarkan diri kedalam taxi yang dinaikinya tadi. Bik ijah memangku tubuh ibu, dengan penuh cemas dan menitikan air mata, cepat-cepat ia menelpon ayah saat itu.
Drrrrt,,, drrrrrrt!
Bunyi hp ayah dimeja kantor.
"Hallo?"
" Hallo, ndoro? Ini bibik ndoro. Ini ndoro ayu tadi ketabrak mobil, sekarang gak sadar. Bibik lagi jalanmau ke RS yang tadi ndoro... " tangis bik ijah pecah.
"Astaga! Bagaimana bisa bik? Bibik tenang dulu sekarang, saya segera menyusul kesana dan bilang kedokter lakukan apapun yang terbaik ya bik.. " Seru ayah padanya.
Beberapa lama setelah itu, ayah tiba di Rumah sakit, dengan berlari langsung mememui bik ijah yang sedang duduk sambil Menangis dikursi ruang tunggu, bibik Menangis sesegukan sambil terus beristighfar dan menyebut nama ibu ku, yang saat itu sedang kritis.
"Bagaimana keadaan salwa bik, bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya ayah penasaran.
"Ndoro tadi itu_"
" Maaf, pak Leo. Ternyata, kondisi ibu salwa benar-benar kritis, karena kecelakaan itu lambung ibu salwa pecah dan sementara itu, bayi juga harus diselamatkan dengan segera. Kami harus secepat nya menyelamatkan bayi, tapi apa daya pendarahan semakin parah. Ditambah lag ibu salwa terkena pre eklamsi karna darah tingginya," lapor dokter sambil mnyesalkan.
"Jadi, gimana dok? Apakah istri saya selamat? Gimana kondisinya sekarang?"
"Ibu kritis. Tapi jika anda ingin melihatnya kami persilahkan masuk. Namun hanya sebentar, karna akan segera dipindahkan keruang ICU."
Derap langkah kaki ayah ku lunglai menapaki lorong ruang operasi dimana ibu ad disana saat itu. Gemetar, menangis, namun harus berusaha kuat, sambil mengusap wajahnya ia terus berjalan mendekati ibu yg tergolek lemah.
"Salwa sayang, maaf tidak bisa menemani kamu. Maaf belum bisa jadi suami yang baik untuk kamu, aku suami yang gagal sayang, aku terlalu memikirkan masa depan kita nanti,
sampai aku lupa apa yang harusnya saat ini aku lakukan. Maaf sayang, kamu harus kuat, sadar sayang apa kamu tidak mau lihat anak kita dia sudah lahir, sayang. Dia menangis ingin bertemu denganmum" Ayah merayu, sambil memegang dan menciumi tangan ibu saat itu..
Akan tetapi, ibu sama sekali tak merespon ucapan ayah padanya. Ia terus diam, bahkan terasa akralnya semakin dingin saat ini. Hingga monitor akhirnya justru berbunyi.
Tuuuuuut!
Tuuuuuuuuuuuuut!
Ibu terlihat menarik nafas panjang 3x
"Dokter, dokteeeeeer!!" Ayah berteriak bergitu cemas.
Para dokter dan perawat bergegas memberikan pertolongan pertama. Ayah dan bik ijah begitu lemas dan tak berdaya, perasaan sudah tidak karuan diluar ruangan.
Tiba-tiba dokter keluar dengan muka lesu, dan berjalan pelan menepuk pundak ayah. Pertanda menyesal dan menyabarkan dengan sebuah kenyataan yang terjadi.
Ayah langsung tertunduk lemas dan mengusap muka sembari menangis, bersamaan dengan tangis bik ijah yang sidah histeris dan tertahan daritadi.
"Ya allah ndoro ayu! " pekik bibik
"Salwa, sayangku... Maaf sayang," Ayah Salma lunglai.
Suara tangisan bayi terdengar saat itu, membuyarkan tangisan mereka semua. Tapi ayah seolah tidak perduli itu, hanya bik ijah yang spontan menghampiri dan menggendong bayi salma dengab begitu hati-hati. Ditimang-timangnya bayi mungil itu dengan penuh kasih sayang.
Entah kenapa respon ayah datar, saat melihat salma kecil, meskipun bik ijah sudah menyodorkan sang putri padanya.
Jenazah ibu sudah dibawa pulang, semua pelayatpun datang dan mengucapkan bela sungkawa. Beberpa rangkaian bungapun dikirmkan kerumah dari relasi bisnis ayah.
Semua orang sedih, namun tetap mengucapkan selamat atas kelahiran salma karena setidaknyq harus disambut juga. Tapi, ayah seolah tak Perduli itu, ayah hanya fokus pada ibu saja dengan jenazah ibu yang ada dihadapanya. Sudah kaku, dan tidak bisa diajak bersenda gurau seperti dulu ketika mereka bersama.
"Maaf sayang... " ucap ayah lirih.
Esok nya bibik terus membujuk ayah dengan menyodorkan bayi salma padanya. Karna setelah 3 hari kelahiran pun, ayah belum memberi bayi itu nama.
"Ndoro Tuan, ini anaknya dipegang, dikasi nama," bujuk bibik dengan begitu lembut merayunya.
" Bibik aja yang pegang, terserah kasi nama siapa. Bibik jagain anak ini baik-baik, bik."
Bik ijah berlalu dengan wajah sedih, dan terus menimangku, sambil berfikir akan memberi nama siapa padaku saat itu.
"Nduk, cah ayu. Kasihan kamu nduk, ayahmu masih berat mau nimang kamu. Bahkan ngasi nama aja berat. Eeehmm, bibik kasi nama siapa ya yang cantik dan artinya baik?" gumamnya sembari terus menimang.
FATIHAH SALMA ASYILA, akhirnya nama itu diberikan pada gadis kecil mereka. Ya, oleh bik ijah bukan ayahnya.
Sampai berbulan-bulan bahkan setahun kematian ibu, ayah masih tak mau menimang bayinya. Bahkan saat nenek dan kakeknya datang, dia hanya ramah pada orang tuanya saja tidak pada gadis nya menggendong pun hampir tidak pernah karena selalu gemetar dan sesak napas.
Ingat saat ulang tahun salma, yang dimana harus nya dihari ulang tahun nya seorang anak mendapat kado istimewa dari ayah nya, difoto dengan berpelukan. Tapi tidak dengan salma. Bagi ayah, hari ulang tahun itu adalah hari yang pahit, yang selalu membuatnya teringat akan ibu sakma yang sudah tiada. Hari yang selalu membuat nya mengingat akan kematian orang yang sangat dicintainya, sangat menyakitkan bagi nya ketika dia ingat telah menolak permintaan terakhir ibu saat itu.
Tapi apa salah salma diposisi ini? Ia tahu ayah menyesal. Namun, seberapa banyak kata menyesal yang keluar tidak akan mengembalikan ibunya. Bukankah Tuhan sudah mengirim salma sebagai gantinya?
Saat ini hanya ada salma dan ayah. Gadis dengan permohonan agar sang ayah dapat menatapnya, mencintainya seperti ayah mencintai ibu dulu. Ia sangat ingin kan itu, peluk salma sekali saja, agar salma bisa merasakan hangat nya cinta itu.
Entah sampai kapan ayah sadar semua itu. Salma hanya bisa diam, pasrah dan menunggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒚𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒍𝒎𝒂 𝒆𝒈𝒐𝒊𝒔 𝒏𝒚𝒂𝒍𝒂𝒉𝒊𝒏 𝒂𝒏𝒂𝒌 😤😤
2024-08-05
0
Ernadina 86
pdahal yg salah itu dirimu tidak perhatian giliran anaknya lahir malah di cuekin..
2023-03-30
0
istrina onet
yang sabar ya Salma suatu hari nanti ayah pasti berubah 😔😔😔
2023-03-26
0