4. Abang, Aku Mau Nikah!

Kai memarkirkan motor ketika sudah sampai di halaman rumah Abangnya. Ia lalu melangkah ke teras rumah Alby, kakak laki-lakinya yang sudah berkeluarga dan punya satu orang putra berumur lima tahun, bernama Azka.

“Assalamualaikum!" Kai memberi salam sembari celingak-celinguk di depan pintu yang sedikit terbuka.

“Abang, Kak, Assalamualaikum!" panggil Kai lagi.

“Waalaikumsalam!" sahut seseorang dari dalam rumah.

Tak lama setelah itu keluar seorang wanita sambil menggandeng anak laki-lakinya, Azka. Keponakan dan Kakak ipar Kai itu nampak rapi, sepertinya akan pergi.

“Ada apa Kai?" tanya Tiwi, Kakak Ipar Kai itu duduk di sofa.

Sementara Kai yang masih berdiri di ambang pintu segera menyusul dan ikut dudu di sofa yang lain.

“Abang mana?"

“Lagi siap-siap, kita mau pergi ke rumah nenek Azkara!" ujar Tiwi memberitahu.

Kai yang mendengar itu hanya bisa menghela napas gusar. Ia terlihat menelan ludah kasar. Entah kenapa perasaannya jadi tak karuan begini. Tak sabar ingin segera menyampaikan niat baiknya pada keluarga agar bisa sesegera mungkin datang bertemu dengan keluarga Meysa di pulau Celebes sana. Kai tak sabar ingin memboyong keluarganya dari Andalas menuju Celebes untuk meminang sang tambatan hati.

“Kenapa Kai?" tanya Tiwi saat melihat Kai malah terdiam. Wajah adik iparnya itu nampak memikirkan sesuatu.

Kai menghela napas, baru Ia ingin menjawab pertanyaan kakak Ipar. Sosok Alby sudah muncul dari dalam rumah.

“Ada apa, Kai?" tanya Alby yang muncul sembari memasang kancing di lengan kemejanya. Pria itu bertanya pada sang adik menggunakan bahasa dan logat melayu yang khas.

Kai tak langsung menjawab sampai Abangnya benar-benar duduk. Setelah itu Ia baru menarik napas dalam dan melirik Kakak Ipar serta saudara laki-lakinya itu secara bergantian. Mengumpulkan keberanian dan mempersiapkan mental untuk mengutarakan maksud kedatangannya.

“Lamarin cewekku, bang. Aku mau nikah!" ujar Kai dengan lantang. Tangan yang saling bertaut dan bertumpu di atas lutut dengan gaya duduk laki-laki yang khas itu membuat Kai nampak jantan dalam menyampaikan keputusannya barusan, tidak menye-menye seperti cowok labil.

Kening Alby mengkerut samar mendengar apa yang adik keduanya itu sampaikan.

“Cewek kau yang dulu itu, Meysa?" tebak Alby. Bahkan saking lamanya Kai dan Meysa menjalin hubungan, keluarga Kai pun tahu soal hubungan yang kedua insan itu jalin.

Kai mengangguk. “Iya bang! Abang bantu ngomong sama Emak dan Ayah biar bisa datang meminang Meysa."

“Apa Kau benar-benar yakin dan serius sama Meysa?" tanya Alby memastikan. Bukan tanpa sebab pria itu menanyakan hal itu, Alby hanya ingin melihat dan memastikan bagaimana keyakinan sang adik dalam menjawab pertanyaannya.

Bukannya meragukan perasaan dua orang yang sudah menjalin hubungan selama itu, tetapi Kai hanya ingin Kai benar-benar matang dan yakin dalam mengambil keputusan. Ia hanya ingin melihat Kai bersikap dewasa dan bijak, apalagi antara Ia dan Meysa punya banyak perbedaan adat dan budaya, belum lagi jarak yang membentang sang jauh. Maka untuk itu, Alby berharap apapun keputusan yang Kai ambil, adiknya itu harus bisa mempertanggung jawabkanny, apalagi ini menyangkut soal pernikahan, hal yang sakral. Mempersatukan dua orang yang memiliki latar belakang berbeda.

“Yakin sudah bisa bertanggung jawab dan bisa jadi pemimpin yang baik?" tanya Alby lagi. Membuat Kai merasa seperti sedang diinterview berkedok interogasi.

“Ya bisalah, Yah." Kakak ipar Kai pun ikut menengahi dan mencoba berpihak kepada sang adik ipar. “Kalau Kai udah minta dilamarkan berarti dia udah siap lahir batin, ya Kai ya."

Kai mengangguk mendengar ucapan Ibunya Azka.

“Ya bukan gitu!" seru Alby, "Maksud Aku itu apa Kai benar-benar siap menjalani susah senang kehidupan rumah tangga. Siap gak ngehidupin anak gadis orang. Pernikahan bukan untuk main-main, ini untuk seumur hidup."

“Ya, yang bilang main-main siapa, Ayah. Kalau si Kai minta kita buat meminang itu artinya dia udah siap, daripada lama-lama pacaran juga gak baik, kan mending nikah kalau udah siap."

Alby memutar mata malas mendengar ucapan sang istri. Bicara dengan wanita memang ribet, tidak bisa dikalahkan. Padahal Ia sama sekali tak ada maksud apa-apa menanyakan hal itu, selain hanya ingin melihat keseriusan adiknya melalui jawaban yang akan Kai berikan. Tetapi istrinya itu malah menanggapi pertanyaannya seperti ini.

Ya, inilah yang dimaksud salah satu pertanyaan Alby. Rumah tangga itu tidak hanya soal bahagia, tetapi harus siap menerima lika-liku dan segala jenis cek-cok kecil yang bukan tidak mungkin akan terjadi, seperti yang terjadi pada Ia dan istri. Alby hanya bermaksud demikian, tetapi mungkin caranya menyampaikan lah yang membuat Tiwi salah arti. Huh.

Kai yang datang bukan ingin melihat drama rumah tangga kedua orang itu pun segera memberi jawaban agar keinginannya segera tersampaikan. “Insyaallah Aku siap lahir batin, Bang!"

Alby tersenyum bangga mendengar jawaban mantap Kai yang lantang. Ini yang ingin Ia pastikan. Apakah Kai benar-benar serius atau tidak, jika sang adik menjawab dengan keraguan, itu artinya ia belum yakin sepenuhnya. Dan ternyata Kai memang sudah sesiap ini.

“Abang tolong bantu sampaikan ke Emak dan Ayah, aku malu kalau harus nyampaiin langsung!" Kai menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mengingat Emak dan Ayah yang selalu menganggapnya anak kecil meski sudah setua ini membuat Ia malu mengutarakan niatnya secara langsung.

Alby terkekeh mendengar jawaban sang adik. “Dulu Aku pun juga gitu, Kai. Tapi ya mau gak mau harus bilang sendiri," seloroh Alby yang juga mengingat dulu Ia sempat ragu mengatakan niatnya menikah secara langsung pada kedua orang tuanya di kampung.

Kai manggut-manggut, tak menyangka akhirnya ia bisa berada di tahap ini juga. Kai merasa dirinya sangat jantan karena berhasil mengutarakan niat baik. Eits, belum bisa dikatakan jantan kalau belum ijab qabul, Kai!

“Kalau soal biaya buat mahar, seserahan dan ongkos kesana. Abang kasih tahu Ayah sama Emak, bilang kalau Kai udah ada persiapan buat itu," ujar Kai.

”Kai udah siapin kok!"

Tiwi dan Alby tersenyum saling tatap mendengar ucapan Kai di sela Azka yang tengah sibuk memainkan mobil-mobilannya kesana kemari di ruangan itu.

Alby tak menyangka ternyata adiknya sudah mempersiapkan semua dengan matang. Itu membuatnya bangga pada Kai.

“Banyak rupanya tabungan kau?" sergah Alby yang mana membuat Kai tersenyum simpul.

Bersiap menjawab sambil menundukkan kepala sebagai tanda hormat pada Abang. Entah mengapa kali ini ia merasa seperti sedang mengutarakan niat sakeral, sehingga membuat suasana sedikit berbeda.

“Gak banyak juga, Bang. Tapi, Insyaallah cukuplah buat meminang anak gadis orang."

Alby kembali tersenyum haru, benar-benar tak menyangka adik tengahnya itu sudah sedewasa dan sebertanggung jawab ini. Telah mempersiapkan semuanya.

“Kai!" Alby yang tadinya duduk di sofa single, berhadapan dengan Kai. Kini bergeser dari tempatnya dan duduk di samping kiri sang istri. Tangan pria itu terulur menepuk punggung sang adik yang masih menunduk, persis seperti orang yang dilehernya terdapat gantungan batu.

Tepukan dari Alby membuat Kai menegakkan punggung. Tak lagi seperti orang yang memikul batu.

“Walaupun Kau udah punya tabungan, Aku, Ayah dan Emak gak mungkin gak membantu. Kami gak mungkin biarin kau berusaha sendiri!"

“Jadi, masalah itu gak perlu dipikirkan. Kurang dan lebihnya kami pasti siapkan."

“Makasih, Bang." Kai tersenyum tulus.

Melihat itu Alby lalu memeluk adik laki-lakinya yang ternyata sudah dewasa itu.

“Gak nyangka kau udah mau nikah aja, kai!" Alby menepuk-nepuk bahu Kai. Membuat pria itu tersenyum haru.

Setelah sekian lama, ini kali pertama kedua bersaudara itu berpelukan intens, mungkin terkahir saat mereka masih kecil.

“Hehe iya bang," Kai malah cengengesan. Merasa lucu karena ini merupakan moment yang langka. Tak menyangka Alby akan seperhatian ini karena tahu Ia akan meminang anak orang.

Alby lalu melepas pelukannya. Ia kembali menepuk bahu sang adik. “Ingat, nanti kalau udah jadi suami, jadi imam yang baik dan bertanggung jawab!"

“Siap, aman!" celetuk Kai malu-malu sambil melingkarkan jari telunjuk dan jempolnya. Ah, rasanya ia sudah tak sabar membayangkan hidup berdua dengan Meysa, mengarungi bahtera kehidupan dan susah senang bersama. Apalagi kalau berhasil mendapatkan surga dunia dari pujaan hatinya itu. Oh, sungguh Kai tak bisa membayangkan kenikmatan yang haqiqi mana lagi yang akan ia dustakan. Kai segera menyadarkan diri dari pikiran yang mulai traveling ke arah kegiatan anu-anu.

“Elleh, abang kau aja kadang gak baik!"

Celetukan Kakak ipar membuat Kai ingin sekali terbahak-bahak. Hanya saja ia tak mau merusak moment mengharu biru yang langka ini.

“Ck, apa pulak nggak baiknya!" Alby berdecak kesal mendengar Tiwi yang malah buka aib di hadapan Kai dan gerombolan nyamuk serta cicak-cicak di dinding diam-diam merayap.

“Ya, lagian adek mau nikah aja baru sok care gitu!" protes Tiwi sambil terkekeh. Sungguh sedari tadi ia ingin sekali melepas tawa melihat reaksi Alby pada Kai setelah menyampaikan keinginannya untuk menikah.

Ternyata bukan hanya Kai, Tiwi bahkan memikirkan hal yang sama sepertinya.

“Udah macam orang yang mau dipisahkan sama adeknya aja!" Tiwi masih saja menertawai Alby.

Membuat suaminya itu kembali memutar mata malas.

“Ck, udah. Ayo berangkat, udah mau maghrib!" Alby yang malas terus-terusan diejek pun beranjak sembari meregangkan otot-otot.

Tiwi pun ikut beranjak, begitu juga dengan Kai.

“Azka, ayo berangkat ke rumah nenek!" panggil Tiwi pada balita yang masih sibuk main mobil-mobilan itu.

“Pergi dulu ya, Kai!" pamit Tiwi saat Azka sudah lebih dulu berlari keluar dan menuju mobil berwarna abu metalik itu.

Ketiga orang dewasa itu berjalan beriringan keluar dari rumah.

“Bang, jangan lupa kasih tahu emak dan Ayah!"

“Iyo lah Kai! Ndak sabar kali!" sahut Alby sembari menahan tawa melihat adiknya yang sudah tak sabar ingin cepat-cepat meminang gadisnya.

“Jangan lama-lama ya, bang!"

“Iya, nanti dijalan langsung aku telpon! puas?"

Kai menggaruk kepala melihat reaksi kedua orang tua Azka.

Terpopuler

Comments

Sun_Lee

Sun_Lee

Asiiikkk sebentar lagi mau kawin ...

2023-03-25

1

Andariya 💖

Andariya 💖

kau..kai... akhirnya kamu minta restu sama abangmu
alby juga setuju, klau kamu Uda siap lahir batin

keren kai👍👍👍🥰

2023-03-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!