Dua hari kedepan, Queena mendapatkan libur. Biasanya dia akan menghabiskan hari hanya untuk tidur. Maklum, libur didapat setelah shif dua malam berturut-turut.
Hari ini matanya tidak bisa dia pejamkan. Di rumah kontrakan yang hanya ada dua kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu, dan dapur yang merangkap ruang makan, Queena menghabiskan waktunya untuk menonton televisi. Rasa bosan menghampiri saat tengah hari sudah terlalui. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi sekadar cuci mata di mall.
Hanya perlu satu kali naik angkot untuk sampai ke mall yang dituju. Juga tidak memerlukan waktu yang lama. Sekitar sepuluh menit saja.
Di lantai pertama, Queena menyapu pandangan pada restoran yang berjejer. Berharap ada sesuatu yang menarik hatinya untuk bisa dia masukkan ke dalam mulut. Namun, nihil. Queena yang memang moodyan soal makan, tak sedikitpun tertarik.
Langkahnya kini terarah menuju lantai dua. Surganya para wanita. Berbagai fashion ada di sana : Baju, sandal, tas, jam tangan dan jiga parfum. Queena yang memang suka sekali dengan wangi-wangi, segera mempercepat langkahnya menuju stand parfum. Bukan hanya itu saja, di sana ada tulisan diskon 75%. Itulah penyebab utama langkahnya menjadi cepat.
"Silakan, Kak. Ini baru launching jadi diskonnya besar sekali," ucap SPG.
"Oh, begitukah? wah, saya harus punya satu, nih. Coba Mba, yang recommended yang mana, ya?"
"Penjualan terbanyak, sih, yang ini, Kak. Dia wangi jusmine tapi sangat soft. Hampir tidak kentara kalau ini wangi jusmine."
"Kalau saya pakai malam-malam, gak akan dikira kuntilanak, kan?"
"Hahaha. Kakaknya bisa aja, deh. Kuntilanak secantik ini mah yang ada malah pada deketin."
"Ish. Bisa aja."
Bruk!
"Aduuh!"
Seseorang menabrak Queena yang sedang mencium parfum. Botol parfum itu terjatuh dan pecah.
Queena segera jongkok lalu meraih pundak gadis kecil yang memakai kaos putih.
"Kamu gak apa-apa, sayang?"
Anak itu menggeleng ketakutan. Takut orang yang dia tabrak, marah.
"Syukurlah. Jangan takut, saya tidak akan marah. Kamu sama siapa ke sini?" tanya Queena seraya mencari ke segala arah. Mencari seseorang yang bersamanya.
"Daddy. Hwaaa." Anak itu menangis. Queena dan Mba SPG yang ada di situ kebingungan. Mereka berdua mencoba menenangkan gadis kecil itu, tapi tangisannya tak kunjung mereda.
"Ke informasi aja, Kak. Coba umumkan di sana tentang anak ini, siapa tau orang tuanya mendengar."
"Iya, baiklah. Dek, ayo kita cari orang tuamu. Mba, nanti saya ke sini lagi kalau udah ketemu orang tuanya. Siapa tau dia mau ganti rugi atas parfum yang dipecahkan anaknya."
"Haha ... Iya, Kak. Tapi bagaimana saya bisa yakin kakaknya bakalan balik lagi ke sini?"
Queena memutar bola matanya. Dia mengeluarkan dompet lalu mengambil sesuatu dari sana.
"Ini kartu identitas saya sebagai jaminan. Udah, ya. Saya harus segera mencari orang tua anak ini."
"Iya, Kak. Semoga orang tuanya kaya raya, ya!"
Queena memcebik. Dia menggendong anak itu dan membawanya ke bagian informasi. Bagian informasi ada di lantai satu. Berada tepat di tengah-tengah mall besar itu. Artinya, Queena harus berjalan cukup jauh mengingat dia ada di bagian paling timur.
"Daddy!" Anak itu berteriak saat Queena sedang berada di eskalator hendak turun. Dari sebrang sana, ada seorang laki-laki yang melambaikan tangan dengan wajah yang tampak sangat cemas. Pria itu berlari sangat cepat.
"Hanum, Nak. Kamu kemana saja? Daddy cemas nyariin kamu." Pria yang dipanggil Daddy itu memeluk anaknya erat saat mereka sudah berada di lantai satu.
"Terima kasih telah menjaga anak saya."
"Dari mana anda tau saya menjaganya? kalau saya berniat mau menculiknya, gimana?"
"Saya rasa itu tidak mungkin."
"Kenapa?"
"Anda tidak memiliki kaki yang panjang untuk berlari cepat."
"Hubungannya apaaaa maliiih ...."
"Iyalah! penculik itu harus bisa berlari sangat cepat guna menghindari kejaran massa atau aparat."
"Seperti Anda maksudnya?" tanya Queena. Dia menatap pria itu dari ujung kaki hingga kepala. Tinggi.
"Sembarangan. Tapi, bagaimanapun juga terima kasih."
"Jangan cuma terima kasih aja. Anak Anda ini memecahkan botol parfum dan kartu identitas saya jadi jaminan di sana. Saya harus menebusnya, tapi uang saya tidak akan cukup. Em, bukan itu maksudnya. Uang saya, sih, cukup buat bayar ganti rugi, tapi saya jadi tidak bisa membeli parfum dan makan sore ini. Begitulah kira-kira."
"Panjang sekali bicaramu. Gak bisa singkat saja? ya sudah, ayo kita ke sana. Saya yang akan ganti rugi."
"Syukurlah. Doa Mba SPG itu terjawab."
"Doa apa?"
"Ih, kepo."
"Ck! ya sudah. Ayo kita ke sana."
Mereka akhirnya kembali ke stand parfum. Sesampainya di sana, tangan Queena ditarik anak kecil itu. Dia menunjuk patung yang memakai baju seukuran dengan dirinya. Queen menunduk, menyamakan tinggi.
"Mau itu?"
"He-em."
"Minta sama ayah kamu, ya. Kakak gak punya duit. Tunggu sebentar lagi, ayah kamu lagi ngambil kartu identitas saya dulu."
"Mau ke sana." Anak itu merengek. Tidak ingin mendengar gadis kecil itu menangis lagi, Queena akhirnya mau menuruti keinginan anak itu.
Wajah gadis kecil itu tampak sumringah saat telah di depan boneka manekin kecil setinggi dirinya. Dia menyentuh pakaian yang menempel di patung itu. Seperti gadis remaja yang sedang memilih pakaian, anak itu tampak teliti. Melihat detail bunga dan renda rajut yang ada di bagian dada.
"Kalian sedang apa?"
"Aku mau ini, Dad. Bagus, ya?"
"Ya sudah, panggil mbanya. Ini buat kartu identitas kamu dan ini parfum buat kamu juga." Pria itu memberikan paper bag berukuran sedang pada Queena. Tanpa malu, Queena segera meraih paper bag tersebut.
"Waaah. Terima kasih, Pak. Ini parfumnya mahal loh. Ada tiga pula. Ya ampun! aku mimpi apa semalam? ini mah rejeki nomplok namanya. Niat beli parfum diskonan, eh, dapet parfum mahal. Rejeki anak solehah mah emang mujur."
"Tante ini cerewet, Dad. Sama kaya Mami."
"What? Ade cantikkk ... panggil saya Kakak. Kaaa kaaa ...."
"Tante, ayo anter aku nyoba baju ini. Masa ganti bajunya sama Daddy, sih."
"Memangnya gak sama Mami ke sininya?"
"Enggak! Mami udah di surga, jadi gak bisa ikut ke sini."
Raut wajah ceria Queena, berubah seketika.
"Maaf, Pak. Saya tidak tahu."
"Tak apa." Pria itu berkata dengan datar.
"Ya sudah, ayo kita coba bajunya. Pasti sangat cocok dipakai princess cantik kaya kamu."
"Beneran, Tante?"
"Suer! ayo kita coba."
"Huum." anak itu tampak antusias. Queena menggenggam tangan anak itu. Mereka berjalan diikuti ayah dari si anak.
Sesekali gadis kecil itu meloncat-loncat saat berjalan. Membuat rambut ikal berwarna cokelatnya ikut bergerak terombang-ambing sangat cantik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments