Raven kini sedang mengamati pemandangan yang menurutnya indah.
Flashback on...
Kini Rennia berada di sebuah penginapan yang terletak tidak jauh dari jalan utama kota itu. Rennia memasuki penginapan tersebut dan mulai bertanya kepada seorang wanita yang berdiri di tempat yang tertulis resepsionis.
Rennia bertanya jika ada pria yang bernama Azel yang menginap di sini tetapi wanita itu tidak ingin memberi tahu tentang informasi pelanggan mereka, Rennia mendengkus kasar sehingga dia mengeluarkan beberapa lembar uang dolar yang membuat mata wanita itu berbinar-binar.
Rennia mengatakan bahwa dia bisa membayar gaji wanita itu berkali lipat jika ingin bekerjasama dengannya. Seperti wanita yang terhipnotis hanya karena uang, wanita tersebut mengambil satu kunci duplikat kamar yang di tempati Azel lalu membawa Rennia ke arah kamar Azel.
Kini Rennia dan wanita itu berada di depan pintu kamar yang Azel sewa untuk malam ini. Rennia menyuruh wanita tadi untuk pergi meninggalkannya di sini.
Ada rasa aneh di dalam hati Rennia, karena dadanya tiba-tiba berdebar dengan kencang. Tetapi Rennia menguatkan hatinya, dia harus bertemu Azel untuk memperbaiki masalah mereka.
Itulah Rennia yang selalu mengalah tetapi masih bersikeras untuk menyerahkan dirinya.
Sewaktu Rennia membuka pintu kamar Azel, dia memasuki kamar tersebut tetapi kelihatan sangat suram. Pikiranya Rennia mengatakan bahwa Azel telah tidur.
Dengan perlahan Rennia berjalan dan langkah terhenti apabila mendengar suara seperti suara wanita yang sedang mendesah.
"uuhhh ahhh yess baby faster baby uhhhh ahhh"
Debaran di dada Rennia kian cepat, dia menerukan langkahnya karena dia juga penasaran dengan suara wanita tersebut. Tetapi langkah terhenti lagi apabila mendengar suara lelaki yang sangat familiar di telinganya.
"uhhh honey your pu**y so nice and delicious, i will f**k you more honeyy uhhh ahhh. "
Rennia menutup mulutnya, matanya mulai berkaca-kaca. Rennia coba menghapus pikiran negatifnya lalu dengan langkah yang cepat dia menuju ke arah suara tersebut.
Dan....
Deg!!!
Rennia menyaksikan adegan dewasa di depan matanya, sungguh hati Rennia begitu hancur melihat Azel sedang menikmati permainan panasnya bersama seorang wanita.
Air mata Rennia meluncur dengar derasnya di pipi Rennia. Tanpa berkata apa-apa Rennia langsung saja keluar dari kamar itu dengan berlari, Rennia tidak ingin menoleh ke belakang. Kini dia berada di luar penginapan.
Rennia mulai berjalan dengan linglungnya, dia tidak tau apa yang dia lihat tadi benar atau hanya mimpinya saja, Rennia coba mencubit lengannya dan dia merasa sakit.
Sepanjang perjalanan Rennia menangis dan tidak ada siapa pun yang berani menegur atau menyapanya. Sehingga tiba-tiba Rennia merasa tubuhnya bergetar hebat dan nafasnya mulai satu-satu tiba-tiba saja Rennia merasa cemas yang teramat, begitu sesak dadanya.
Sehingga membuat Rennia terduduk di bahu jalan, Rennia coba mengatur nafasnya dan mencoba tenang tetapi penyakit anxietynya lebih kuat sehingga dia tidak mampu melawannya.
Rennia hampir saja terbaring di bahu jalan, jika tidam seorang pria asing tiba-tiba mendekapnya agar tidak jatuh. Tubuh Rennia yang masih gementar hebat itu membuatnya susah untuk melihat siapakah pria yang sedang memangkunya saat ini.
Pria tersebut menepuk-nepuk pipi Rennia dengan perlahan tetapi lama kelamaan Rennia hilang kesadarannya.
***
Raven yang sedang berjalan kaki di bahu jalan untuk mengikuti targetnya kali ini di buat tidak fokus dengan wanita yang berada di depannya.
Wanita tersebut seperti menahan kesakitan sehingga membuat tubuhnya bergetar, pada mulanya Raven mengabaikan saja tetapi apabila wanita tersebut hendak terbaring ke bahu jalan dengan cepat Raven menuju ke arahnya lalu menariknya masuk ke dalam dekapannya.
Jiwa kemanusiaan Raven masih berfungsi guyss..
Raven coba membangunkan wanita itu tetapi wanita itu telah benar-benar pingsan di pangkuannya, Raven sempat mendengkus kasar dia melihat ke arah targetnya yang masih saja duduk di kursi menunggu di perhentian bis itu.
Raven berdecak, karena kali ini penguntitannya hanya sampai di sini saja, dia harus membawa wanita yang pingsan ini ke rumah sakit yang terdekat.
Raven menggendong tubuh mungil Rennia ala bride style. Dia menahan sebuah taksi dan membawa wanita itu menuju ke rumah sakit. Raven berharap wanita itu bukanlah wanita yang bisa menimbulkan masalah baginya karena dia malas berurusan dengan orang-orang berpengaruh.
Cukup lama Raven menatap Rennia dengan tatapan intens.
"cantik biarpun matamu kelihatan sembab, siapa namamu? " batin Raven sambil mengusap pipi Rennia dengan perlahan dan berhati-hati.
Setelah sampai di rumah sakit Raven langsung masuk ke unit darurat untuk menghantar Rennia dan sangat kebetulan yang menyambut Rennia menggenalnya.
Pria yang berpakaian dokter itu menyuruh Raven menunggu karena ada hal yang ingin dia tanyakan setelah mengatasi pasien yang dia Raven bawa tadi.
Inilah hal yang membuat Raven malas untuk membantu seseorang, dia akan di hadapkan dengan beberapa pertanyaan padahal dia saja baru bertemu dengan wanita itu. Tetapi Raven mengangguk menandakan dia akan memberi pernyataan.
Sungguh luar dugaan, hahaha. Karena Raven sendiri penasaran dengan wanita tadi, pesona wanita tersebut mengikat hatinya pada pandang pertama.
Rennia kini telah sadar, dia sedang duduk di branker rumah sakit di mana tempat sang kakaknya bekerja. Rennia hanya menatap kosong entah apa yang menjadi pikirannya sehingga tatapan mata terlihat kosong.
Sang kakak masuk ke dalam ruangan Rennia, dan coba mengajak Rennia berbicara tetapi sepatah kata pun tidak ada yang keluar dari mulut Rennia.
Tiba-tiba air matanya mengalir, kakaknya yang di panggil dengan kak Vitra, agak kaget. Dia mencoba menguncangkan tubuh Rennia agar Rennia bisa berbicara dengannya tetapi nihil, usaha yang di lakukan oleh sang kakak hanya sia-sia saja.
Setengah jam berlalu keadaan Rennia masih sama tetapi kini dia di tangani oleh dokter psikis keluarganya untuk memeriksa keadaannya. Hasilnya telah keluar, dokter psikis mereka memberitahu kepada kakak Rennia bahwa kemungkinan ada sesuatu yang berlaku dan membuat Rennia menjadi syok berat.
Tanpa banyak bicara kakak Rennia langsung saja bertemu dengan pria yang membawa Rennia ke rumah sakit.
"kau, ikut aku! " Dengan wajah yang dingin dan nada yang tinggi Vitra mengarahkan Raven untuk mengikutinya.
Kini mereka berada di ruangan Vitra, wajah Vitra kelihatan sangat serius dan tatapan matanya sangat tajam.
Tetapi bagi Raven, dia tidak termakan dengan tatapan dan nada yang di keluarkan oleh Dokter yang berada di depannya saat ini.
"Kenalkan, aku Vitra dan merupakan dokter umum rumah sakit di sini, dan wanita yang kau bawa tadi adalah adik aku Rennia. " ucap Vitra dengan nada dingin.
"oh namanya Rennia ya. " batin Raven.
"Kamu? " lanjut Vitra lagi.
"Aku Raven. " ucap Raven singkat.
"terus? Bagaimana bisa bertemu dengan adikku? "
Raven menceritakan kronologi bagaimana dia bisa bertemu dengan Rennia lalu membawanya ke rumah sakit terdekat. Raven juga mengatakan jika Vitra tidak percaya dengan ucapannya dia bisa periksa cctv di tempat di mana dia menemui Rennia.
Vitra mendengar dengan seksama lalu mengizinkannya untuk pulang.
Flashback End...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments