Kini Rennia berada di dalam kamarnya yang bernuansa pink biru. Rennia merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk ke sayangannya. Sungguh hari ini begitu lelah pikirnya.
Rennia menatap langit kamarnya lalu meningat perbicaraan antara dirinya dan Azel.
Flashback on....
"Maafkan aku Azel, aku belum bisa berikan kesucianku padamu. " ucap Rennia dengan menundukkan wajahnya.
"Sampai kapan Ren? Apa mungkin kau meragukan aku? Kita sudah jalani hubungan ini 2 tahun Ren dan hari ini bertepatan masuk ke tahun ke 3 hubungan kita bersama. Ayolah Ren, hanya sekali saja. " Azel masih berusaha memujuk Rennia agar mau melakukan hubungan badan bersamanya.
Rennia masih tertunduk dia menatap kedua tangannya, pikirannya saat ini sungguh berkecamuk. Memang banyak alasan kenapa Rennia tidak ingin berhubungan lebih intim kepada Azel.
Azel melihat Rennia yang masih berdiam dan menundukkan wajahnya. Azel mulai merasa kesal, tetapi di coba menahan raut wajah kesalnya agar tidak terlalu ketara dia sangat ingin melakukan hal tersebut.
Azel memegang tangan Rennia dengan tiba-tiba dan membuat Rennia sedikit kaget.
"apa kamu sudah pikirkannya humm? " Tanya Azel dengan lembut.
Rennia melepaskan tangannya dari genggaman tangan kiri Azel. Kini Azel memberhentikan mobilnya di bahu jalan karena sangat kesal dengan kelakuan Rennia.
"Maaf Zel, aku tidak bisa. Tapi kalau kau bersedia untuk bertemu dengan orangtua dan keluargaku mungkin aku akan pikirkan lagi, karena selama ini mereka tidak pernah tahu hubungan kita dan kau juga belum ada inisiatif untuk bertemu mereka. Aku harap kau mengerti Zel. " Tukas Rennia dengan wajah serius.
"Tidak semudah itu Ren, kau tau kita dari keluarga yang bagaimana. Aku belum siap untuk hal itu. " jawab Azel dengan nada malas.
"selalu saja alasan itu.... " belum sempat Rennia habis bicara, Azel langsung angkat bicara.
"kau juga!! Selama ini aku sering minta untuk hubungan badan denganmu tapi kau selalu saja menolak dengan alasan yang sama padahal aku siap bertanggungjawab terhadap dirimu. Makanya aku jadi makin ragu untuk bertemu dengan orangtua dan keluargamu itu Rennia !! " Azel berbicara dengan sedikit membentak dan berkelit.
Rennia kaget dengan apa yang di dengarnya, pikirannya mulai menerawang.
"Apa Azel cuma memikirkan hubungan badan denganku tapi tidak memikirkan hubungan dengan orangtua dan keluargaku?! " batin Rennia.
Rennia coba membuka suara setelah dalam mobil Azel sempat hening akibat bentakan dan ucapan Azel tadi.
"Zel, apa kau mencintaiku dengan tulus? " tanya Rennia dengan nada gementar dan mencoba menahan air matanya agar tidak mengalir jatuh.
"Tulus? Apa itu? Ckk.." batin Azel.
"Kalau cuma katakan cinta, memang aku mencintaimu tapi pikiranku sering mengatakan hanya aku yang saja yang mencintaimu tapi kau tidak Rennia. " ujar Azel nada tinggi.
"Aku sangat mencintai kau Azel tapi aku ... " ucap Rennia sendu.
"Tapi mana buktinya? " tanya Azel.
Degg!!
Pertanyaan Azel membuat jantung Rennia berdegup dengan kencang.
"Aku hanya meminta kita membuat hubungan badan saja kau menolak, apa itu yang kau bilang cinta ? Rennia cinta itu bukan hanya sekadar perasaan saja tapi juga berkaitan dengan hubungan intim kita. " lanjut Azel lagi.
Rennia tidak bisa berkata apa-apa, dia tidak tau hendak menjawab apa. Akhirnya dia memilih menundukkan kembali wajahnya, pikirannya kini di penuhi oleh perkataan Azel. Dia bimbang kalau sering menolak kemauan Azel apa kah nanti Azel akan berubah pikiran dan meninggalkan dirinya.
Flashback end...
Rennia menarik nafas yang terasa berat tanpa dia sadar bulir-bulir hangat telah membasahi wajahnya.
Saat ini hubungannya dengan Azel menjadi pertaruhan harga dirinya, mahkota yang di jaganya selama ini. Rennia sangat ingin di saat dia sudah ada keyakinan bahwa Azel akan menjadi suaminya dan mempunyai inisiatif sendiri untuk bertemu dan mengikat hubungan baik dengan orangtua dan keluarganya, baru dia akan memberikan tubuhnya dengan rela dan hati terbuka kepada Azel.
Tapi untuk sekarang, Rennia belum menemukan dengan keyakinan itu, biarpun Azel sering kali membuatnya jatuh cinta dengan berkelakuan romantisnya tapi ada firasatnya mengatakan bahwa Azel tidak serius dalam hubungan mereka.
Oleh itu, Rennia pikir dia tidak boleh terburu-buru dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan harga dirinya. Dia tidak mau suatu saat akan menyesal seumur hidup hanya karena terlalu terburu-buru.
Tapi dalam masa yang sama, Rennia kini menghadapo dilema. Firasat tentang Azel akan meninggalkan dirinya semakin kuat.
***
Seperti dalam rencananya, malam ini Raven ingin memulai aksinya. Pertama dia harus menguntit targetnya kali ini.
Dalam waktu yang sama Rennia memilih untuk keluar pada malam hari, dia ingin bertemu Azel karena tadi siang dia dan Azel bertengkar hanya karena permintaan Azel.
Sudah berapa puluh kali Rennia membuat panggilan ke nomor Azel tetapi Azel tidak pernah mengangkatnya dan terakhir Rennia mengambil keputusan untuk mencari tahu titik lokasi Azel saat ini.
Walaupun dia tau hal ini sepatutnya dia tidak lakukan tetapi entah kenapa malam ini dia ingin sekali mencari tau kemana Azel pergi.
****
Raven sudah bersiap-siap memata-matai seseorang yang menjadi targetnya kali ini dalam misinya. Memang setiap kali sebelum melancarkan misinya Raven sering memantau targetnya untuk mencari celah agar bisa menjebak targetnya itu.
Tapi hari ini terjadi sesuatu di luar dugaannya, dia terpaksa melepaskan perhatiannya terhadap targetnya. Raven pulang ke rumahnya pada jam 2 dini hari.
Raven kini tidak merasa menyesal karena targetnya pergi begitu saja tapi dia terlihat sedikit bahagia karena kejadian yang terjadi tadi membuat pikiran dan bebannya sedikit meringan.
Hanya saja dia tidak boleh berharap lebih, dia tidak mau sesuatu bakal terjadi oleh itu setelah sampai ke rumahnya Raven langsung saja membersihkan dirinya untuk melupakan kejadian tersebut lalu mengambil posisi untuk tidur.
Tapi sudah hampir setengah jam Raven bolak balik di atas ranjangnya tapi tetap saja dia tidak bisa tertidur, pikirannya mengarah kepada kejadian tadi.
Raven bangun dari tempat tidurnya lalu berdiri di depan cermin, Raven melihat wajahnya sendiri lalu menilainya. Entah apa yang ada dalam pikiran Raven dia saja yang tahu hahaha.
Raven mengambil jaket kulit yang berwarna coklat lalu mengenakannya. Dia juga mengambil kunci motornya lalu dia keluar dari rumahnya dan menuju ke gedung yang bersebelahan dengan rumah sakit.
Seperti penguntit, Raven kini berada di posisi di atas gedung itu lalu menggunakan teropong binokular yang bisa melihat dari jarak yang agak jauh, dia memperhatikan seseorang dari jauh apabila target yang ingin dia perhatikan itu sudah di temukan dan sangat kelihatan, Raven mulai mengukir senyuman di bibirnya.
Tapi seseorang itu bukan target misi ya guys.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments