Sebelum Raven pamit dia meminta izin kepada Vitra untuk melihat Rennia. Alasannya dia hendak memastikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa wanita yang di selamatkannya baik-baik saja.
Padahal itu cuma alasan belaka, karena tujuannya adalah untuk melihat dengan lebih jelas lagi wajah Rennia agar dia bisa mengigatnya dan mengambarnya setelah sampai di rumahnya nanti.
Benar hati Raven kini sudah sangat tertarik dengan Rennia, apalagi setelah mendengar sedikit cerita dari Vitra membuat hati Raven luluh.
Setelah mendengar permintaan Raven, Vitra menaiki alisnya tetapi dia tetap mengizinkan Raven untuk melihat adik kesayangannya itu.
Raven menuju ke ruang inap Rennia. Setelah berada di depan ruang inap Rennia, Raven mengetuk meminta izin untuk masuk, walaupun tidak ada tanggapan Raven tetap memasuki ruang inap Rennia.
Raven menatap wajah Rennia yang sedikit pucat dan bibirnya kelihatan kering dan yang paling menyedihkan adalah tatapan mata Rennia kelihatan seperti sangat bersedih.
Raven mendekati Rennia lalu mengusap kepalanya, dia juga sendiri tidak tau kenapa dia melakukan tetapi firasatnya mengatakan bahwa dia harus melakukannya.
Rennia sedikit tergerak lalu melihat ke arah Raven yang berada di sampingnya. Mata mereka bertembung.
"Maaf jika aku menganggumu. " ucap Raven lalu menarik kembali tangannya dari kepala Rennia.
Rennia menggelengkan kepalanya, dia ingin bertanya kepada Raven tapi suaranya tidak bisa keluar dari tengkorokannya.
"Oh ya, kenalkan aku Raven dan aku yang membawamu ke sini tadi. " ucap Raven lagi yang mencoba untuk ramah kepada Rennia.
"Terima kasih. " ucap Rennia dengan suara yang sangat perlahan tetapi terdengar jelas di telinga Raven.
Raven mengulaskan senyumannya lalu dia pamit pulang karena dia tidak bisa terlalu lama berada di rumah sakit itu lagian sudah terlalu malam apalagi dia tidak membawa mobilnya.
Rennia melihat punggung Raven yang semakin menjauh lalu keluar dari ruang inapnya.
"Raven, aku akan membalas jasamu. " batin Rennia lalu terukir senyuman yang sangat tipis di sudut bibirnya.
Setelah Raven keluar 5 menit yang lalu kini kakak dan Daddynya telah masuk ke ruang inap Rennia, Daddy Rennia kelihatan sungguh panik dia segera mendapatkan Rennia setelah pintu ruang inap Rennia di buka.
"Sayang kamu kenapa? Katakan dengan Daddy. Kamu baik-baik saja? " pertanyaan beruntun oleh Daddy Rennia membuat Rennia tersenyum.
Senyuman Rennia membuat Vitra dan Daddynya memeluk Rennia bersamaan di kiri dan kanan Rennia.
"Syukurlah kamu sudah mau tersenyum Ren. " ucap Vitra lalu mengucup dahi Rennia.
"Sayang, kamu... " belum sempat Daddynya berbicara Rennia langsung saja memotongnya.
"Daddy, Kakak.. Ren baik-baik saja. Jangan khawatir Ren sudah bisa melawan sakit Ren. " ucap Rennia dengan nada di buat-buat bahagia.
Vitra dan Daddynya saling berpandangan, mereka tahu ada yang Rennia sembunyikan tapi untuk saat ini mereka memilih untuk tidak lanjut bertanya karena tidak mau kondisi kesehatan Rennia kembali drop.
Vitra mengatakan bahwa besok baru Rennia bisa keluar dari rumah sakit karena dokter psikisnya masih harus mengontrol Rennia. Lalu Daddy Rennia memilih menemani Rennia di rumah sakit agar Rennia tidak berasa kesepian.
Ok guyss, Rennia ni di manja oleh Daddy mafianya dan Kak Vitranya yaa guyss, tetapi mereka tidak tau bahwa Rennia ada berpacaran dengan si Azel anak gangster besar di Kota sebelah.
Sebelum Vitra keluar Rennia menanyakan beberapa pertanyaan kepada kakaknya itu.
"Kak Vit. " panggil Rennia.
"Ya? " melihat wajah Rennia.
"Kak, apa kau ada meminta nomor telpon pria yang bernama Raven tadi? Apa dia beritahu di mana dia tinggal? Atau apa dia ada bertanya tentang diriku? " pertanyaan beruntun dari Rennia membuat Vitra menatapnya dengan dalam.
"Ren, apa kau menyukai pria tadi? Atau jangan-jangan dia pacarmu? " bukannya menjawab tetapi Vitra juga bertanya kepada Rennia.
"Kak ahhh sebal ahh. Aku tidak menyukainya biar pun dia tampan melebihi mu tapi bukan tipe ku dan dia bukan pacarku kak, ihhh. " Rennia merasa kesal dengan Vitra.
"Hahaha cuma bercanda sayang, hmm Kakak ada ambil nomornya tapi ponsel kakak ada di ruangan kerja kakak tapi kamu mau apa dengan nomornya? " ucap Vitra.
"Oh nanti beri padaku ya. " jawab Rennia singkat lalu membaringkan tubuhnya lalu menutup menggunakan selimut.
"Lohh ini kamu belum jawab pertanyaan kakak loh Ren. " ujar Vitra sambil mengoyangkan tubuh Rennia.
"Vitra adikmu mau istirehat, kamu pergilah kembali bekerja pasti banyak pasien yang menunggumu. " ucap Daddynya.
Vitra mengangguk lalu keluar dengan kesal kepada Rennia.Dia menebak pemikiran Rennia, mungkin Rennia hanya mau membalas jasa karena sifat Rennia tidak mau berhutang budi dengan orang-orang, pikirnya begitu.
Vitra sudah berada di ruangannya setelah sempat mengawasi perkembangan kesehatan pasiennya. Kini dia membuka laptopnya dan memutar rekaman video cctv yang di kirim oleh beberapa anak buahnya.
Vitra mengamati pergerakan Rennia dengan serius. Pada awalnya tidak ada yang dia curigai tetapi setelah memutarkan berapa kali, dia baru sadar Rennia dari kawasan hotel dan keluar dalam keadaan menangis.
"Ren buat apa pergi hotel? Apa dia dilecehkan? Ehmm tapi tidak mungkin kalau dilecehkan pasti dia keluar dalam keadaan berlari dan sudah pasti dia akan meminta bantuan pengawalnya hmmm, sebenarnya ada apa ya?"
Vitra tampak berpikir tentang Rennia, dia mulai yakin Rennia menyembunyikan sesuatu dari dia dan Daddy mereka.
Memikirkan hal Rennia, Vitra mulai pusing karena pasti akan susah mengorek informasi dari adiknya karena Rennia juga tipe perempuan yang tidak suka mengumbar masalahnya biarpun dengan keluarganya sendiri.
Vitra harus turun tangan sendiri dan pergi ke kawasan hotel tersebut dan meminta rekaman cctvnya. Karena dalam hal ini Vitra adalah ahlinya dan kebetulan sekali pemilik hotel tersebut merupakan seorang janda sukses.
Dia akan menggunakan pesonanya sebagai seorang pria tampan nan gagah yang banyak di kejar oleh para kaum wanita.
Bibir tipis Vitra sudah mulai tersenyum smirk, karena sudah banyak rencana yang dia susun di dalam pikirannya. Ya termasuk pikiran mesumnya haha.
....
Kembali ke hotel di mana Azel berada.
Cahaya matahari sudah mulai masuk ke dalam kamar hotelnya karena semalam setelah puas melepaskan hasrat bir***inya, Azel menyingkap gorden jendela di kamar hotel itu, dia menikmati pemandangan kota dari dalam kamar hotel itu. Sehingga kantuknya muncul dan dia mulai terlelap.
Sudah tepat jam 9 pagi tapi hari ini dia tidak mendengar bunyi-bunyi apa pun dari ponselnya, tidak seperti di pagi hari-hari biasanya. Rennia pasti selalu menganggunya dari jam 7 pagi dengan bunyi deringan telfon dan bunyi notifikasi pesan.
Dia merasa sedikit aneh, tapi dia mulai mengacuhkannya.
"Paling sebentar lagi dia telfon." Ucap Azel dengan percaya diri lalu membuang ponselnya sembarang dan mulai menaiki tubuh wanita sewaannya semalam.
"Hei, bangunlah. Juniorku sudah menginginkan pergerakan panasmu lagi." Ujar Azel membangunkan wanita itu dengan mengesekkan juniornya di paha wanita itu.
Wanita sewaan itu pun bangun dengan wajah sumringgah, tanpa menunggu arahan wanita sewaan itu langsung saja mengambil posisi di atas tubuh Azel lalu memulaikan aksinya.
Pergulatan panas terjadi lagi di antara Azel dan wanita sewaannya. Sungguh ya Azel tidak bisa hidup kalau tidak melakukan hal menjijikkan itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments