05.Dampak buruk yang begitu besar

Waktu terus berlalu, perut Zahira semakin membuncit. Para tetangga yang tidak tau apapun itu mulai mempertanyakan tentang kehamilan Zahira.

Dimana suaminya, apa sebenarnya status Zahira. Bahkan tak jarang Zahira menjadi tatapan lapar para lelaki hidung belang yang hanya memandang Zahira sebelah mata. Hamil tanpa suami membuat mereka menyimpulkan bahwa gadis yang bernama Zahira itu adalah gadis pekerja malam.

Ternyata Zahira salah memilih tempat tinggal. Ia pikir hidup ditempat baru, dilingkungan baru akan membuatnya menjadi lebih mudah dalam bersosialisasi terhadap tetangga.

Tapi tidak sama sekali, gadis itu tetap saja mendapat perlakuan buruk dari para tetangganya.

Usaha yang dirintisnya pun seakan ikut mengutuk perbuatannya. Tak ada satupun jualan offline atau onlinenya itu mendapatkan pembeli.

"Jika seperti ini terus aku harus bagaimana? Puluhan baju yang aku buat ini tak ada satupun yang laku." Zahira menatap nanar tumpukan baju baju yang dibuatnya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Zahira.

"Siapa?" serunya dari dalam rumah sewanya yang sederhana.

Hening

Tak da jawaban apapun dari luar sana.

Zahira meriah ponselnya ia berniat memperbarui tawaran iklannya di Marketplace yang ia miliki.

Tok tok tok

Lagi-lagi terdengar suara ketuk pintu.

"Siapa!" kali ini nada suara Zahira lebih tinggi.

Hening lagi dan lagi lagi hanya hening.

Baru saja Zahira meraih kembali ponselnya ketukan pintu itu terdengar kembali.

"Ish siapa sih, dari tanya diem aja!" Zahira beranjak dari duduknya, membuka pintu tanpa lagi bertanya.

Ceklek

Zahira membuka pintu perlahan.

Nampak seorang laki-laki berdiri diambang pintu lalu menatap zahira dengan senyum jahatnya.

Lelaki itu membekap mulut Zahira dan menarik tubuhnya kedalam rumah lalu mengungkungnya.

"Siapa kamu, mau apa? Keluar dari rumahku!" Zahira terus meronta berusaha melepaskan diri dari kungkungan lelaki tersebut.

"Gak usah sok munafik kamu wanita bayaran, aku akan membayar mu, ayo puaskan aku!"

lagi lagi Zahira mendengar kata-kata itu dan membuat dadanya semakin sesak dan bergemuruh.

"Jangan kurang ajar kamu, aku bukan wanita bayaran, seperti yang kamu tuduhkan itu!"

"Benarkah? Lalu perutmu kenapa buncit tanpa ada lelaki di sampingmu!" tanya lelaki itu dengan tatapan mengejek.

"Itu sama sekali bukan urusanmu!" sahutnya dengan lantang.

"Berani sekali kau membentak ku, apa kau tidak tau aku ini siapa?" ucapnya seraya terus mengungkung Zahira, dan kini wajahnya berada tepat hadapannya hanya berjarak beberapa senti saja.

"Aku tidak tahu dan tidak mau tahu, tolong menyingkir lah, atau aku akan teriak!"

"Berteriak lah tidak akan ada bisa menolong mu!" Lelaki itu meraih bibir mungil Zahira dan ********** dengan rakus.

Zahira terus meronta dengan sekuat tenaga berusaha mencari cara untuk bisa terlepas dari lelaki yang kini telah mulai menjelajahi tubuhnya dengan begitu liar.

Bugh

"Eeung!" suara erangan itu terdengar sangat jelas saat Zahira menendang junior lelaki itu. Lelaki itu meringkuk dan memegang benda keramatnya karna kesakitan yang luar biasa.

"Cepat keluar atau aku akan teriak, agar semua tetangga tahu!" Ucapnya dengan lantang seraya dadanya bergemuruh naik turun

Napas yang memburu dan emosinya kini sudah diubun-ubun.

Lelaki itu keluar dengan jalannya yang terseok seok seraya memegang area pribadinya yang baru saja mendapat serangan dari wanita yang hendak dilecehkan-nya itu. "Pelacur tetap saja pelacur sok-sokan nolak barang enak dan menguntungkan," ucap lelaki itu seraya berlalu pergi dengan kesakitan.

Setelah lelaki itu Zahira membanting pintu dengan begitu kencangnya hingga atap rumahnya itu terlihat bergetar.

Argghhhhh!!"

Wanita itu berteriak, menjatuhkan tubuhnya pada sofa sederhana yang berada diruang tamunya seraya terus menggosok bibirnya dengan kasar lalu menangis sejadi-jadinya.

Terus memukul dadanya sendiri yang terasa begitu sesak seperti ada bongkahan batu yang menindihnya.

"Ya Tuhaaaaaan, cobaan apa lagi ini hiks hiks" ucapnya disela isak tangisnya.

Meraba perutnya yang sudah terlihat buncit.

"Aku tidak akan biarkan siapapun menyentuhku selama aku mengandung anakmu Kenzo Rahardian. Karna aku yakin suatu saat nanti anakmu pasti menanyakan tentang keberadaan ayah kandungnya." gumamnya dengan penuh keyakinan.

Ia harus pergi dari kota ini, masalah biaya hidup ia akan memikirkannya nanti. Yang penting ia bisa terbebas dari orang orang yang berusaha menyakitinya.

Meraih sebuah koper yang berada di atas lemarinya.

Dengan segera membereskan semua pakaiannya. Dan berniat pergi dari rumah itu.

Jika masih bertahan di rumah itu, Zahira yakin lelaki asing itu pasti akan kembali mendatanginya sampai dia berhasil mendapatkan apa dia mau.

Menyerahkan kunci rumah pada sang pemilik.

"Baguslah jika kau keluar dari rumahku, aku tidak harus capek-capek mengeluarkan mu. Aku sebenarnya sudah risih dengan omongan tetangga sini yang meminta untuk segera mengusirmu dari rumahku itu. Lagian kamu ini ya kok mau-maunya dihamili tapi tidak minta pertanggung jawaban." sang pemilik rumah itu terus saja mengoceh panjang kali lebar kali tinggi, namun tak sedikitpun Zahira tanggapi.

"Permisi bu." hanya dua kata itu yang keluar dari mulut Zahira sambil menganggukkan kepala sopan.

Zahira berlalu pergi dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Kesalahan satu malam yang ia lakukan ternyata memberikan dampak buruk yang begitu besar dalam hidupnya.

Sekali lagi ia mengutuk dirinya sendiri karna telah begitu cerobohnya. Sehingga melakukan kesalahan yang begitu besar malam itu.

"Semangat Zahira, jangan lemah, kau harus berjuang demi bayi yang ada didalam perutmu saat ini, karna biar bagaimanapun anak yang sedang tumbuh didalam rahimmu tidaklah salah." Zahira terus menyemangati dirinya sendiri.

Jauh sudah ia berjalan tanpa tau arah dan tujuan yang entah kemana. Hingga akhirnya ia melihat sebuah masjid. Binar bahagia mulai terlihat dari wajahnya.

"Sebaiknya aku sholat dzuhur dulu aja." Zahira melangkahkan kakinya memasuki toilet masjid setelah meletakan kopernya.

Setelah keluar dari dalam toilet ia mengambil wudhu dan akan segera melaksanakan sholat Dzuhur.

Air matanya terus mengalir mengiringi setiap doa yang terucap dari bibir mungilnya. Ia terus berdoa dan memohon ampun atas dosa dan kesalahan yang telah ia lakukan itu.

Tanpa Zahira sadari dibelakangnya ada seorang ibu yang sejak tadi mendengar setiap kata-kata doa yang Zahira ucapkan.

"Nak." Seorang ibu menepuk sebelah pundak Zahira.

"Ya bu," sahut Zahira seraya membalikan badannya dan kini telah menghadap ke Ibu tersebut.

"Jangan pernah merasa hidup ini tidak adil, Tuhan tidak akan pernah memberi ujian melewati batas kemampuan umatnya. Kamu harus kuat menghadapi semua cobaan hidupmu nak!" ucap ibu tersebut seraya tangannya menghapus air mata yang terus mengalir membahasi pipi Zahira.

Zahira semakin terisak kala mendapat perlakuan sayang dari orang yang sama sekali tidak ia kenali.

"Terima kasih bu, terima kasih udah memberiku semangat disaat orang menatap jijik dan menghinaku." Zahira kembali mengusap air matanya.

"Kamu tinggal dimana nak, siapa namamu?"

Zahira memberi tahu namanya dan tentang tujuannya yang yang entah akan kemana. Hingga akhirnya seorang ibu yang baru Zahira tahu dengan nama Bu Rima itupun mengajak kerumahnya karna kebetulan ia hanya tinggal berdua dengan keponakannya itu.

Meski awalnya Zahira menolak namun akhirnya iapun menyetujuinya saat Bu Rima terus memaksanya.

Terpopuler

Comments

al-del

al-del

udah lumrah emang kaya gitu...!

2023-03-28

0

nisa

nisa

lagi lagi tatangga laknad bin sesad

2023-03-25

0

nisa

nisa

yakinlah pasti bertemu

2023-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!