Rasti marah ketika Nania tak kunjung keluar dari kamar sang anak.
"Naina.... " suara Rasti menggema di ruangan itu, setelah capek berteriak memangil menantunya tak ada jawaban. Ia memutuskan untuk menyusul nya ke kamar Romi, saat membuka pintu Naina sudah tergeletak dengan darah di bagian kaki mengalir.
Lalu Rasti menendang kaki Naina untuk memastikan perempuan itu pura-pura pingsan atau beneran, dan ternyata tidak ada respon dari sang pemilik raga. Rasti langsung memangil Rini, untuk mengecek keadaan Naina.
Selang beberapa menit Rini sudah sampai di kamar Romi.
"Ada apa sih, Ma... teriak-teriak terus"
"Coba kamu cek perempuan sialan ini, masih ada nafasnya nggak? " perintah Rasti terhadap sang anak.
Rini mengikuti perintah sang mama langsung mengecek bagian pernafasan.
"Masih hidup, Ma... tapi ini darah apa? " tanya Rini.
"Mana, Mama tahu. Coba kamu hubungi dokter keluarga untuk mengetahui darah apa ini, tapi kita angkat dulu ke atas tempat tidur agar mereka tidak curiga"
"Iya"
Rini langsung menghubungi dokter keluarga meminta untuk segera datang ke rumah nya.
Setelah selesai menghubungi dokter Ibu dan anak itu mengangkat Naina ke atas tempat tidur.
Setelah berada di atas tempat tidur Rini mengganti baju yang di kenakan Naina, agar dokter yang memeriksanya nanti tidak curiga dengan beberapa luka lebam di bagian tubuh Naina. Makanya di ganti dengan pakaian legan panjang, sebab pergelangan Naina juga bengkak. Sudah pasti banyak pertanyaan dari dokter yang memeriksa nya nanti.
Cukup lama mereka duduk di sofa yang ada di kamar, sambil menunggu kedatangan dokter. Setelah sekian lama menunggu akhirnya datang juga.
Rasti mempersilakan, dokter untuk memeriksa keadaan Naina. Dan memberi tahu bahwa ada darah yang keluar dari bagian ini, Ia bertanya kepada dokter apakah itu darah haid atau bukan
"Apa yang terjadi dengan menantu saya" ucap Rasti pura-pura sedih dengan keadaan Naina.
"Tunggu sebentar yah, saya akan periksa terlebih dahulu! "
"Lakukan yang terbaik, dok... Saya takut terjadi sesuatu dengan nya" ucap Rasti dengan menunjukkan wajah sedih untuk melancarkan rencana selanjutnya, agar tidak ada yang curiga.
"Apa dia terjatuh? atau sering mengerjakan sesuatu yang berat? " tanya dokter.
"Dia nggak jatuh atau melakukan pekerjaan, mana berani saya memberikan nya pekerjaan untuknya, Naina menantu di rumah ini bukan pembantu" ucap Rasti dengan raut wajah sedih, tetapi itu semua hanya palsu.
"Seperti nya dia keguguran, harus segera di bawa ke Rumah sakit untuk memastikan apakah sudah bersih atau harus di bersihkan lagi."
"Apa nggak bisa minum obat nya saja, saya nggak bisa menjaga nya nanti jika dia harus di rawat. dokter tahu kan Romi juga masih di rumah sakit"
"Harus di pastikan terlebih dahulu"
"Ini kenapa belum sadar juga? " tanya Rasti.
"Dia seperti nya terlalu lelah, wanita hamil seharusnya bahagia dan nggak boleh stres"
"Untung saja keguguran, nggak sudi saya punya cucu dari perempuan pembawa sial seperti dia" ucap Rasti sambil menatap lekat wajah Naina, bagi nya Naina itu hanya orang yang sudah membawa kesialan untuk hidup anaknya.
Setelah cukup lama dokter memeriksa keadaan Naina, dan perempuan itu tersadar dan mengelus perutnya yang masih rata. Sebab Naina sudah tahu bahwa ia sudah telat dua bulan, tetapi Romi belum mengetahui kehamilan dirinya. dokter yang melihat raut kesedihan di wajah Naina, langsung menggenggam tangan perempuan itu sambil tersenyum dan menatap lekat wajah pucat nya.
Hingga pada akhirnya dokter menerima panggilan darurat dan harus segera kembali ke rumah sakit. Lalu dokter berpamitan dan menyarankan agar di bawa ke rumah sakit,dan memberikan resep obat untuk Naina.
Rini mengantar hingga ke teras, setelah dokter itu pergi. Rini segera kembali ke dalam rumah dengan langkah cepatnya.
Beberapa detik kemudian.
"Apakah kita harus membawa nya ke rumah sakit? " tanya Rini terhadap sang Mama.
"Enak saja,buang-buang duit " kata Rasti dengan nada bicara yang judes. Setelah Berbicara seperti itu Rasti mendekat ke arah Naina dan menarik tangan nya agar terbangun.
Naina sudah berada di posisi duduk.
"Cepat pergi dari sini, jangan pura-pura sakit di hadapan ku"ucap Rasti sambil memberi isyarat agar Naina keluar dari kamar ini.
"Nggak bisa kah kalian membiarkan aku tenang sedikit saja, perut ku masih sakit dan lemas juga. Aku baru saja kehilangan calon anak ku, mengapa Mama nggak mengerti itu semua" kata Naina dalam batin.
Dengan semua kesakitan yang di rasakan, Naina memaksakan diri untuk berjalan keluar kamar. Meski rasanya tidak sanggup untuk berjalan.
*********
Satu minggu telah berlalu, Romi sudah di rumah
Naina sudah mendapatkan ancaman dari sang Mertua bahwa dia jangan memberi tahu Romi bahwa dia masih ada di rumah ini. Jika tidak menuruti semua keinginan dari Ibu Mertua, dengan berat hati dia harus pergi dari rumah ini. Meskipun merasa sakit bahwa dirinya di perlakuan seperti pembantu,ang harus siap mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus suami yang masih dalam keadaan belum bisa melihat.
Naina hanya bisa menatap lekat suaminya dari kejauhan sebab tidak di beri celah untuk mendekat ke arah suaminya. Bahkan Naina sekarang tinggal di kamar belakang layak nya seorang babu di rumah itu.
Pagi di mana Romi harus meminum obat, dengan penuh semangat Naina membawa nampan yang berisi sarapan dan jus Alpukat untuk sang suami. Dengan melakukan seperti ini dia sangat bahagia, beberapa hari lalu selama di rumah sakit tidak mendapatkan ijin dari sang mertua. Semoga setelah di rumah dia bisa mengurus suaminya.
Naina sudah berdiri di depan kamar Romi, dengan senyuman yang mengembang di bibirnya. Ia akan melangkah kan kaki, Akan tetapi langkah nya di hentikan oleh sang mertua. Dan memberi isyarat agar menjauh dari kamar Romi, dan mengambil alih nampan yang di pegang Naina.
Rasti pergi berlalu membawa nampan yang berisi sarapan untuk segera masuk ke dalam kamar sang anak, tetapi membiarkan pintu nya terbuka.
"Sayang ini sarapan dulu, udah mama masak kesukaan kamu dan ada jus alpukat juga. Pasti kamu suka" kata sang Mama dengan sura lembutnya.
Naina yang mendengar itu semua langsung membatin"andai kamu tahu, Mas... bahwa itu semua aku yang menyiapkan "kata Naina dalam batin sambil mengelus dada nya.
" Ma... Istriku ke mana? sudah satu minggu dia tidak ada. Apakah dia baik-baik saja"
"Dia baik-baik saja, hanya saja tidak perduli dengan kamu. Mungkin Naina nggak mau punya suami yang Cacat" kata sang Mama.
"Naina bukan perempuan seperti itu, aku sangat mengenalnya"
"Dia baik di saat kamu belum kecelakaan" jawab Rasti dengan nada kesal nya, dia berusaha untuk membuat Naina jelek di hadapan Romi ternyata susah.
"Aku tidak akan percaya, Bu... Jika belum melihat dengan mata kepala ku sendiri. Jadi ibu jangan coba untuk menjelekkan Naina di hadapan ku, dia itu istri yang baik"
"Di kasih tahu orang tua malah ngeyel" Rasti kesal dengan perkataan sang anak yang selalu membela Naina, padahal sudah membuat nya jelek di hadapan Romi tetap saja belum percaya.
"Sudah lah, Bu aku lelah mau istirahat... Keluarlah"
"Tapi nak... "
"Ma, tolong mengertilah...aku butuh sendiri" kata Romi sambil merebahkan tubuhnya dengan perlahan, dan menarik selimut yang masih menutupi kakinya. Sungguh ia tidak menyangka jika kecelakaan ini membuat nya kehilangan indra penglihatan.
Setelah mendengar perkataan sangat anak Rasti merasa putus asa, ia harus menyusun rencana lagi agar Romi bisa percaya apa yang di ucapkan nya.
"Tunggu pembalasan ku, menantu sialan... " ucap Rasti dalam batin sambil bangkit dari duduk nya, lalu pergi berlalu dari kamar Romi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
bida aja itu mamer bersandiwara didepan dokter😡
2023-05-15
2
🍌 ᷢ ͩ𒈒⃟ʟʙᴄ 🇦 🇷 🇦
tunggu karma nya bu
2023-05-09
3
ᬊ❣️💕༄ ꋬꊰ꒐ꆰꋬ ꋬ꒒ ꋬꌦ꒤ꃳ꒐💞❣️ᬊ
pasti deh setiap. cerita punya mak Lampir.....
cuma yg ini kok. ya bener bener gak punya hati ya.,..
untung Romi gak semudah itu percaya sama mak Lampir....
2023-05-08
3