"Chiro salah lihat kali bu...bapak kan jadi TKI di Malaysia masa sudah pulang terus jika pulang ke Indonesia, masa ngga pulang ke rumah!!" kata Chika memberi alasan yang masuk di akal.
Lalu kami melanjutkan makan malam kami dalam diam.
Aku tetap bersikap biasa saja agar kedua anakku tidak curiga padaku sambil memikirkan langkah apa yang akan aku ambil selanjutnya.
"Chika belum tidur?? memang besok masuk apa sekolahnya??" tanyaku pada putri sulungku yang sedang duduk termenung di bangku bambu panjang di teras depan rumah.
"Bu, sebenarnya yang dilihat oleh Chiro itu juga Chika lihat, dan Chika tau ibu pun pasti telah melihatnya juga kan??" kata Chika sambil menatapku.
Setelah terdiam beberapa saat aku lalu menjawab pertanyaan Chika.
"Jika itu tadi Chika yakini adalah bapak, kenapa Chika diam saja tak menyapanya??" kataku.
"Untuk apa bu?? untuk menanyakan siapa tante-tante hamil yang digandeng bapak tadi terus semakin menyakiti hati ibu?? iya kalau bapak menanggapi kita, kalau bapak pura-pura tidak kenal dengan kita?? posisi ibu malah akan semakin terpojok!!" sahut Chika pelan.
"Jadi kamu juga melihat bapakmu itu kan??" tanyaku juga pelan.
"Ya iya lah bu...mata Chika masih awas dan belum lamur, mungkin Chiro masih bisa dibohongi tetapi tidak lagi dengan Chika!!" sahutnya.
"Apakah ibu sedih?? ibu marah bapak telah diam-diam menikah lagi di belakang ibu?? jika ibu ingin menangis maka menangislah...mumpung Chiro sudah tidur dan tidak akan banyak menanyakan mengapa ibu menangis!!" kata Chika lagi.
Aku menggelengkan kepala pelan.
"Ibu tidak marah, ibu tidak sedih, ibu hanya kecewa dengan perbuatan bapakmu....mengapa dia harus berdusta?? jika memang dia tidak lagi mencintai kita keluarganya, maka lepaskan lah kita dan mulailah hidup baru dengan keluarga barunya, jangan memberikan harapan setinggi langit sedalam lautan untuk ibu dan anak-anaknya." Kataku.
Chika memeluk ibunya erat-erat. Dia tau bahwa wanita yang telah melahirkannya itu tidak sedang dalam keadaan yang baik-baik saja, hanya saja ibunya terlalu tegar untuk menghadapi kenyataan hidup sepahit apapun.
Dari dia kecil Chika memang hampir tak pernah melihat ibunya menangis walaupun sering terlontar perkataan yang menyinggung perasaan ibunya yang dilontarkan oleh bapaknya.
Bapaknya memang bukan tipe lelaki pemukul istri, tetapi perkataannya yang pedas malah sering membuat istrinya mending dipukul karena sakit di luar tubuh akan cepat sembuh ketimbang sakit di dalam hati yang terus bertumpuk karena memendam terus menerus perkataan kasar yang telah dilontarkan laki-laki yang berstatus sebagai suaminya.
Jika sudah seperti itu maka Chika melihat ibunya memilih mengalah dan menjauh dari pada harus ribut di depan dia dan adiknya, tetapi Chika tau betapa terlukanya perasaan wanita itu hanya saja ibunya selalu menutupi luka hatinya dengan senyuman di wajah cantiknya.
"Lalu apa yang akan ibu lakukan??" tanya Chika.
"Ibu akan menunggu bapakmu menelpon dan menjelaskan apa sebenarnya keinginannya!!" kata Shanum.
"Apakah ibu akan berpisah dengan bapak kali ini?? Tanya Chika.
"Nak, ibu sudah lelah bertahan...sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat untuk ibu terus bertahan dalam kondisi seperti ini!!"
"Ibu tau sejak dulu bapak menikahi ibu karena terpaksa, terpaksa mengikuti keinginan kedua orang tuanya."
"Ibu tau sejak awal bapakmu tidak pernah mempunyai perasaan apapun pada ibu, tetapi ibu beranggapan bahwa rasa cinta itu akan tumbuh seiring dengan berjalannya waktu, tetapi ternyata ibu salah...hati bapakmu sudah mengeras seperti baja yang tak akan terkikis walaupun ibu sudah memberikan kalian berdua untuk hidupnya.
"Sebaiknya sekarang Chika tidur...masalah ini biarlah menjadi masalah ibu, kamu jangan ikut memikirkannya...intinya kamu dan Chiro belajar saja yang rajin, kalian pintar akan membuat ibu bangga pada kalian, dukung ibu dengan senyum dan semangat kalian, hanya kalian berdualah saja menjadi penyemangat ibu kini...doakan ibu agar selalu sehat dan bisa terus bekerja mencari nafkah untuk menghidupi kalian, ya!!" kata Shanum sambil memeluk putri kecilnya.
Matanya baru saja hendak terpejam. Sudah sedari tadi dia mencoba memejamkan mata tapi tak bisa padahal besok dia harus berangkat pagi-pagi sekali untuk bekerja.
Kedua anaknya juga sudah sedari tadi menjemput mimpinya.
DRRTTT...DDRRTTT
Ponsel jadul di samping bantalnya berbunyi.
"Aduhhhh baru saja aku hendak memejamkan mata, ada lagi gangguannya!!" kulihat siapa yang menelpon sudah hampir pukul 1 malam begini.
"Mas Rahman...apa lagi yang ingin dia bicarakan??" gumamku.
Lalu aku meraih ponsel dan membawa keluar kamar agar tidak mengganggu tidurnya kedua anakku.
📱"Assalamualaikum..."
Kata suara dari seberang sana.
📱"Waalaikum Salam!!"
Seberapapun bencinya aku, tetap aku menjawab salamnya.
📱"Num, mas mau menjelaskan tentang kejadian sore tadi!!"
Suara mas Rahman nampak terbata-bata.
📱"Mas Rahman...sebaiknya mas Rahman tidak usah menjelaskan apapun lagi karena semua sudah tidak ada artinya.
📱"Kamu harus mendengarkan dulu Num agar tidak terjadi kesalah pahaman."
Aku diam memberikan kesempatan padanya untuk bicara.
📱"Mas mengenal Yanti waktu sama-sama di Malaysia...kami saling jatuh cinta dan maaf...kami sering melakukan hubungan terlarang!!"
Aku seperti tercekik mendengar perkataan mas Rahman tapi tetap aku berusaha menabahkan hati untuk mendengarkannya.
📱"Lima bulan lalu Yanti hamil anak kami dan meminta pertanggung jawabanku untuk menikahinya."
📱"Lalu kami pulang ke Indonesia dan membeli rumah di pinggiran kota dan membeli sebuah mobil untuk transportasi kami!!"
📱"Mas gini aja...Shanum sudah tidak ingin bertele-tele...kita akhiri saja rumah tangga kita, mas atau Shanum yang mau mengurus perceraian kita.
Walaupun bicaraku lancar tetapi dadaku seperti terhimpit batu sebesar gunung.
📱"Shanum...mas tidak ingin kita bercerai!!"
📱"Mas Rahman maunya apa??"
Aku mulai terbawa emosi mendengar perkataannya.
📱"Mas tidak boleh egois...jika mas memilih bersamanya, maka lepaskanlah kami...biarkan kami bahagia."
📱"Kamu sepertinya getol betul ingin menjadi janda?? kamu ingin masuk kepelukan satu laki-laki kelaki-laki lainnya ya!!"
Perkataan pedas mas Rahman muncul kembali tapi sudah tidak membuatku sakit lagi seperti dulu.
📱"Ingat mas...kita menikah resmi di KUA, sedangkan Yanti hanya istri di bawah tangan...pernikahan kalian itu ilegal, mas mau Shanum menuntut mas Rahman telah menikahi wanita lain tanpa sepengetahuanku sebagai istri pertama?? mas tidak membayangkan pengaruhnya untuk istri sirimu itu??"
📱"Lepaskan Shanum atau akan aku bongkar semua tentang pernikahan mas Rahman."
📱"Kamu mengancam mas?? sudah berani kamu sama suami kamu sendiri??"
📱"Shanum memang tidak pernah takut pada mas Rahman, selama ini Shanum diam karena Shanum nggak ingin rumah tangga kita ribut, tetapi sekarang mas sendiri yang mulai mengobarkan api perselingkuhan dalam rumah tangga kita."
📱"Sekarang terserah...ceraikan atau akan Shanum bongkar semuanya."
TUUUTTTT
Aku mematikan sambungan ponsel karena sudah malas berdebat dengan mas Rahman yang sebentar lagi akan menjadi mantan suamiku.
"Sial...sial....!!"
Rahman menggeram marah menahan emosinya.
*
*
***Bersambung....
Antara cinta dan benci terkadang hanya setipis embun pagi, terkadang sukar membedakannya....
Jangan lupa selalu mengikuti lanjutan kisahnya ya reader🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Lee
Bongkar sajalah biar Rahman malu..
2023-04-12
0
linda sagita
kekerasan verbal sama juga malah terkadang lebih kejam
2023-04-09
0
linda sagita
astagfirullah, nggak tega aku thor
2023-04-09
0