"Pinter anak ibu, Chiro sudah makan??" tanyaku lupa bahwa nasi yang kami makan tadi pagi adalah beras terakhir.
Chiro menggelengkan kepalanya.
"Kan nasi sudah habis bu...ini aja perut Chiro baru terisi snack dari tante Di, ini!!" jawab Chiro.
"Astagfirullah...maaf ibu lupa!!" jawabku.
"Kenapa ngga minta sama nenek dulu??" tanyaku.
"Nenek nggak ada di rumah bu, lagi rewang!!" kata Chiro.
"Ibu bawa jajankah?? Chiro masih lapar bu!!" ucapnya.
"Bawa...nanti kita bagi 3 ya...buat kak Chika, Chiro sama nenek ya!! kasian juga nenek!!" kataku pada Chiro.
"Ibu nggak mau??" tanya Chiro lagi melihatku hanya membagi tiga makanan tadi.
"Ibu kan nanti bisa minta sedikit punya kak Chika dan punya Chiro!!" sahutku.
"Bu, kapan sih bapak kirim uang buat kita?? Chiro tadi ditertawakan teman-teman karena kesekolah tas nya memakai kresek.
"Nanti sore kalau kak Chika pulang baru kita beli, ya...sekalian belikan sepatu kak Chika.
"Memangnya bapak sudah kirim uang ya bu??" tanya Chiro.
"Belum, bapak belum kirim uang, ibu tadi siang dapat rejeki!!" jawabku.
"Chiro, ibu bisa minta tolong??" tanyaku.
"Tolong apa bu??" tanya Chiro.
"Belikan beras 2 kilo dan telur 3 butir ya...ibu mau ganti baju mau menyiapkan kayu bakar dulu di dapur belakang...nanti ibu masak nasi dan goreng telur!!" kataku masuk ke kamar mau ganti baju sekalian mengambilkan uang Chiro.
************
Sore itu setelah selesai sholat ashar, aku dan kedua anakku naik sepeda motor bututku menuju kepasar terdekat mau membelikan sepatu untuk Chika dan tas sekolah untuk Chiro.
Aku memarkirkan motor di pojok pasar dan langsung menuju toko penjual sepatu dan tas sekolah yang harganya terjangkau oleh kantongku.
Kedua anakku masih sibuk memilih-milih sementara entah mengapa mataku tertuju keluar kesebuah mobil sedan merah yang baru saja berhenti di samping sebuah butik yang tak jauh dari pasar.
Jantungku berdetak dan darahku seperti dipaksa untuk memompa lebih cepat.
"M...mas Rahman???" desisku pelan.
Tidak mungkin aku salah mengenali laki-laki yang sudah menikahiku selama sepuluh tahun lamanya.
"Mas Rahman bilang kemarin bahwa dia masih berada di Sabah Malaysia, kenapa kok ada di Indonesia?? turun dari sedan merah itu?? apakah mas Rahman menjadi supir mobil mewah itu??" gumamku.
"Tapi baju dan style mas Rahman bukan seperti seorang supir!!" gumamku lagi.
Tak lama mas Rahman membukakan pintu lalu turunlah seorang wanita yang mungkin kuperkirakan lebih muda dua atau tiga tahun dariku.
Memakai baju hamil warna pink, walaupun tonjolan di perutnya belum terlalu kelihatan.
Tampak Rahman menggandeng mesra wanita itu memasuki sebuah butik yang menjual perlengkapan bayi.
Aku terduduk lemas di kursi plastik di pojok toko. Tak ada lagi penjelasan yang harus dijelaskan, apa yang kulihat beberapa menit tadi sudah lebih dari cukup dari sekedar sebuah alasan dan penjelasan.
Intinya mas Rahman entah sudah beberapa lama telah menipuku, entah kapan dia sudah pulang dari Malaysia dan menikahi wanita yang kulihat itu.
Pantas sudah lima bulan ini tak ada lagi sepeser uang pun yang dia kirimkan untukku dan anak-anak, makanya aku berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup kami dan sekolah anak-anak.
"Bu...ibu kenapa?? uangnya tidak cukup untuk membeli sepatu?? Kalau uangnya tidak cukup ya sudah Chika balikin lagi sepatunya, bu!!" ucap putri sulungku.
"Ngga sayang...beli saja!! ayo kita bayar uang tas dan sepatunya habis itu kita pulang ya!!" jawabku.
Aku menyodorkan uang merah dua lembar yang kudapatkan dari pasien siang tadi.
Setelah itu kami bertiga berjalan menuju ke parkiran motor bersamaan dengan keluarnya suamiku dan istri mudanya.
Rahman tampak terkejut dan syok melihat aku menangkap basah mereka berdua.
Aku bukan tipe orang yang mencak-mencak mencari keributan, aku hanya melihatnya sekilas lalu sebelum kedua anakku menyaksikan pengkhianatan bapak mereka, aku melajukan motor meninggalkan tempat itu.
Rahman tampak termangu melihat sikap Shanum. Dia hapal benar watak dan perangai istrinya itu.
Shanum adalah tipe wanita yang sabar, diam, tak banyak menuntut dan tak suka ribut, dia tipe yang suka mengalah...tetapi jika hatinya sudah benar-benar terluka Shanum juga tidak segan-segan main tinggal dan jangan harap kamu akan mendapatkan maaf darinya lagi walau kamu menangis darah sekalipun.
Dan itulah kini yang terjadi pada Rahman. Dia yang telah meruntuhkan pilar kepercayaan dengan sebuah pengkhianatan.
Kita singgah sebentar di warung ya nak...kita beli lauk mateng untuk makan malam...sekali-sekali kita makan pakai lauk ayam!!" jawabku.
"Asyik...." seru Chika dan Chiro bersamaan!!"
Kami bertiga melewati rombong sate di depan warung itu.
Aku asyik mengobrol dengan kedua buah hatiku yang nampak senang sudah mendapatkan tas dan sepatu mereka sambil menghilangkan kepedihan dari apa yang baru aku lihat barusan tadi.
Saat kami akan berbalik, dari arah depan muncul pak Indra dan pak Elang dengan pasangan mereka masing-masing.
"Selamat sore pak!!" sapaku berbasa basi.
"Eh mbak Shanum...!! selamat sore juga!!" balas pak Indra. Sementara dua wanita cantik di depanku tersenyum saja tidak padaku bahkan pak Elang malah pura-pura tidak lihat dan tidak kenal padaku.
Mungkin begitu kali nasib karyawan rendahan seperti kami ini, hanya dianggap debu di sekitar mereka para bos dan orang kaya.
Dan akupun juga tidak peduli dengan mereka semua. Di rumah sakit mereka semua atasanku tapi di luar mereka bukanlah siapa-siapaku, jadi mau mereka tidak mau mengenalku sekalipun aku tidak peduli.
"Sudah selesai??" tanya pak Indra yang tetap ramah walaupun berada di luar rumah sakit.
"Sudah pak, saya permisi duluan!! sekali lagi aku menundukan sedikit kepalaku pada mereka dan berlalu.
"Siapa yank??" tanya Pingkan kekasih Indra.
"Cleaning di rumah sakit!!" jawab Indra.
Sementara Elang yang merasa Shanum tak peduli pada keberadaannya melirik dengan ekor matanya pada Shanum dan dua anaknya itu.
Sesampainya di rumah kami makan malam seperti biasa, tiba-tiba Chiro nyeletuk!!"
"Bu, waktu di pasar tadi, Chiro seperti melihat bapak turun dari mobil lho...tapi kok bersama tante-tante ya??" ucap Chiro.
DEG....
"Berarti aku tadi memang tidak salah melihat mas Rahman!!" batinku.
"Chiro salah lihat kali bu...bapak kan jadi TKI di Malaysia masa sudah pulang terus jika pulang ke Indonesia, masa ngga pulang ke rumah!!" kata Chika memberi alasan yang masuk di akal.
Lalu kami melanjutkan makan malam kami dalam diam.
Aku tetap bersikap biasa saja agar kedua anakku tidak curiga padaku sambil memikirkan langkah apa yang akan aku ambil selanjutnya.
*
*
****Bersambung....
Perjalanan hidup dari seorang Shanum sudah dimulai, Rahman sudah menorehkan luka di hatinya, bagaimana langkah Shanum selanjutnya???
Jangan lupa dukungannya untuk karya baruku ini ya reader.🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Juanda
dasar pengkhianat
2023-05-04
0
Lee
Biarkan Rahman mnyesal Shanum..
2023-04-12
0
linda sagita
selingkuh kannn, nyesal nanti si rahmn
2023-04-09
0