Matahari mulai bersinar menyapa semua yang ada di permukaan bumi ini, cahaya yang menembus celah dinding kamar kecil yang sederhana dengan kasur mungil yang terlihat seorang anak kecil tertidur pulas meringkuk di balik selimutnya.
"Non Senja bangun sudah pagi,sudah waktunya siap siap ke sekolah non".ucap Bi Mirah yang membangunkan Senja.
Seperti biasa Bi Mirah membantu Senja untuk mandi dan bersiap siap sebelum diantar ke sekolah oleh Bi Mirah.
Apa yang dialami Senja sangat berbanding terbalik dengan Nensa, dia setiap hari diselimuti kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Di pagi itu suasana makan pagi di meja makan terlihat bu Leni melayani suami dan anaknya Nensa, bagi seorang ibu wajar jika bu Leni menanyakan keberadaan Senja kepada bi Mirah. "Bi,tolong panggilkan Senja biar kita makan bareng" ucap bu Leni sambil menyuapkan nasi goreng ke mulut Nensa.
prangkk
suara pak Haris yang tiba tiba menggebrak meja, yang sontak mengagetkan bu Leni dan Nensa, "Sudah berapa kali harus aku bilang, kalau aku tidak ingin melihat anak itu di dekatku, apa kamu tak paham dengan ucapan ku"? bentak pak Haris dengan nada tinggi.
" Cukup mas, selama ini aku selalu bungkam, menutup kesedihanku yang harus melihat kamu memperlakukan Senja seperti itu, apa salahnya aku mengajak dia makan bersama kita di meja ini"?teriak bu Leni dengan nada tinggi.
"Apa kamu tidak mendengar, atau jangan jangan kamu sudah tuli? aku sudah berulang bilang kalau aku tak ingin makan satu meja dengan anak yang bukan darah daging ku itu".teriakan pak Haris dengan teriakan lantang seolah ter dengar bak petir di siang hari di telinga bu Leni.
Suasana hening pun kembali tercipta, dengan sekuat tenaga bu Leni menahan air matanya sambil menyuapi anaknya.
Dalam meja makan itu kini berubah mencekam, hanya suara sendok garpu yang terkadang berbenturan dengan piringnya.
Bu Leni diam bukan berati membenarkan ucapan sang suami kalau Senja bukan darah dagingnya, tapi dia diam karena tidak ingin menambah keributan yang akan berbuntut panjang.
***
Di dapur terlihat Senja yang duduk samping pintu belakang sedang menikmati sarapannya, telinganya yang mendengar keributan yang lagi lagi mempermasalahkan keberadaannya, sudah menjadi hal yang tak asing lagi baginya.
"Bi, Ayah marah marah lagi ya sama Senja"? Tanya Senja kepada Bi Mirah.
" Non Senja jangan salah faham dulu, tadi itu bapak marah gak ada hubungannya sama non, jadi Bibi minta non Senja jangan mikir yang aneh aneh ya, fokus nya sekolah saja belajar yang pinter, katanya non Senja mau jadi wanita hebat".Bi Minah dengan terpaksa membohongi Senja karena dia tidak ingin menambah beban luka di hati gadis kecil itu.
"Iya Bi, Senja besok pengen jadi wanita hebat, yang berguna bagi semua orang, besok kalau Senja sudah besar Senja pengen kasih duit yang banyak buat Bibi, karena selama ini Bibi yang merawat Senja" Ucap Senja kecil yang semakin menunduk dengan suara semakin pelan pelan yang seolah mengisyaratkan menyimpan kesedihan.
"Amin, makasih ya, Non Senja sudah baik banget sama Bibi, bagi Bibi Non Senja menemukan kebahagiaan sudah menjadi hal yang sangat membahagiakan buat Bibi, sudah siang ayok tar telat sekolahnya".
" O iya Bi, ayok Bi cepetan Senja ga mau telat".
"Oke Non, ayok lets go".Semangat Bi Sumi yang langsung menggandeng Senja, mengantar Sekolah dengan berjalan kaki.
Saat melintasi meja makan,seperti biasa Senja berpamitan dengan sang ibu, " bu Senja berangkat sekolah dulu ya"ucap Senja sambil berjabat tangan dan mencium tangan ibunya.
"iya nak hati hatinya semangat sekolahnya biar jadi anak yang pintar".
" Amin makasih bu".jawab Senja lalu melanjutkan langkah kakinya menuju me sekolahan ditemani Bi Mirah.
Tak berselang lama Senja sudah sampai di sekolah, karena jarak yang tak begitu jauh jadi tak butuh waktu yang lama juga bagi Senja untuk berjalan kaki.
Ketika Senja inging memasuki ruang kelasnya, dia dikejutkan oleh kakaknya yang terlihat baru datang yang diantar oleh sang ayah, "Senja tunggu" teriak Nensa kala melihat Senja yang sudah hampir memasuki ruang kelas.
"Ada apa kak"?
" Ini ada titipan dari ibu buat kamu"Nensa memberikan sebuah coklat yang menjadi makanan favorit bagi adiknya.
"makasih banyak ya kak" dengan begitu sumringah Senja menerima pemberian ibunya.
"iya sama sama, entar istirahat kakak ke sini, entar kita makan bareng ya" ajak Nensa yang sangat menyayangi adiknya.
"Iya kak, Senja tunggu ya".
Nensa hanya menjawab dengan kode di tangannya sambil berlari karena sudah terdengar bel yang menandakan pelajaran kaan segera di mulai.
***
Bel tanda istirahat pun berbunyi, para murid langsung berhamburan keluar kelas, tak terkecuali Nensa yang terlihat menenteng tas bekalnya menuju ke kelas adiknya agar bisa makan bersama dengan Senja.
.
"Nensa kamu mau kemana"? tanya salah satu teman satu kelas Nensa.
" Aku mau ke kelas Senja, apa kamu mau ikut makan bareng di sana"?
"Enggak Nen, aku makan di sini saja sama yang lain".
" oke kalau gitu aku jalan dulu ya, daaa.
Nensa langsung bergegas melangkah kan kakinya menuju kelas Senja.
Dari kejauhan dia sudah melihat adiknya yang sudah menunggu di depan pintu kelasnya, senyum sumringah terlihat dari keduanya "Ayo kak cepetan aku sudah lapar" ucap Senja dengan berbisik di telinga kakaknya yang mengundang tawa di keduanya.
Kedua kakak beradik itupun menikmati makan siangnya di meja Senja, mesti mereka diasuh dengan orang yang berbeda, tapi Bu Leni selalu berpesan pada Bi Mirah untuk tidak membedakan masalah hal makanan, apa yang di makan Nensa harus sama juga dengan apa yang di makan Senja, walau kadang berbeda ketika sang ayah mengajak Nenda makan di luar.
"oiya kak tadi pagi ayah sama ibu berantem lagi ya kak gara gara aku"? tanya Senja kepada sang kakak.
" Senja kita masih kecil gak usah ikut ikut ya,kita yakin saja kalau ayah sama ibu itu sayang sama kita,"
"iya kak".
Tak terasa kedua kakak adik itu sudah selesai makan siang, Nensa yang terlihat membantu Senja membereskan tempat makannya, "Senja kakak balik ke kelas dulu ya, bentar lagi waktu istirahat hampir habis".ucap Nensa sambil merapikan tempat makannya.
" iya kak, makasih ya kak".
"sama sama,, daa Senja".
Senja menatap kepergian kakaknya dari depan pintu kelasnya, terlihat sorot kebahagiaan dari sorot mata Senja.
Tak terasa jam menunjukan pukul 12.00 dan bel sekolah pun berbunyi sebagai tanda berakhirnya kegiatan belajar di sekolah.
Terlihat bu Leni yang sudah berdiri di depan pagar menjemput kedua anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Alwy Lanus
lanjut yang semangat thor
2023-03-24
4
Bintang Ray234🌸🌸
Lanjut ya kak, btw ceritanya bagus kak dan semangat terus ya buat kaka juga karya karya kaka yang lainnya☺️🌸🌸🙏
2023-03-21
5
Maheswarip
aku sudah mampir bagus ceritanya! lanjutkan
2023-03-21
3