"Aduh!" keluhku.
Kemudian aku mendongakkan kepala, merasa terkejut dan terpesona oleh sosok yang aku tabrak tadi. Seorang laki-laki tinggi, putih, hidung mancung, dan gagah, pokoknya perfect deh.
Lalu lamunanku buyar, saat dia membuka suara.
"Lain kali kalau jalan tetap lihat jalan, meskipun sedang mengobrol! Agar tidak menabrak orang lagi," ucapnya sambil tersenyum tipis, kemudian berlalu begitu saja.
Ku pandangi punggungnya yang kini mulai menjauh.
Kemudian Siska pun menyenggol tanganku.
"Kamu ini gimana sih, Ndin? Kok bisa-bisanya kamu nabrak dia? Kamu tau tidak dia itu siapa?" Siska kini mengomel padaku.
Lalu ku gelengkan kepala.
"Mana aku tau Sis, kamu 'kan juga tau kalau aku saja baru bekerja hari ini di kantor?'' jawabku dengan santai.
Siska pun kini merasa gemas padaku.
"Duh, Andini. Dia itu CEO di kantor ini lho. Jadi jangan sampai kamu membuat masalah dengan dia. Bisa-bisa langsung di tendang kamu dari kantor ini! Apa kamu juga tau, kalau dia itu terkenal dengan sikap dingin dan angkuhnya? Duh, ngeri deh pokoknya,'' jelas Siska sambil bergidik.
Aku pun hanya terdiam. Mulai mencerna setiap kata yang di ucapkan Siska padaku.
'Apa dia sedingin dan seangkuh itu? Tapi kenapa dia tadi tersenyum padaku, ya? Meskipun hanya senyum tipis sih, tapi aku jadi penasaran dengan dia. Apakah dia seburuk itu?' batinku.
Lamunanku buyar ketika Siska menarik tanganku.
"Ayo, buruan! Kenapa kau malah melamun begitu sih, Ndin? Nanti keburu jam istirahat dan makan siangnya habis. Kita justru kelaparan nanti!'' gerutu Siska dengan nada kesal.
Lalu aku mulai berjalan mengikuti Siska. Aku tidak mau Siska juga akan terkena masalah kerenaku.
Setelah selesai makan siang, kini waktu istirahat pun juga telah usai. Kemudian kami semua melanjutkan pekerjaan kami yang tertunda.
Tak terasa hari sudah sore, dan kini waktunya kami untuk pulang ke rumah masing-masing.
Kami semua berkemas di loker masing-masing. Setelah itu, berjalan bersama dan berpisah di lobby kantor.
Entah kebetulan atau apa, saat aku menunggu Siska yang sedang mengambil motornya di parkiran. Tanpa sengaja aku bertemu dengan orang yang aku tabrak tadi.
Jujur saja sejak pertama kali bertemu dengannya. Hatiku berdesir, entah perasaan apa ini yang tiba-tiba bergejolak dalam hatiku.
Tanpa ku duga dia pun menoleh ke arahku dengan tatapan datar, saat mata kami saling bertemu dia menatap ku dengan tatapan tajamnya, seperti elang yang sedang mengintai mangsanya.
Aku pun salah tingkah. Lalu ku alihkan pandanganku ke samping. Sungguh aku benar-benar malu, karena sudah tertangkap basah yang diam-diam mencuri pandang padanya.
Setelah Siska datang, lalu ku tengok kanan-kiri yang sudah tak ku dapati keberadaan nya. Aku pun bernapas lega.
Kemudian aku naik ke atas motor Siska, lalu dia pun mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Di perjalanan kami pun saling diam. Karena Siska fokus untuk mengendarai motornya. Jalan sore ini sangat padat, karena banyak pengendara yang juga baru pulang bekerja.
Setelah sampai kami pun membersihkan diri secara bergantian. Lalu kami beristirahat sejenak sambil sedikit menceritakan pekerjaan di kantor tadi.
"Bagaimana Ndin? Apa kamu betah dengan pekerjaan sebagai office girl ? Apa kamu yakin kuat jika setiap hari melakukan pekerjaan itu? Bahkan terkadang kita juga akan lembur jika ada rapat sampai malam!"
Siska pun langsung memberondongiku dengan banyak pertanyaan.
"InsyaAllah Sis. Betah tidak betah, aku juga harus betah untuk bekerja di kantor itu. Aku yakin harus kuat demi keluarga ku. Aku ingin membuat nenek dan ibuku bangga padaku Sis! Aku ingin membuat ibu mau bisa bangga memiliki anak seperti ku,'' tuturku dengan sedikit nada sendu.
"Yasudah, jangan jadi mellow begini. Kamu harus kuat, jangan jadi seperti orang lemah, Ndin! Tersenyum dan percaya dirilah. Tunjukkan pada seluruh dunia, seorang Andini Amalia bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Jayoo! Semangat, Andini!"
Kemudian aku menganggukkan kepalaku, lalu Siska berhambur memelukku. Mencoba untuk menguatkan aku, karena dia juga tau bagaimana kisahku setiap harinya saat berada di kampung halaman.
Sungguh benar-benar miris, seorang anak yang tidak di anggap keberadaannya, bahkan dianggap anak pembawa sial oleh ibu kandungnya sendiri. Menyedihkan bukan? Ya itulah kisahku yang dari kecil tanpa buaian seorang ibu.
___________""______
Keesokan harinya.
Seperti kemarin, aku memasak untuk sarapan kami, tapi kali ini aku tak sendiri. Karena Siska turut membantuku, dia tak mau aku melakukan pekerjaan rumah sendiri.
Setelah selesai, aku dan Siska bersiap dan berangkat bersama lagi. Di kota ini hanya Siska yang aku kenal. Aku tak memiliki saudara di sini.
Sesampainya di kantor, seperti biasa aku menunggui Siska yang memarkirkan motornya, lalu kami berjalan beriringan menuju loker untuk meletakkan tas kami.
Kemudian kami semua siap untuk membagi tugas. Saat ini aku di tugaskan untuk mengatarkan minuman di lantai 11, karena di kantor ini terdiri dari 12 lantai.
Saat aku tergesa-gesa berjalan, aku tak sengaja menabrak seseorang lagi.
Dan aku pun meminta maaf padanya. Tapi, setelah ku dongakkan kepalaku. Aku merasa terkejut karena aku menabrak orang yang sama.
Dia masih diam dan berdiri dengan datar dan dingin, seperti aura ingin menikam. Sungguh aku di buat gemetar olehnya.
Pakaiannya jadi basah karena hampir semua air tumpah ke tubuhnya. Untung saja minuman yang tersisa tinggal minuman dingin.
Dua kali aku menabraknya, seorang CEO di kantor tempat ku bekerja saat ini.
'Ya Tuhan, habis sudah aku hari ini!' batinku dengan tubuh gemetar.
"Kamu lagi, kamu lagi. Sepertinya senang sekali kau menabrak ku ya?" ucapnya dengan sinis.
"Ma-maafkan sa-saya Pak!" jswabku sedikit tergagap.
"Tidak semudah itu! Ikut saya sekarang!" titahnya masih dengan nada dingin.
"Ba-baik Pak!'' Lalu aku mengikutinya dari belakang menjaga jarak agak jauh.
Setelah tiba di sebuah ruangan dengan nuansa putih berpadu dengan cream. Lalu ku pandangi sekeliling ruangan, aku merasa sangat takjub. Desain simpel tapi terlihat sangat elegan.
Kudapati satu baris nama "DEVANO WICAKSANA".
Lamunan ku kembali buyar saat sang CEO berdeham.
"Eekhm!''
Lalu aku kembali menundukkan kepalaku.
"Apa kau tau hukuman untuk orang yang sudah berurusan denganku?" tanyanya dengan nada datar.
Aku hanya mampu menggelengkan kepalaku perlahan. Jujur aku sangat takut jika harus kehilangan pekerjaan ini, bagaimana nasibku nanti jika tanpa pekerjaan. Karena yang aku tau mencari pekerjaan di kota sangat lah sulit.
Kemudian dia menyeringai.
"Aku sebenarnya tidak mau berurusan dengan orang seperti kamu. Tapi mau bagaimana lagi, jika aku biarkan mungkin kamu akan menabrakku untuk kesekian kalinya. Hukumanmu sebenarnya sangat mudah. Kau hanya harus melayaniku kapan pun aku menginginkanmu. Dan satu lagi, aku tak suka di bantah!" tegasnya dengan nada dingin.
DEGH!
'Apa maksudnya ini dengan kata-kata melayaninya dan menginginkanku? Apa sebenarnya yang dia inginkan dariku?' batinku.
BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.
Mksudny jd asisten pribadi gt kan dev.....
2023-04-16
0
💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.
Apa jgn" Trisy itu bkn ibu kndung andin...
2023-04-16
0
Eva Rubani
ayoo ayoo
2023-04-01
0