Setelah beberapa lama aku terdiam. Aku terdiam dan berfikir, ingin aku pergi dari rumah ini untuk menghindari ibu. Tapi aku juga tak ingin meninggalkan nenek di sini. Hanya nenek yang mau mendengar keluh kesahku, setelah aku bertengkar dengan ibu.
Ku coba untuk berpikir, mencari sebuah alasan agar sementara bisa menenangkan diri.
'Apa aku bilang saja pada nenek, aku ingin pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan?' batinku.
Dengan langkah perlahan aku menghampiri nenek yang duduk di teras rumah. Lalu aku ikut duduk di sampingnya.
Nenek pun tersenyum padaku, "Ada apa sayang?" tanya nenek lembut.
"Eem ... ini Nek, ada yang ingin aku bicarakan kepada Nenek,'' ucapku dengan ragu.
"Coba sekarang katakan kepada Nenek! Tiidak seperti biasanya kau seperti ini?" Masih dengan suara lembut.
"Emm ... jadi begini Nek, aku berencana ingin mencari pekerjaan di kota. Aku ingin mencari pengalaman di luar sana Nek, dan ingin mengenal dunia luar," ucapku ragu.
Nenek pun terkejut dengan ucapan ku. "Apa, Nenek tidak salah dengar? Kau ingin mencari pekerjaan dimana? Apakah kau sudah ada tujuan setelah sampai disana?" tanya nenek dengan wajah sendu.
"Aku sudah menelpon Siska, Nek, tetangga kita, anaknya bu Nia. Kebetulan katanya di tempat dia bekerja ada lowongan pekerjaan. Jadi aku ingin mencoba untuk ikut dengannya. Nenek tenang saja, nanti aku akan tinggal dengan Siska kok." Aku mencoba meyakinkan nenek.
Tersirat di wajahnya sebuah kekhawatiran terhadapku. Mungkin nenek khawatir, karena aku belum pernah, bahkan belum mengenal dunia luar. Nenek takut aku tersesat nanti.
"Apa kau yakin, kamu bisa hidup sendiri di luar sana? Dunia luar itu keras sayang," ucap nenek dengan suara lemah.
"InsyaAllah, aku yakin Nek. Aku berjanji akan menjaga diriku dan membatasi pergaulanku di kota nanti. Setiap hari aku akan menelpon Nenek, agar Nenek tidak mencemaskan keadaanku di sana. Tolong izinkan aku Nek!" Mohonku pada nenek.
Lalu nenek menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan.
"Baiklah. Meski terasa sangat berat untuk melepasmu berkelana di dunia luar, di usiamu yang masih sangat muda ini. Nenek percaya padamu Shintya," ujar nenek dengan sedikit ragu.
Lalu aku langsung memeluk tubuh nenek, dan mengucapkan terima kasih padanya. Beliau hanya menganggukkan kepala dan tersenyum tipis. Terlihat beliau memendam kesedihannya, semua terlihat dari matanya yang berkaca-kaca dan tatapan sendunya.
Jujur sebenarnya aku juga berat untuk berpisah dari nenek. Apalagi nenek yang selalu ada untukku. Tapi aku tidak boleh goyah, aku harus bisa meyakinkan diriku sendiri. Aku hanya ingin hidup mandiri. Tanpa terus tergantung pada nenek. Sebisaku aku akan membantu nenek. Aku ingin nenek bahagia, aku juga ingin membuat ibu bangga padaku, meski ku taux itu hal mustahil.
Bagaimana akan merasa bangga? Jika menoleh padaku pun tak Sudi.
Tapi aku tetap teguh pada pendirianku. Aku yakin, suatu saat nanti ibu akan menyayangi ku.
Beberapa hari kemudian.
Saat tiba hari ku nantikan. Kini hari ini aku harus berangkat ke Ibukota menggunakan travel. Agar mudah aku menemukan alamat tujuanku.
Sebenarnya aku berat melangkahkan kaki, meninggalkan tanah kelahiranku, meskipun takkan selamanya aku pergi.
Akan tetapi, dengan niat dan tekat yang bulat, aku meyakinkan diriku sendiri agar tetap semangat. Semoga aku bisa merubah nasib keluarga ku nantinya.
Bismillahirrahmanirrahim. Ku langkahkan kaki menuju mobil travel, setelah aku berpamitan pada nenek. Ya. Hanya nenek yang ada, ibuku selalu menghindar dariku. Akan tetapi, saat aku menoleh ke belakang, ku dapati ibu mengintip di balik jendela.
Ingin ku langkahkan kakiku ke arah beliau. Tapi aku merasa enggan, sebab dia pasti tak akan peduli.
Setelah mobil travel dinyalakan, kini perjalanan baru akan segera kulalui sendiri. Perjalanan yang memakan waktu berjam-jam untuk sampai dengan tujuanku.
Aku pun tertidur karena perjalanan masih lama.
Sesaat kemudian tak terasa aku telah sampai di tujuan utamaku. Aku sedikit terkejut karena di bangunkan oleh sopir travel yang ku tumpangi.
Setelah sampai, aku turun secara perlahan. Ku pandangi sekitar, terlihat sangat asing untukku. Bangunan dan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Kulangkahkan kaki menuju pintu, yang aku kira itu adalah alamat yang di berikan oleh Siska padaku. Ku coba mencocokkan nama dan nomor jalannya, dan Alhamdulillah sama.
Lalu ku ketuk pintu itu.
Tak berselang lama, pintu kemudian terbuka. Kini ku dapati Siska di hadapanku, lalu kami pun berpelukan saling melepas rindu.
"Aahh ... akhirnya kau sampai juga Ndin. Aku pun menunggumu dengan perasaan gelisah,'' ucapnya bahagia.
"Alhamdulillah Sis, perjalanan juga lancar tanpa ada kendala apapun," jawabku sambil tersenyum.
"Emmn ... apa kau merasa lelah? Lebih baik kau membersihkan diri dulu, lalu beristirahat lah!" titahnya dengan tulus.
"Baiklah,bsebentar lagi ya. Aku ingin merentangkan otot-ototku yang terasa sangat kaku ini, hehe." kataku sambil meringis.
"Oke deh," jawabnya sambil tertawa.
Lalu Siska pun beranjak dari tempat duduknya. Dia berlalu ke belakang, entah dia mau apa. Ku pejamkan mata sejenak, untuk merelekskan tubuhku.
Beberapa saat kemudian, Siska berjalan menghampiriku dan membawa secangkir minuman.
'Aahh ... Siska, kau pengertian sekali padaku.' batinku.
"Ini lebih baik kamu minum teh hangat dulu sebelum membersihkan diri. Maaf di kost aku sedang tidak menyetok makanan ringan. Aku juga belum belanja," ucapnya sambil meringis.
"Terimakasih banyak ya Sis. Kau begitu baik padaku. Kau mau mencarikan pekerjaan dan memberi tumpangan untuku saja, aku sudah bersyukur." jelasku tulus.
"Aahh ... kau ini seperti dengan siapa saja Ndin. Aku 'kan sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri. Jadi kamu jangan sungkan ya untuk meminta tolong padaku. Aku tulus membantu mu, dan aku tidak mengharapkan imbalan apapun darimu. Semoga kamu betah ya tinggal bersamaku," ucap Siska penuh dengan ketulusan.
Aku pun terharu, lalu ku peluk kembali Siska.
"Terimakasih Sis, aku ucapkan banyak terimakasih. Aku berhutang budi padamu."
Setelah cukup lama aku beristirahat, kini aku beranjak dan meminta izin kepada Siska untuk membersihkan diriku yang terasa sangat lengket.
Tak berselang lama kemudian, tak terasa hari sudah mulai gelap. Lalu ku buka tasku, lalu ku letakkan pakaianku di tempat yang sudah di sediakan oleh Siska.
Ku periksa juga surat-surat untuk melamar pekerjaan nanti. Lembar demi lembar ku baca secara teliti, agar tidak terjadi kesalahan nanti. Aku berharap besok bisa di terima bekerja di tempat yang sama dengan Siska.
'Semoga saja niat baik ku akan berakhir baik pula di kota ini. Dan InsyaAllah, semua akan berjalan dengan lancar.' batinku.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.
Kog shintya tor..nmnya kan andin amalia...
2023-04-16
0
Cicih Sophiana
zaman sekarang mah udah ga pake surat lamaran lg kan thor...
2023-03-22
1
neng citra
kalo tidak salah cucu nya nenek yang mau merantau Shintya... Thor.
tapi yang ketemu siska jadi Ndin..
2023-03-21
3