"Informasi apa yang kalian dapat." Suara tenang nan tegas itu berasal dari sosok wanita yang kini sedang melatih otot-otot tubuh, setelah melakukan perawatan juga istirahat sepenuhnya, pasca pemulihan luka yang terdapat di perutnya.
Selama itu juga ia mencari tahu tentang sosok suami sang pemilik tubuh. Beserta keluarga juga wanita yang menjadi orang ketiga.
Berliza juga harus menyesuaikan diri sebagai sosok lain. Ia tidak perlu belajar tentang kehidupan para bangsawan agar terlihat anggun dan berwibawa, Karena ia hidup sebagai seorang ratu juga keluarga bangsawan sebelumnya.
ia hidup dengan kehidupan mewah dan glamor pada zamannya, juga memiliki pribadi anggun juga dapat bersikap sesuai keadaan.
Namun tetap saja jiwa bengis dan kejam masih melekat dalam dirinya.
Berliza kini terlihat sedang berlatih pedang, kondisinya sudah lebih membaik, hanya sedikit mengubah penampilan yang masih terlihat lusuh dan dekil.
"Tuan Barack Johnson, sedang melakukan persiapan acara besar, nyonya." Pria yang sejak tadi melihat nyonya mudanya yang sedang memainkan pedang begitu terkejut.
Setahunya nyonya muda mereka tidak memiliki keterampilan bertarung, nyonya mereka terkenal pribadi yang lemah lembut dan sangat menjauhi hal kekerasan.
Berliza menghentikan kedua tangan yang sedang mengayunkan pedang ke arah sasaran sebuah patung di depannya.
Ia menoleh ke belakang dengan tatapan tajam yang sukses membuat pengawalnya itu tertegun.
"Jelaskan padaku!" Titah Berliza dengan suara yang begitu tegas dan penuh jiwa pemimpin. Raut wajah begitu dingin, berbanding terbalik dengan raut wajah sebelumnya.
Membuat para pengawalnya tidak percaya dengan perubahan sang nyonya muda.
Berliza duduk dengan elegan di sebuah sofa tunggal, meraih sebuah gelas berisi minuman khusus yang ia pesan. Tatapannya kini menyoroti ketiga pengawal yang beberapa Minggu ini melayaninya.
"King Barack Johnson …." Salah satu pengawal tidak dapat melanjutkan kata-katanya, saat tatapan sang nyonya semakin menghunus tajam.
"Dia tidak pantas disebut king, apa kalian lupa? Siapa pewaris dan darah bangsawan sebenarnya? Dia hanya seorang licik, dan aku pastikan akan membuatnya menyesal." Berliza berkata dengan menggenggam kuat gelas yang ada di salah satu tangannya, hingga gelas itu retak dan pecah di genggamannya.
Ketiga pengawal di hadapannya, sungguh begitu terkejut dan tidaknya percaya melihat sikap tangguh sang nyonya yang sangat terkenal di kalangan masyarakat seorang yang lemah lembut.
"T-tuan, Barack akan melangsungkan pernikahan dengan nona Patricia Stewart." Sang pengawal melanjutkan ucapannya saat mendapat tatapan lekat dari sang nyonya muda mereka.
Berliza terdengar terkekeh dengan kepala yang menundukkan, menatap tetesan cairan merah yang berasal dari telapak tangannya, hingga kekehan itu berubah menjadi tawa menggelegar, sampai-sampai kepala wanita itu terdorong ke belakang.
Mendengar dan melihat penampilan nona muda mereka, membuat ketiga pengawal itu saling melirik dan bergidik ngeri. Tubuh ketiganya pun kini gemetar takut.
Sungguh nona muda mereka terlihat begitu menakutkan, layaknya seorang wanita psikopat.
"Jadi mereka akan menikah?" Suara mencekam terdengar dari mulut Berliza, ia kembali menatap ketiga pengawalnya dengan iringan senyum miring.
"I-iya, nona," sahut salah satu pengawal dengan nada bergetar. Ketiganya sungguh tidak kuasa memandangi sang nona.
"Patricia Stewart. Wanita yang selama ini mendampingiku sebagai pelayan setia, ternyata seorang pengkhianat?" Berliza berkata sembari bangkit, mengabaikan telapak tangan yang terluka.
"Ternyata wanita berbisa selalu berada di dekat kita," lanjut Berliza sambil terkekeh, ia menatap ke arah depan dengan tajam.
"Bagaimana dengan bayinya?" Tanya Berliza tanpa membalikkan badan.
Ketiga pengawal saling menatap mendengar pertanyaan sang nona.
"Tuan muda dalam pengawasan nyonya besar Jhonson, kondisi tuan muda sangat tidak baik. Beliau harus mendapat perawatan khusus," jelas salah satu pengawal yang ditugaskan untuk mengawasi putra pemilik tubuh yang ditempati jiwa Berliza.
"Jadi mereka begitu berniat, untuk menguasai semuanya ternyata," ucap Berliza sambil berdecak lidah.
"Apa mereka pikir akan benar-benar sudah mati?" Tanya Berliza kembali sambil membalikkan badan.
"Iya nyonya, mereka bahkan akan melakukan acara persembahan atas meninggalnya anda." Lapor sang pengawal yang ditugaskan untuk mengawasi gerak-gerik di kawasan istana pribadinya.
"Begitukah?" Sahut Berliza dengan ekspresi santai dengan tersenyum sinis.
Wanita itu sambil membersihkan telapak tangannya yang masih mengeluarkan cairan merah.
Berliza bahkan dengan santainya, menuangkan cairan alkohol ke telapak tangannya yang terdapat luka. Wajah wanita itu terlihat biasa saja, tidak merasakan ngilu ataupun perih.
Ketiga pengawal itu, bahkan terlihat begitu ngilu memperhatikan perlakuan sang nyonya.
"Persiapkan semuanya, aku tidak ingin ada kesalahan satupun. Aku ingin lihat, bagaimana ekspresi mereka saat seorang yang meninggal bangkit kembali," tandas Berliza dengan senyum miring yang terlihat di sudut bibirnya.
Ia kini memandangi wajah ketiga pengawalnya yang setia menundukkan kepala.
"Ck, apa kalian memperhatikan yang aku ucapkan? Aku tidak ingin ada kesalahan sedikitpun, karena leher kalian yang menjadi sasarannya." Terang Berliza, membuat ketiga pengawal itu membeku di tempat mereka, dengan raut wajah berubah pucat.
"Siapkan mobil, aku ingin melakukan persiapan di sebuah salon kecantikan. Aku ingin tempat yang tidak pernah aku singgahi." Berliza bangkit sambil memberikan titah kepada ketiga pengawalnya.
Berliza berjalan menuju pintu utama kastil tua yang sudah lama terabaikan oleh keluarga bangsawan Will. Keluarga besar pemilik tubuh.
Wanita itu melangkah dengan anggun dan penuh wibawa kepemimpinan pada zamannya. Membuat beberapa pelayan di kastil itu menunduk pandangan, merasa segan untuk menatap wanita cantik di depan mereka.
Berliza menghentikan langkahnya, saat melewati pelayanan. Ia menolehkan sejenak kepalanya dan menelisik salah satu pelayan wanita yang memiliki usia muda.
"Kau, ikut denganku!" Pinta Berliza dengan nada tegas.
Pelayan itu segera mengikuti langkah anggun penuh kharisma itu. Berliza kini duduk dengan elegan di dalam mobil mewah.
Dengan pelayan wanita setia mengikutinya dengan wajah menunduk dan perasaan canggung.
"Kau sudah menghubungi pengacara Albert?" Berliza bertanya sambil menatap keluar, ia begitu takjub melihat kehidupan di dunia sekarang. Di mana semua bangunan tinggi berjejeran dan kendaraan-kendaraan canggih juga mewah membuatnya begitu takjub.
"Sudah, nyonya," sahut pengawal yang bertugas menemani, Berliza.
Sang nyonya terdiam, ia sibuk memandangi sekitarnya yang membuat perasaannya begitu kagum. Ia bisa melihat kemajuan teknologi dan perkembangan yang sangat signifikan.
Hampir setengah jam perjalanan, kini mobil mewah yang membawa Berliza ke sebuah bangunan tinggi yang merupakan sebuah Bank terkenal bagi para konglomerat dan bangsawan menyimpan uang dan harta benda penting.
Termaksud Berliza yang memiliki kunci kas khusus untuk menyimpan uang dan dokumen penting, tentu saja dalam perlindungan pihak berwajib dan pemerintahan setempat.
Berliza berjalan memasuki lobby Bank dengan penampilan sederhana, celana pendek dan Hoodie menjadi pilihan penampilan Berliza agar tidak menampakkan diri dari orang-orang yang berpikir dirinya sudah meninggal.
Tidak lupa sebuah kacamata hitam juga masker untuk menutupi wajahnya, ia masuk dengan langkah yang begitu pasti, tanpa didampingi sang pengawal dan pelayan.
Dari kejauhan, tatapan sinis sudah menyambutnya. Berliza mengabaikan cibiran juga tatapan sinis para resepsionis di bank tersebut.
Melihat penampilan Berliza yang begitu buruk menurut mereka, membuat jiwa julid, ketiga wanita di depan sana memandang Berliza remeh.
Mereka bahkan berpura-pura tidak melihat Berliza saat sudah berada di hadapan mereka.
"Aku ingin bertemu dengan pimpinan kalian!" Pinta Berliza dengan nada dingin dan tegas. Wanita itu juga kini menghadapi sikap ketiga wanita itu dengan sombong.
Tatapan Berliza begitu tajam ke arah satu persatu wanita di depannya yang sibuk membenarkan penampilan.
"Astaga, apa dia tidak tahu? Kalau tempat ini sangat berharga? Dimana para orang kaya akan berlalu lalang untuk menyimpan harta," seloroh salah satu wanita di sana sambil menatap sinis ke arah Berliza.
"Cih, siapa wanita ini yang secara tiba-tiba ingin menemui ketua, dasar wanita halu." Sahut wanita yang lain yang mendelik dan mencibir ke arah Berliza.
"Hey, nona pemimpi, apa kau ingin menggoda salah satu klien kami disini dengan penampilan burukmu ini? Cih, dasar wanita buruk." Ucap wanita yang paling menonjol dari segi penampilan juga dandanan.
Menatap penampilan Berliza dari bawah ke atas dan ia segera bergidik geli dan jijik.
Berliza sendiri hanya diam sambil menatap satu persatu wanita di depannya dengan senyum miring di balik masker hitam yang ia kenakan.
Menatap sekeliling bangunan mewah itu yang membuatnya kembali takjub.
Melihat tingkah kampungan Berliza, membuat ketiga wanita itu semakin membuat mereka senang.
"Coba aku tebak, pasti wanita buruk ini berasal dari desa," sela salah satu dari ketiga wanita tersebut, mencoba menebak asal usul — Berliza.
"Oh Tuhan, pantas saja aku mencium bau lumpur dan hewan," celetuk yang lain sambil tertawa.
"Yap, bau miskin yang menjijikkan," sambung wanita yang lain dengan nada menghina dan setelah itu tawa ketiga wanita itu terdengar menggelegar. Membuat bangunan yang tampak sunyi itu terlihat lebih menyenangkan menurut ketiganya, karena memiliki sebuah alat lelucon untuk menyombongkan diri.
Berliza sudah terlalu muak melihat wajah dan mendengar ucapan mereka, membuat jiwa gelap wanita itu mulai bangkit, Berliza mengeluarkan sebuah belati di balik Hoodie yang ia kenakan.
Wanita itu segera mengangkat tinggi belati itu dan menancap di meja resepsionis dan berhasil membuat ketiga wanita yang sedang tertawa puas terdiam dengan wajah tercengang.
"Aku kesini untuk bertemu dengan pimpinan di sini, bukan untuk melihat wajah sampah kalian. Katakan atau benda ini akan menembus jantung kalian." Ucap Berliza dengan tatapan mengerikan juga ucapan halus namun begitu menakutkan, membuat ketiga wanita itu langsung terdiam ketakutan.
Dengan tubuh membeku dan wajah pucat, salah satu dari mereka keluar dari meja resepsionis dan berdiri di hadapan Berliza.
Berliza kini mengikuti langkah wanita di depannya yang masih terlihat begitu ketakutan.
Berliza sukses membuat wanita itu diam dan tak berkutik. Menghadirkan suasana mencekam di dalam lift, mampu membuat wanita yang tadinya bersikap sombong terhadapnya kini menciut di sudut ruangan lift.
"Nyonya muda Will!" Seru seorang pria paruh baya menyambut Berliza saat memasuki ruangan pimpinan Bank tersebut.
Membuat kedua mata wanita yang mengantar Berliza membola sempurna. Ia tidak menyangka sudah membuat kesalahan dengan menghina salah satu bangsawan kerajaan.
"N-nyonya muda Will, m-maaf atas sikap tidak sopan saya," ucap wanita yang kini seluruh tubuhnya sudah berkeringat dingin.
"Keluarlah! Dan jangan membicarakan ini semua kepada orang lain," titah Berliza dengan nada penuh tekanan dan tatapan mengancam.
Wanita itu hanya mengiyakan sambil berlutut di hadapan Berliza. Ia sudah melakukan kesalahan fatal dengan menghina salah satu orang berpengaruh di negara mereka.
Berliza kini berdiri di depan brankas raksasa milik keluarga bangsawan Will.
Berliza berdiri di balik pintu besi itu dan menempel sidik jarinya di depan kunci brankas.
Tidak lama kemudian pintu brankas tersebut terbuka. Berliza bisa melihat susunan uang di dalam sana juga batangan emas dan berlian. Terdapat juga beberapa berkas penting dan kini Berliza berjalan menuju sebuah kotak kecil yang lusuh.
Wanita itu membuka dan ia bisa melihat sebuah benda yang sangat penting, yaitu, stempel berharga.
Stempel yang selama ini menjadi incaran para pengkhianat untuk menguasai semua miliknya sebagai sang pewaris dari kekayaan yang tak terhitung nilainya.
Berliza berjalan keluar dari bank dengan sebuah tas sedang, yang tentu saja berisi tumpukan uang. Berliza sengaja mengambil seorang diri tanpa melakukan transaksi mesin di beberapa ATM, ia tidak ingin jejaknya di ketahui oleh para musuh dalam selimut.
Yang sedang merayakan kematiannya dan memikirkan cara untuk menguasai seluruh harta bendanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
StAr 1086
next
2023-10-28
0
Pandagabut🐼
amazing..
aku sungguh tidak habis pikir, bagaimana bisa novel sebagus ini bisa dibaca dgn mudah & gratis di aplikasi?? wow... padahal ini karya yg luar biasa
2023-04-12
1
Wira Renaulty
kaya gini gw sukak...
berani... g mau d remehin... coz kaya 🤣😂
jd mau apa" bisa...
wanita 👊😡👊👊😡👊
2023-03-28
1