Kedua kelopak mata indah yang baru beberapa detik terpejam, kini terbuka kembali. Dengan ekspresi terkejut juga kebingungan, nampak di sorot kedua mata itu.
Sorotan mata indah seketika menajam, merotasi sekeliling dengan pandangan liar penuh kewaspadaan.
Ia begitu bingung dengan keadaan yang jauh berbeda dari pandangan sebelum menutup mata.
Ruangan itu juga jauh berbeda dengan kehidupan sehari-harinya. Kedua mata begitu menyipit tajam untuk menelisik segala penjuru ruangan dan benar saja ia berada di tempat yang begitu asing dan aneh.
Ratu Berliza baru saja memejamkan kedua mata saat kematian datang kepadanya namun, seketika ia terkejut, saat kembali membuka kedua matanya, ia mendapati diri sedang berada di tempat begitu aneh.
Kedua kelopak mata liar, ratu Berliza menelisik semua benda yang ada di sana dan semuanya begitu asing dan jauh berbeda dengan sebelumnya.
"Aku dimana? Bukankah? Aku baru saja memejamkan mata dari kematian?" Wanita itu berucap dengan suara lirih juga begitu lemah.
Berliza mencoba untuk menggerakkan tubuhnya yang lemah dan berusaha bangkit.
Namun, lenguhan juga erangan tertahan keluar dari mulutnya yang merasakan sakit luar biasa di sekitar perut bagian bawahnya.
Ia pikir semua karena efek serangan busur panah yang melukainya.
Berliza mencoba membawa salah satu tangan ke area dada, di mana seingatnya ia mendapat luka tusukan beracun di dadanya.
Wajah wanita itu terlihat mengkerut tajam, saat tidak merasa sakit ataupun luka basah di sana.
Perasaan Berliza semakin tidak karuan, ia seakan berada di tempat lain, yang begitu jauh dari kehidupan sebelumnya.
Beberapa benda asing yang ia lihat di ruangan itu, membuat Berliza semakin begitu penasaran.
"Tidak mungkin, seorang yang tubuhnya dipenuhi busur panah bisa hidup." Monolognya dengan perasaan yang semakin bertanya-tanya.
Kini telapak tangannya mencoba memegang asal rasa sakit yang ia rasakan sekarang.
Ia merasakan luka menganga di sana juga masih basah.
Berliza terus mendesis tertahan, merasakan sakit yang sangat luar biasa. Beruntung ia memiliki jiwa yang sangat kuat, jadi wanita itu mampu menahan kesadarannya yang berangsur-angsur mulai kembali lemah.
"Akh!" Erangannya, saat tidak sengaja menyentuh luka di area perut bawahnya.
Berliza juga bisa melihat telapak tangannya kini terdapat cairan merah.
Sungguh Berliza ingin berteriak untuk mengeluarkan perasaan yang teramat sakit hati.
Ia yakin luka perut tersebut masih menganga, cairan merah pun masih keluar begitu derasnya.
Berliza memikirkan sesuatu cara untuk bisa menghentikan cairan merah itu keluar dari bagian perutnya.
"Aku harus melakukan sesuatu, tubuhku semakin lemah," gumam Berliza berusaha menahan rasa sakit teramat sangat itu dan berusaha bangun.
Berliza kini menyandarkan punggung ke belakang, mencoba meraih kain putih di atas meja yang ada di samping ranjang.
Selain rasa sakit di bagian perut, Berliza juga mencoba melihat dengan jelas, saat penglihatannya mulai mengabur dan kepalanya begitu berat.
Tidak sengaja, kedua kelopak matanya melihat ke arah cermin.
Samar-samar, Berliza melihat keanehan di wajahnya. Ia mencoba untuk melihat lebih jelas pantulan dirinya d cermin.
Seketika kedua kelopak matanya terbuka lebar, saat menyadari sesuatu berbeda pada dirinya.
"Ini memang aku, namun, kenapa penampilanku seperti ini? Juga sejak kapan raut wajah ini terlihat begitu penuh penderitaan pun menyedihkan?" Berliza berusaha untuk bangkit, wanita itu, sekuat tenaga mencoba berdiri dengan punggung membungkuk untuk meringankan beban sakit di perutnya.
Saat Berliza ingin melangkah ke arah cermin di hadapannya. ia meluruh, saat rasa sakit itu begitu menjadi.
Berliza menarik kedua kakinya mendekati cermin. Wanita berwajah menyedihkan, kini menatap pantulan wajah di dalam cermin.
Kedua kelopak mata itu terbuka sempurna, saat menangkap hal aneh di wajahnya.
Rambut panjang yang selalu ia jaga dan rawat kini berubah pendek juga terlihat begitu buruk.
Telapak tangannya kini menyentuh wajah sembab juga lusuh itu, ia sungguh tidak percaya dengan apa yang ia lihat, ia menggelengkan kepala, mencoba menghilangkan firasat aneh yang ia rasakan.
"Ini benar wajahku, tapi kenapa aku begitu terlihat begitu menyedihkan? Juga, tubuh ini begitu lemah dan kurus. Lihat! Kulitnya pun begitu buruk. Aku terlihat sangat buruk." Seloroh Berliza menelisik penampilannya yang tampak jauh berbeda.
"Apa aku berada di tubuh orang lain? Aku juga merasa ini bukanlah dunia sebelumnya aku berada." Berliza terus mencoba menebak sesuatu.
Saat terus berpikir keras dengan keadaannya, tiba-tiba kepalanya begitu sakit dan sesuatu kejadian muncul di kepalanya.
"Akh!" Teriaknya, saat rasa sakit di kepalanya begitu kuat. Ia bahkan memegang dan menggenggam rambutnya.
"Ini sakit sekali, akh!" Berliza berdesis kesakitan.
Ia juga bisa mengingat sesuatu kejadian yang belum pernah ia alami.
"Apa ini, apa yang sedang terjadi?" Tanya di tengah rasa sakit juga ingat itu semakin tampak terlihat.
Ia bisa mengingat kejadian yang dialami seorang wanita yang wajahnya begitu mirip dengannya.
Kejadian penuh kekerasan dan kekejaman yang wanita itu alami dari seorang pria juga dua orang wanita.
Berliza bisa melihat dan mendengar dengan jelas setiap teriakan juga tangisan pilu wanita itu, di mana ia diperlakukan begitu buruk layaknya seekor binatang menjijikkan.
"Dia siapa? Apa yang terjadi denganku?" Ucapnya sambil berteriak kesakitan.
Tanpa sadar, kedua matanya meneteskan air mata, melihat kehidupan sang wanita yang begitu menyedihkan.
Ia juga bisa melihat di hina di depan banyak orang dan semua yang menjadi miliknya di kuasai oleh kerabat pria yang ia dengar merupakan suami si wanita.
"Brengsek!" Teriak Berliza tanpa sadar yang mana kedua tangannya kini mengepal erat.
Saat menangkap kejadian memilukan, di mana seorang pria terang-terangan bercumbu di hadapan wanita yang mirip dengannya yang hanya bisa bersujud dan menagis.
"Bedebah, kehidupan macam apa ini? Apa ini kehidupan masa lalu ku? Atau masa sekarang? Sungguh begitu memilukan dan aku terlihat begitu pecundang!" Erang Berliza begitu emosi melihat dengan jelas, kejadian demi kejadian yang melintas di ingatannya.
"Sungguh, aku tidak mengerti. apa yang sebenarnya terjadi denganku." Ucapnya dengan wajah yang terus berpikir keras.
Namun tiba-tiba penglihatannya menghitam, ia lantas jatuh tidak sadarkan diri.
Berliza kini melihat dirinya berada di ruangan yang begitu amat gelap, wanita itu bangkit tanpa merasakan kesakitan, berjalan mendekati sebuah cahaya putih yang seakan sedang mengintip.
Wajah wanita itu semakin mengkerut tidak mengerti dan terus melangkah ke arah cahaya putih tersebut.
Kini ia melihat sebuah alam terbuka dan begitu luas, ia juga bisa melihat tanah luas itu ditumbuhi berbagai macam tanaman hijau juga bunga.
Sebuah lukisan alam yang pemandangannya begitu indah.
Berliza terus melangkah, hingga ia tiba di telaga yang memiliki mata air yang begitu jernih.
Berliza kini berada di atas jembatan kecil, tatapan takjub bercampur heran, terus melihat-lihat kesana-kemari.
Hingga ia melihat sosok wanita duduk di sebuah bangku putih, sosok wanita berambut panjang dengan tubuh yang tampak begitu berkilau sedang memunggunginya.
Ia berjalan mendekat dengan dahi terlihat semakin kebingungan.
Wanita itu tiba-tiba saja membalikkan badan saat jarak mereka berada 3 langkah.
Berliza jelas sana terkejut dan tidak percaya, melihat sosok wanita di hadapan yang memiliki wajah sama dengannya.
Kedua mata terbuka tidak percaya, memindai sosok wanita tersebut.
Wajah mereka begitu sama, hanya raut wajah yang membedakan.
Di mana wanita di depannya memiliki raut bersahaja dan lembut, sedangkan dirinya sendiri memiliki wajah tegas dan datar.
"Selamat datang, nona!" Sapa wanita di depannya dengan seutas senyum indah terlihat.
Berliza masih menatap lekat, wanita di depannya ini.
"Kau, siapa?" Tanya Berliza dengan nada dingin.
Wanita itu tersenyum, mengisyaratkan kepada Berliza untuk duduk di sampingnya.
🌹🌹🌹
"Anda pasti bingung dengan ini semua, tapi aku bersyukur dan berterimakasih kepada anda, sudah bersedia untuk menempati tubuhku yang begitu lemah." Tutur wanita itu dengan ucapan yang begitu lembut dan senyum terus terlihat indah di wajah.
Berliza mencoba memahami dengan tatapannya kini terlihat tajam dan lekat.
"Apa maksud kamu? Siapa sebenarnya, dirimu?" Sergah Berliza, nada suaranya begitu terdengar dingin.
"Aku adalah pemilik raga yang sekarang nona tempati. Anda juga sedang berada di kehidupanku yang penuh dengan penderitaan." Wanita itu menjelaskan yang diiringi wajah sendu.
"Jadi, kau wanita yang melintas di ingatanku?" Sentak Berliza lirih.
Wanita itu hanya mengangguk sambil berdiri dengan kembali memunggunginya.
"Aku hanya minta kepada anda, tolong balaskan semua yang telah aku terima terhadap mereka, juga melindungi bayi yang baru saja mereka keluar secara paksa," ucap wanita itu dengan suara tercekat perih.
"Aku mohon nona, balaskan semua rasa sakit yang selama ini aku terima dari mereka," wanita itu kini bersimpuh di depan Berliza.
Membuat jiwa bengis Berliza sedikit tersentuh. Bagaimanapun ia juga seorang wanita yang mendapat pengkhianat dari suami dan rakyatnya sendiri.
Berliza mendekati wanita cantik di depannya, membantunya untuk segera berdiri dan mereka saling menatap dalam.
"Percayalah, aku pasti akan melaksanakannya dan memberikan mereka penderitaan yang selama ini ia lakukan kepadamu," tandas Berliza yang tatapannya begitu penuh emosi juga dendam.
Wanita di depannya tersenyum bahagia, tidak lama sosok itu bergerak menjauh darinya.
Bersamaan Berliza kembali sadar dari pingsannya. Saat membuka kedua kelopak mata.
Indera pendengaran tajam wanita itu menangkap sebuah langkah kaki mendekat, juga suara beberapa orang.
Wanita itu berusaha bangkit dan mencoba kembali ke atas ranjang. Berliza juga meraih sebuah benda tajam yang ia temukan di atas meja.
Ia kembali berpura-pura tidak berdaya, bertepatan pintu ruangan itu terbuka.
Berliza bisa menebak, berapa orang yang sekarang melangkah ke arahnya.
"1, 2, 3, 3, 5. Mereka lima orang," ucap Berliza dalam hati. Menghitung langkah pria yang kini mengelilingi ranjangnya.
Benar tebakan Berliza, semuanya ada lima pria yang kini menatap sinis ke arahnya.
Bahkan salah satu dari mereka, sengaja menendangnya, hanya untuk menyakinkan dirinya sudah meninggal.
Bahkan mereka meludahinya, dan berdecak jijik. Seakan melihat bangkai bintang.
Jelas saja jiwa bengis wanita ini begitu memberontak ingin menghabis kelima pria ini.
Apalagi mendengar mereka tertawa puas dan semua kejadian ini atas perintah seseorang.
Berliza mengerang dalam hati, saat tubuh yang ia tempati sekarang begitu lemah, ditambah rasa sakit di perutnya hanya melilitkan kain yang ia temukan di atas meja usang.
"Dia benar-benar sudah mati," seru salah satu dari kelima pria itu, yang merupakan orang suruhan kerabat dari suami si pemilik tubuh.
"Jelas saja dia mati, siapapun akan meregang nyawa mendapatkan perlakuan keji sepertinya. Lihatlah, ia begitu mengerikan," timpal yang lain.
Saat melihat kondisi tubuh di depan begitu mengerikan yang di sekitarnya di penuhi cairan merah dan juga bau yang sangat menyengat.
Kelimanya bergidik ngeri dan jijik, melihat pemandangan di hadapan mereka.
"Sungguh pria itu begitu kejam, aku saja tidak akan setega ini kepada manusia," komentar yang lain yang sedikit memiliki rasa iba.
"Sudahlah, sebaiknya kita segera melakukan perintah yang mulai raja, untuk membuang jasad wanita ini ke hutan buas!" Pinta seorang pria yang palingan dominan di antara kelimanya.
Ia juga kini semakin mendekati tubuh di depannya, ia ingin menyakinkan diri, bahwa wanita ini sudah tidak bernyawa.
Ia mendekatkan wajahnya di atas wajah wanita itu, ia mencoba memeriksa detak jantungnya.
Tanpa mereka sadari, kini pergerakan halus dan tidak terbaca Berliza di balik selimut kini membahayakan nyawa mereka semu.
Senyum miring terlihat samar di wajah lusuh itu, mereka tidak menyadari itu.
Pria itu mencoba untuk menjauhkan wajah, namun tiba-tiba ia terdiam, saat sebuah benda tajam menggores leher tepat di denyut nadi.
"Bruk." Pria itu terjatuh di atas lantai dengan meregang nyawa seketika.
Membuat keempat pria yang tersisa terkejut, melihat rekan mereka kini meregang nyawa.
Semakin terkejut, saat melihat kedua mata wanita di depan mereka terbuka dan itu sungguh menakutkan.
"D-dia masih hidup!" Sentak salah satu dari mereka.
"Cepat bunuh dia!" Pintanya yang kini mencoba menyerang Berliza dengan mencekik leher wanita itu.
Namun gerakan wanita itu begitu lincah dan gesit untuk menusuk rongga dada sebelah kiri pria itu, yang menembus jantung.
Membuatnya seketika meregang nyawa juga. Tatapan Berliza kini terarah kepada ketiga pria di depannya yang sangat terkejut.
"Wanita sialan!" Pekik pria yang lain begitu murka.
Ia mengambil sebuah balok di dekat pintu dan mencoba memukulkan di kepala Berliza.
Akan tetapi, Berliza yang memiliki kehebatan dalam bertarung, melemparkan benda tajam itu tepat di kening pria tersebut.
Dan pria itu seketika tumbang, tersisa dua orang pria yang terlihat tercengang juga ketakutan.
"Kalian, Kemarilah!" Perintah Berliza dengan nada mencekam.
Kedua pria itu ragu untuk mendekat, namun melihat tatapan mata Berliza, membuat nyali keduanya menciut.
Sungguh mereka tidak habis pikir dengan perubahan wanita yang merupakan pewaris tahta kerajaan di mana mereka mengabdi sebagai pengawal pribadi.
"Keluarkan, aku dari sini dan kalian akan mendapatkan apa yang kalian inginkan. Pasti, kalian tahu siapa aku," tandas Berliza dengan senyum miring.
Melihat kedua pria itu terdiam dan saling menatap. Keduanya terlihat terdiam untuk sesaat.
Namun setelah itu mereka akhirnya setuju untuk membawa Berliza keluar dari ruangan penyekapan selama berhari-hari.
Berliza pun bisa keluar dari ruangan menyiksa itu, kini ia mendapatkan perawatan di sebuah rumah sakit.
Berliza juga memerintahkan kepada kedua pria itu agar membawanya ke villa tersembunyi yang dimiliki keluarga wanita pemilik tubuh, ia bisa mengambil alih semua memori ingatan wanita tersebut dan sepenuhnya menjadi sosok wanita itu.
Siap untuk membalas semua orang-orang yang menindasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
tak ada satupun manusia yang terhindar dari masalah
syukuri hidupmu
akan kembali kedunia
dengan kesempatan berbuat baik
kau mampu apapun adanya dirimu
tunjukan pada dunia
kau mampu
syukuri hidupmu
2024-06-26
0
StAr 1086
good....
2023-10-27
1
Park Kyung Na
👍👍
2023-09-02
0