Terpaksa Setuju

Semua orang kini sedang melihat ke arah Khadijah yang sejak dari tadi hanya diam saja tanpa mau membuka suaranya. Suasana di dalam ruangan ini nampak sunyi bagaikan tak berpenghuni. Datta berharap jika perempuan itu akan menolak pernikahan ini karena ia begitu mencintai kekasihnya dan mana mungkin Datta akan menikah dengan perempuan bercadar itu, tapi dia cantik! Shith! Apa yang barusan Datta pikirkan? Dia sepertinya mulai kehilangan kewarasannya.

“Baiklah, Khadijah akan menyetujui pernikahan ini tapi, pernikahan ini akan di langsungkan secara sederhana dan tidak melibatkan begitu banyak orang kecuali orang-orang terdekat saja,” kata Khadijah.

“Alhamdulillah,” kata Amira, Aiza dan juga Farhan setelah mendengarkan keputusan Khadijah.

Datta hanya diam dengan wajah tanpa ekspresi. Amira melirik ke arah calon menantunya. “Bolehkan jika saya hanya berbicara berdua saja dengan putra Anda?” tanya Amira meminta ijin pada Aiza yang kini berdiri disampingnya.

“Jangan pernah berani bicara macam-macam, calon mertua kamu memiliki penyakit jantung,” bisik Farhan mencoba untuk menasehati putranya itu.

“Tentu saja boleh,” jawab Aiza ketika melihat jika suaminya kini mengganggukkan kepalanya setuju.

“Bolehkah jika Khadijah tetap di sini untuk menamani Umi?” tanya Khadijah. Khadijah begitu takut sekali jika lelaki tak memiliki hati itu akan membuat Uminya sakit hati dengan mengatakan apa yang terjadi semalam. Tidak Khadijah tak akan pernah membiarkan hal itu sampai terjadi.

“Nak, ayo keluar bersama dengan kami dan percayalah jika tak akan ada yang terjadi,” kata Aiza mencoba untuk membujuk Khadijah.

“Keluarlah, Umi ingin berbicara dengan calon suami kamu,” kata Umi Amira.

“Baik, Umi,” jawab Khadijah dengan berat hati.

Di dalam ruangan ini sekarang hanya ada Umi Amira dan juga Datta saja. Umi Amira menundukkan kepalanya kemudian meminta Datta untuk duduk di kursi. Datta merasa penasaran sekali kenapa perempuan paruh baya ini ingin berbicara berdua dengannya saja, melihat kondisi Amira sekarang itu membuat Datta merasa kasihan sekali dan dirinya tak bisa membayangkan gaji Kahdijah yang begitu sedikit dan perempuan itu harus membayar biaya rumah sakit yang begitu mahal pastinya.

“Datta, bisakah kamu membaca 1 jus ayat suci Al-Qur'an karena Umi ingin mendengarnya,” pinta Umi Adiba. Secara tidak langsung Amira ingin mengetes kemampuan calon menantunya dalam melantunkan ayat suci Al-Qur'an.

“Baik,” jawab Datta tanpa menolak. Datta mengeluarkan ponselnya yang ada di dalam saku kemudian mulai membaca ayat suci Al-Qur'an seperti apa yang Umi Amira inginkan.

Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an mulai menyelimuti ruangan ini, suara Datta begitu merdu sekali. Datta memang terjerumus dalam pergaulan yang bebas, tetapi lelaki itu tak pernah melupakan apa yang telah kedua orangtuanya ajarkan padanya, salah satunya yaitu membaca ayat-ayat suci al-guran.

Amira mulai meneteskan air matanya ketika mendengarkan suara Datta yang begitu merdu sekali hingga tanpa terasa sudah 1 jus Al-Qur'an yang lelaki itu baca barusan.

“Kenapa Anda menangis?” tanya Datta bingung. Kedua orangtuanya pasti akan marah jika tahu perempuan yang kini ada dihadapannya menitihkan air mata.

“Suara kamu begitu merdu sekali, nak,” jawab Amira setelah bisa menguasai dirinya. “Apakah kamu ingin menikah dengan Khadijah?” tanya Amira. kini Amira mantap dengan keputusannya untuk menikahkan putri semata wayangnya dengan lelaki yang ada di hadapannya sekarang.

“Ya,” jawab Datta singkat. Eh … tunggu dulu, Datta langsung saja mengambil keputusan tanpa banyak berpikir, sepertinya dia takut karena ancaman Farhan tadi.

“Khadijah tak memiliki siapapun di dunia ini kecuali Umi, jikalau Umi pergi maka Khadijah hanya memiliki kamu saja jika kalian jadi menikah. Khadijah perempuan yang baik dan ia begitu membenci seorang lelaki yang tidak taat pada agama dan bisakah kamu membimbing Khadijah menuju ke jannah bersama?” tanya Amira dengan menatap ke arah Datta yang kini kenundukkan kepalanya.

“Saya mungkin tak bisa menjanjikan hal itu, tapi saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menjaganya,” ujar Datta.

“Apakah kamu mencintai Khadijah?” tanya Amira lagi.

Datta hanya diam tak memberikan jawaban. Ia hendak jujur dengan mengatakan tak mencintai Khadijah, tapi Datta takut jiika perempuan paruh baya yang ada dihadapannya sekarang akan terkena serangan jantung mendadak jadi Datta memilih tetap diam saja.

Amira tersenyum tipis. “Tak masalah jika kamu tidak mencintai Khadijah, karena yang terpenting kamu mencintai Allah dan juga rasulnya itu sudah cukup. Umi selalu mengajarkan pada Khadijah untuk tak meletakkan cinta yang begitu besar pada seorang manusia melebihi cinta pada Allah dan juga rasulnya,” kata Amira menjelaskan.

“Saya akan mengingat apa yang Anda ucapkan,” kata Datta.

Di luar ruangan ini.

Aiza langsung melangkah mendekati Datta ketika melihat putranya keluar dari ruangan rumah sakit itu. Khadijah hendak masuk kedalam ruangan Umi Amira berada, tapi perkataan Datta membuat niat awalnya itu terhenti. Datta meminta pada kedua orangtuanya untuk masuk ke dalam ruangan Amira berada karena perempuan paruh baya itu ingin berbicara pada mereka. Kini tinggallah Khadijah dan juga Datta saja yang ada di lorong rumah sakit ini.

“Apa yang kamu katakan pada Umi? Apakah kamu menyakiti hatinya dan mengatakan kejadian memalukan itu?” tanya Khadijah dengan nada suara yang bergetar.

“Tidak!” jawab Datta dan Khadijah menghembsukan nafasnya lega. “Kenapa kamu menerima perjodohan ini?” tanya Datta.

“Saya tidak memiliki pilihan lain!” sahut Khadijah dengan masih menjaga jarak dari lelaki yang ada di hadapannya. “Ja-jangan mendekat!” perintah Khadijah yang seakan trauma ketika mengingat apa yang lelaki itu lakukan padanya semalam.

“Kamu pasti merasa senang sekali karena memiliki suami tampan dan juga kaya seperti saya, sehingga kamu tak perlu susah mencari biaya pengobatan Umi kamu,” kata Datta. Entah mengapa Datta mengucapkan kata kejam seperti ini, dia sendiri tidak tahu.

“Untuk apa lelaki kaya dan juga tampan jika ia tak mengikuti ajaran rasulnya,” hardik Khadijah langsung dengan suara yang tegas.

“Kamu berani mengajari aku,” bentak Datta dan itu membuat Khadijah terjingkat kaget hingga mundur dua langkah ke belakang.

“Saya tidak mencoba untuk mengajadi Anda atau hal yang semacamnya. Tapi saya hanya mengungkapkan suatu kejujuran dan tidak lebih dari itu,” balas Khadijah dengan nada suara tegas.

“Aku tak akan pernah mencintai kamu! Dan kita hanya akan menikah di atas kerja,” kata Datta yang mulai merasa kesal dengan perempuan bercadar yang kini ada di hadapannya.

“Cintai Allah dan juga Rasulnya itu jauh lebih penting! Saya tak pernah meletakkan cinta pada seorang manusia,” hardik Jihan dengan kata yang penuh akan pengetahuan agama. “bagi saya pernikahan itu sakral dan bukan main-main, terserah dengan apa yang akan Anda lakukan, tapi saya akan melakukan apa yang menurut saya benar.” Setelah bicara Khadijah langsung melangkah masuk kedalam ruangan Amira berada.

“Berbicara dengannya sebentar saja sudah membuat aku seakan terkena darah tinggi dan juga dehidrasi,” umpat Datta yang kesal melihat sikap sok alim perempuan bercadar itu.

Terpopuler

Comments

Ina Defilia

Ina Defilia

nanti pada akhirnya kamu akan klepek-klepek data sama kadhijah😂

2023-11-09

0

Mentari

Mentari

aku yakin seiring berjalan nya waktu datta pasti bisa berubah

2023-04-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!