Terpaksa Menikahi Wanita Bercadar
“Khadijah,”
panggil seorang wanita yang suaranya tidak asing di telinga Khadijah. Khadijah pun memutar kepalanya kemudian melihat seorang wanita cantik dengan baju seksi yang membuat mata lapar para lelaki tak akan mau mengalihkan pandangannya. Itu adalah Dita-wanita yang selama ini selalu kasar pada Khadijah dan mengatakan Khadijah mirip seperti ninja yang selalu menutup sekujur tubuhnya dengan baju kebesaran dan juga mengunakan cadar di wajahnya lengkap dengan sarung tangan.
“Ada apa Dita?” tanya Khadijah setelah berada dihadapan teman satu kantornya itu.
“Saya mendengar Anda membutuhkan pekerjaan paruh waktu?” tanya Dita dengan tatapan penuh selidik.
“Ya, saya memang membutuhkan kerja paruh waktu,” jawab Khadijah.
“Temanku sedang libur bekerja di salah satu hotel ternama dan gajinya lumayan besar,” kata Dita mencoba memancing ketertarikan Khadijah. “Aku dengar dari teman-teman, kamu butuh banyak uang untuk membayar biaya berobat ibu kamu?” tanya Dita mencoba terlihat tulus.
“Kamu benar sekali,” jawab Khadijah. “Kalau boleh tahu pekerjaan apa itu, Dita?” tanya Khadijah yang mulai tertarik dengan tawaran Dita.
“Hanya mengantarkan makanan untuk salah satu tamu hotel saja, nanti kamu boleh pulang,” kata Dita. “Dan kamu akan mendapatkan uang 2 juta setelahnya,” kata Dita lagi.
“Apakah benar hanya mengantarkan makanan saja sudah bisa mendapatkan gaji sebanyak itu?” tanya Khadijah ragu.
Dita langsung menaruh kedua tangannya di dada dengan tatapan sombong. “Tadinya aku merasa kasihan pada kamu setelah mendengarkan kabar dari teman-teman yang mengatakan kamu butuh banyak uang, tapi tidak disangka jika keperdulian aku ini malah membuat kamu berburuk sangka,” kata Dita berpura-pura marah. “Semoga saja si bodoh Khadijah, terkecoh dengan dustaku,” batin Dita.
“Dita maafkan aku, sungguh aku tidak bermaksud seperti itu,” kata Khadijah merasa bersalah.
“Kalau kamu tidak mau, maka akan aku berikan pada teman yang lain saja pekerjaan ini.” Usai bicara Dita hendak melenggang pergi namun, di cegah oleh Khadijah.
“Dita aku mau, aku percaya jika kamu tak akan berniat jahat,” kata Khadijah.
***
Khadijah kini menggunakan baju muslimah berwarna Pics lengkap dengan cadarnya dan ini adalah salah satu baju yang paling bagus milik Khadijah. Dita mengatakan jika Khadijah harus mengunakan gamis yang paling bagus karena tamunya adalah pasangan suami-istri. Khadijah pun tidak segan menuruti permintaan Dita setelah tahu tamunya adalah sepasang lansia muslim. Dita menyuruh Khadijah untuk mengantarkan dua gelas minuman yang berwarna putih kedalam ruangan presidential suite hotel itu. Khadijah sempat bertanya minuman apa itu dan Dita menjawab dia juga tidak tahu namun, kedua lansia yang ada didalam ruangan itu meminta minuman tersebut harus diantarkan oleh wanita yang benar-benar muslimah dan itulah alasannya Dita memilih Khadijah. Khadijah yang selalu berpikir positif pun langsung percaya.
"Khadijah, kamu harus mengunakan parfum ini agar kedua lansia itu mengetahui jika kau adalah wanita yang mereka tunggu," kata Dita seraya menyemprotkan parfum beraroma vanilla pada Khadijah. Khadijah nurut saja yang penting tugas ini lekas selesai pikirnya.
“Dita, apakah tidak masalah jika langsung masuk?” tanya Khadijah.
“Mereka berdua adalah lansia, siapa tahu telinga mereka sudah tidak berfungsi dengan benar,” ujar Dita dan Khadijah lagi-lagi percaya. “Sekarang kamu lekas masuk saja,” kata Dita setelah pintu hotel terbuka.
“Kamu tunggu di sini,” kata Khadijah yang langsung di jawab anggukan dusta oleh Dita.
Seringai licik langsung tersungging kejam dari bibir Dita ketika tahu Khadijah sudah masuk kedalam ruangan itu. “Selamat bersenang-senang Khadijah, siapa suruh selama ini kamu selalu merebut perhatian semua orang ketika ada di kantor dan terima balasan dariku,” gumam Dita lirih sembari melangkah menjauh dari ruangan hotel.
“Assalamualaikum,” kata Khadijah setelah masuk kedalam ruangan hotel ini.
Khadijah melihat tidak ada siapapun di ruang tamu hotel ini dan ia memutuskan untuk melangkah menuju ke meja kemudian sedikit membungkukkan tubuhnya kemudian menaruh nampan berisikan dua gelas minuman di atas meja perlahan. Tangan seseorang segera mengambil satu gelas itu, dan membuat jantung Khadijah berdetak begitu kencang sekali hingga membuat tubuh Khadijah seakan membeku. Itu adalah tangan kekar seorang lelaki dan bukan seorang lansia. Ya, itulah yang ada didalam pikiran Khadijah sekarang.
Khadijah segera menaruh satu gelas lain di atas meja kemudian wanita itu berdiri dengan tegap. Khadijah mengangkat pandangannya sekilas kemudian menundukkan pandangannya lagi setelah mengetahui jika dugaannya itu benar.
“Sepertinya ini adalah anak dari kedua lansia yang tadi Dita katakan,” batin Khadijah masih mencoba berpikir positif di tengah pikiran negatif yang mulai menyelimuti pikirannya.
“Sayang, kenapa kamu mengunakan cadar seperti ini? Apakah sekarang kamu sedang ingin berperan menjadi wanita muslimah?” tanya lelaki itu pada Khadijah kemudian meraih tangan Khadijah dengan kasar dan memeluknya.
Khadijah gemetar ketakutan dan air matanya pun jatuh begitu deras. “Pak, saya bukan orang yang Anda maksud, saya hanya bertugas mengantarkan minuman ini saja untuk kedua orangtua Anda,” ujar Khadijah bercerita dengan suara yang bergetar di ujung lidah.
“Lansia?” suara lelaki itu menyentak telinga Khadijah. “Aku ada didalam kamar ini sendiri dan tak ada Lansia? Kamu jangan bercanda denganku,” ujar lelaki itu mulai bersikap kasar pada Khadijah. “Siapa kau sebenarnya dan dimana Felishia?” tanya Lelaki asing itu.
Lelaki asing itu mendorong tubuh Khadijah hingga jatuh ke lantai kemudian ia melangkah menghampiri Khadijah dengan mata elangnya. Khadijah mundur menjauh agar tak kembali di sentuh oleh lelaki menakutkan dan juga kasar itu, tapi kini tubuh kurus Khadijah sudah terjebak pada dinding, Khadijah tidak kehabisan akal, ia hendak berdiri namun lelaki kasar itu langsung mendorong tubuhnya pada dinding.
“Katakan dimana Felis,” teriak lelaki asing itu lagi.
“Sa-saya tidak tahu Pak, tolong lepaskan saya,” kata Khadijah dengan bulir air mata yang terus membasahi cadarnya. “Dita menyuruh saya mengantarkan dua gelas minuman itu pada Lansia yang ada didalam ruangan kamar ini,” cerita Khadijah.
“Tidak ada lansia!” bentak lelaki asing itu dengan mata yang mulai gelap.
Lelaki itu melepaskan tangannya dari pundak Khadijah setelah merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya. Keringat jagung mulai memenuhi kening lelaki itu dan ia pun merasakan desiran aneh pada darahnya hingga membuat tubuhnya terasa panas. Khadijah langsung berlari menuju ke pintu ruangan ini, tetapi pintu itu terkunci dan Khadijah tidak tahu sandinya. Khadijah mencoba memencet pin kamar ini secara acak dan tidak lupa bibirnya terus berdoa supaya ada orang yang menyelamatkannya.
“Siapapun tolong aku,” teriak Khadijah seraya menggedor-gedor pintu itu. Khadijah tidak tahu jika ruangan ini kedap akan suara.
“Apa yang kamu masukkan kedalam minuman itu?” tanya lelaki asing tersebut sembari menarik lengan tangan Khadijah.
“Sa-saya tidak tahu Pak, saya hanya di suruh,” jawab Khadijah gemetar. “Lepaskan saya,” sambung Khadijah dengan suara memohon yang terdengar memilukan.
“Jalang seperti kamu tak pantas mengatakan itu, sudahi drama ini dan bermainlah denganku,” kata lelaki itu kemudian dengan kasar menarik cadar Khadijah.
Lelaki itu sudah mulai dibutakan dengan gairahnya sendiri hingga tak perduli dengan tangisan seorang perempuan malang yang ada di hadapannya sekarang dan hingga akhirnya kehormatan dan kesucian yang selama ini Khadijah jaga direnggut paksa oleh lelaki asing itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Hasian Marbun Ian ayurafanisa
hadir
2023-05-17
1