Bagaimana Jika Kamu Hamil

Khadijah menundukkan pandangannya, kedua tangan perempuan itu saling menggenggam satu sama lain. Membuat ruangan ini diselimuti oleh keheningan.

Datta terus saja memperhatikan wajah Khadijah yang terus tertunduk. Datta percaya jika Khadijah akan menerima pernikahan ini karena dia sangat tampan dan juga kaya, mana ada perempuan yang menolak pesona dan juga semua harta keluarganya. Pikir Datta.

“Mama, Papa. Datta tidak mau menikah dengan wanita sepertinya,” kata Datta yang tidak segan mengutarakan isi hatinya sekarang.

“Berani sekali kamu berbicara seperti itu setelah apa yang kamu lakukan pada gadis malang ini!” bentak Farhan pada anak-anaknya.

“Jika kamu menolak menikah dengannya maka, kamu juga keluar dari ahli waris keluarga Emran!” timpal Alza yang merasa geram dengan sikap anaknya itu.

“Mama, kenapa tidak membela Datta.”

“Kau pikir Mama akan membela tindakan keji kamu dengan merebut kehormatan seorang wanita muslimah,” ketus Alza dengan kedua mata yang sudah membulat penuh.

Khadijah semakin menitihkan air mata melihat bayangan tentang apa yang terjadi tadi malam didalam ruangan ini. Khadijah terus saja membaca dzikir didalam hatinya mencoba untuk mencari ketenangan hati. Saat ini Ibunya pasti sedang menunggu di rumah sakit dan mungkin saja akan khawatir karena dia semalam tidak datang ke rumah sakit dan juga tidak memberikan kabar sama sekali.

“Mana mungkin aku akan menikah dengan lelaki asing ini, lelaki ini juga sepertinya bukan orang yang baik karena dia pasti sudah terbiasa melakukan hubungan terlarang dengan banyak wanita, aku tidak akan bisa hidup bahagia dengan lelaki sepertinya,” batin Khadijah penuh pertimbangan dan selidik.

“Kamu tidak bisa menolak pernikahan ini!” kata Farhan pada Datta seperti suatu perintah yang tak terbantahkan.

“Wanita ini juga pasti merasa senang sekali karena dia bisa menikah denganku.” Datta dengan kejam menuduh Khadijah tanpa alasan yang jelas.

Farhan merasa bersalah, tapi dia juga tidak mau menikah dengan Khadijah karena dirinya mencintai kekasihnya Felisia.

“Hanya wanita yang gila harta saja, yang mau menikahi lelaki yang tidak ia kenal. Selama ini saya selalu menjaga pandangan dan juga setiap sikap saya pada lawan jenis dan semalam saya sudah melakukan dosa besar, apakah menurut Anda semua kekayaan yang Anda miliki bisa membeli kehormatan dan juga kesucian saya yang telah Anda nodai.” Khadijah bicara dengan menangis terisak.

Alza tidak tega dengan Khadijah membayangkan, andaikan saja ia memiliki seorang putri dan mendapatkan nasib malang seperti Khadijah, pasti Alza akan sangat hancur sekali.

Farhan yang ahli ibadah mulai mengepalkan tangannya dan ingin sekali memukul anaknya itu, tapi Alza menggoyangkan kepalanya seakan melarang dia melakukan hal tersebut. Farhan menarik napas dalam dengan membaca istighfar supaya dia tidak melayangkan tinjunya ke wajah sang putra.

“Saya menolak pernikahan ini,” kata Khadijah dengan tubuh yang semakin bergetar luar biasa.

“Dia berani menolak ku! Selama ini tidak pernah ada perempuan yang berani menolak ku, tapi wanita sok alim ini melakukannya,” batin Datta merasa tidak terima.

Selama ini Datta selalu saja mendapatkan apa yang dia inginkan dan dia tak terima jika ada yang menolaknya.

“Saya setuju dengan pernikahan ini,” kata Datta.

Alza dan juga Farhan langsung menatap ke arah Datta dengan penuh tanya karena putra mereka begitu mudah langsung mengubah keputusannya.

“Kenapa aku seperti itu? Saya tidak mau kehilangan harta keluarga Emran jadi agar tidak ditendang dari kartu keluarga maka saya akan menikah dengannya,” kata Datta santai.

“Saya tidak mau menikah, lupakan saja masalah ini.” Khadijah tidak ingin menikah dengan lelaki yang hanya memikirkan tentang harta dan tidak bisa memuliakan seorang wanita yang diinginkan.

Alza menahan tangan Khadijah dengan sorot mata teduh yang begitu menenangkan hati. “Nak, Kamu sudah kehilangan kesucian dan sebagai seorang wanita itu adalah hal yang berharga. Dan masalah tidak hanya sampai situ saja, bagaimana jika kamu hamil? Bukankah kamu juga memiliki orangtua lalu bagaimana dengan perasaannya jika mengetahui kalau kamu hamil tanpa menikah,” kata Alza mencoba untuk mengingatkan wanita dihadapannya tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari.

Khadijah diam tak berani mengucap kata. Ia memijat keningnya yang terasa pusing secara tiba-tiba kemudian Khadijah tidak sadarkan diri.

Dan setelah sadar dari pingsan Khadijah sudah ada didalam ruangan bercat putih tulang yang ia yakini adalah rumah sakit.

“Nak, kamu sudah bangun,” kata Alza lembut.

“Saya ada dimana?” tanya Khadijah.

“Rumah sakit Mutiara Bunda,” jawab Alza.

“Ini rumah sakit yang sama dengan Ibu saya, saya akan menemui Ibu saya, dia pasti cemas karena saya tidak datang menemuinya semalam,” sambung Khadijah lebih memikirkan perempuan yang telah melahirkannya dari pada memikirkan dirinya sendiri.

“Tubuh kamu masih lemas sekarang,” kata Alza.

“Ponsel … ponsel saya mana? Saya harus mengabari perusahaan jika saya libur hari ini,” kata Khadijah yang tidak tahu jika pemilik perusahaan tempatnya bekerja adalah milik Farhan.

“Aku sudah mengijinkan kamu ke atasan kamu di kantor, jadi jangan cemas,” jawab Alza yang sudah menyelidiki semua tentang Khadijah.

“Terima kasih,” jawab Khadijah. Khadijah mengerutkan keningnya bingunh dengan apa yang barusan perempuan paruh baya itu katakan, bagaimana mungkin dia bisa mengerti Khadijah bekerja di mana sedangkan sebenarnya Khadijah tak pernah membahasnya! Khadijah memilih menepis pemikirannya itu karena yang terpenting ia sudah ijin ke atasannya akan libur bekerja hari ini.

“Kamu pikirkan lagi mengenai pernikahan itu. Dan pernikahan akan di langsungkan secara diam-diam secepat mungkin untuk menjaga kemungkinan jika kamu hamil,” kata Alza kembali mengingatkan Khadijah.

“Saya akan memikirkan masalah ini lagi. Saya harus meminta ijin pada Ibu saya dan dia ada di rumah sakit ini juga,” kata Khadijah. 

“Saya tahu,” jawab Farhan. “Saya sudah membantu membayar semua sisa tagihan berobat Ibu kamu, jadi sekarang kamu tidak perlu lagi cemas memikirkan tentang biaya rumah sakit ini,” sambung Farhan.

“Terima kasih. insyaallah Saya akan membayar dengan mencicil di setiap bulan dengan gaji saya,” kata Khadijah yang tidak ingin berhutang budi pada orang lain.

“Kamu akan menjadi menantu kami, jadi tak perlu melakukan hal itu,” tegas Farhan yang yakin jika Datta dan juga Khadijah akan menikah.

“Insyaallah,” jawab Khadijah yang tidak ingin berjanji. “Sekarang saya pamit ke ruangan ibu saya terlebih dahulu,” kata Khadijah.

Khadijah melangkah melewati Datta yang sedang berdiri di ambang pintu. Khadijah sengaja berjalan di dekat dinding agar tidak bersentuhan dengan Datta.

“Baru kali ini ada wanita yang menghindari aku, apakah dia pikir aku ini sampah kotor hingga ia merasa jijik seperti itu,” batin Datta geram.

Khadijah melangkah dengan menundukkan kepalanya dan disaat bersamaan ada seorang lelaki sibuk melihat kearah ponsel sedang melangkah mendekati Khadijah. Datta yang bisa menebak jika keduanya akan bertabrakan pun reflex langsung menarik lengan tangan Khadijah mendekat padanya.

“Kau itu jika melangkah lihat kearah jalan, jangan lihat ke lantai. Bagaimana jika tadi kau menabrak lelaki itu.” Sembur Datta dengan suara lantang. “Ada apa denganku, kenapa aku perduli dengannya?” tanya Datta pada dirinya

 

Terpopuler

Comments

Mentari

Mentari

next ka

2023-04-15

1

Neng Aliem

Neng Aliem

lanjuuuttt

2023-03-21

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!