Bab 2

Hari ini kebetulan kuliah ku sedang libur karena tidak ada jadwal perkuliahan, jadi aku dan Mita memutuskan untuk mencari keberadaan devan.

Aku mengingat-ingat tempat kerja Devan, karena saat itu ia pernah membuat status di wathsap nya mengenai pekerjaan nya itu.

Setelah dua kali salah tempat kerja, akhirnya aku menemukan keberadaan Devan yang tengah membetul kan motor milik pelanggan.

Ia kaget saat aku berbicara dengan resepsionis di bengkel nya, bahkan teman-teman yang saat itu ikut berkumpul dengan ku pun kaget saat melihat aku berada di sana.

"Permisi, saya mau bertemu dengan manajer di bengkel ini bisa?" Tanya Mita.

"Oh apa ibu sudah membuat janji?"

"Belum, tapi saya ingin bertemu dengan beliau."

"Oh begitu, itu kebetulan beliau sedang ada di bagian mekanik. Langsung saja ke sana!" Tunjuk wanita itu mengarah pada seorang laki-laki dewasa.

"Terimakasih ya!"

"Sama-sama bu."

Kami bangkit dan menghampiri manajer di sana, ternyata bapak itu sangat humble dan ramah. Ia mengizinkan aku untuk bicara dengan Devan, bahkan saat Devan menghindar dari ku. Ia menyuruh Devan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

"Kenapa sih harus ke tempat kerja segala?"

"Ya karena kau itu menghindar, Devan!"

"Aku tidak percaya kalau itu anak aku, jadi stop lah cari aku. Cari bapak asli itu anak."

"Kau tega bilang kaya gitu dengan ni anak? Aku cuman mau kita nikah, udah itu aja. Kalau kau tidak mau menikah pesta, tidak perlu karena aku hanya mau ini anak mendapatkan setatus yang jelas!"

"Sudah lah Andin, ini sudah hampir tiga bulan dan kamu baru bilang pada ku?"

"Aku hanya melakukan nya dengan mu."

"Alah bulshit."

Ia pergi meninggalkan ku dan Mita di sana, tak terasa air mata ini menetes membasahi pipi ku.

Sakit. Ya satu kata itu yang tersemat dalam benak ku. Bagaimana tidak sakit jika ujungnya seperti ini, aku benar-benar kecewa dengan Devan.

Aku menangis mengejar motor yang di bawa oleh Devan, hingga perut ku terasa keram. Tiba-tiba sang manajer di sana menghampiri ku dan Mita yang tengah terduduk di tanah akibat perut ku keram.

"Ada apa ini sebenarnya?" Tanya nya. Lalu Mita menceritakan semuanya tanpa terkecuali.

"Begitu pak, bapak bisa bantu kami? Untuk bisa membuat Devan bertanggung jawab."

"Kita tunggu orang nya pulang dulu ke sini."

Tak lama kemudian Devan datang kembali, ia di panggil oleh sang manajer dan berbicara dengan nya. Setelah lima menit kemudian ia kembali menghampiri kami yang sedang duduk di depan.

"Jadi mau kau apa?"

"Kita nikah, hanya di KUA saja jika kau tidak mau berlebihan."

"Nanti malam jam tujuh ketemuan di caffe, tapi kau sendiri."

"Ya enggak bisa gitu dong, nanti kau apa-apa Andin" ucap Mita.

"Ya udah, kau ajak lah tadi siapa cowok yang salam sama kau tuh ajak lah dia. Kalau perlu kau pun ikut sekalian!" Jawab nya sewot.

"Oke awas bohong, aku bakalan samperin ke rumah ku aku bakalan bilang ke orang tua mu semuanya."

"Berani kau lakukan itu maka aku akan membunuhmu dan anak mu itu."

"Biar kan saja, paling nanti kau akan masuk penjara dengan sangat cepat."

"Sudah sana pulang, aku mau lanjut kerja lagi."

Kami pulang dengan rasa kecewa dengan sikap Devan, tak terasa aku menetes kan air mata kembali.

Aku sedih karena di saat anak ini muncul ia tidak ingin mengakui nya, padahal sejak dulu ia yang selalu menginginkan nya hadir. Bahkan ia dengan bangga nya bicara bahwa ia akan bertanggung jawab dan tidak mungkin membuang darah daging nya sendiri. Namun, nyata nya? Semua itu hanya bualan saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!