Chapter 5

KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹

Ke esokan harinya, di saat Hanna sudah bersiap pergi ke Academy, dia mencari orang tuanya.

“Rani, Daddy dan Mommy kemana ya?” Tanya Hanna, ketika melihat Rani sudah siap dengan seragamnya.

“Tuan dan Nyonya tadi pagi keluar Nona Hanna, katanya ingin menjemput Tuan Muda Bive dari asramanya.” Jawab Rani, di saat dia mengingat kalimat Majikannya tadi pagi saat berpamitan.

Hanna menghela nafasnya, lalu dia duduk di kursi meja makan, sedangkan Rani terlihat mulai menyiapkan makanan pagi untuknya.

“Apakah kamu sudah sarapan Ran?” Tanya Hanna pada pelayan khususnya itu.

“Sudah Nona Hanna, saya tadi sudah lebih dulu sarapan sebelum Anda bangun.” Jawab Rani dengan menundukan kepalanya hormat.

“Jangan terlalu formal denganku Rani,” seru Hanna, lalu mulai menyantap makanan yang sudah di sediakan oleh Rani.

Hanna tidak mau banyak berpikir, mungkin karena hari ini adalah hari pernikahaannya, jadi orang tuanya memilih untuk menjemput adiknya.

Bertepatan besok juga adalah libur Paska, maka pasti akan ada acara yang akan di buat di Mansion utama ini.

****

Ketika Hanna dan Inglis sudah berada di kelas, Hanna melihat Shawn yang sedang duduk di bangku miliknya.

“Apa yang kamu lakukkan di bangku kami?” Tanya Inglis dengan sedikit membentak. Membuat semua siswa kini menatap ke arah mereka.

“Kenapa? Aku adalah tunangan Hanna, jadi mulai hari ini aku akan duduk di sini bersama dengan kekasihku!” Jawab Shawn tak kalah ketus.

Inglis menyeritkan keningnya, sejal kapan Shawn menjadi kekasih Hanna? Mereka memang akan menikah, tetapi Hanna tidak pernah mengatakan jika mereka sudah berpacaran.

“Tapikan -“ di saat Inglis mulai mau mengeluarkan kalimatnya, Hanna langsung menggengam tangannya dan menggelengkan kepalanya sebagai kode untuk Inglis tidak perlu untuk memperpanjang masalah ini.

Inglis menghela nafasnya, dan mau tidak mau dia harus bertukar tempat duduk dengan Shawn yang berada di seberang bangku Hanna.

Tidak mau menjadi pusat perhatian, Hanna memilih untuk segera duduk di samping calon suaminya itu. “Kemarin di saat pertemuan keluarga, kita belum saling mengenal, apakah lebih baik sekarang kita menceritakan tentang diri kita masing - masing?” Tanya Shawn dengan suaranya yang pelan.

Hanna tidak menanggapi pertanyaan dari Shawn, dia masih diam dan bahkan pandangannya tetap fokus ke depan.

“Kita akan menikah sore ini Hanna, apakah kamu tidak mau membuka suara untukku?” Tanya Shawn lagi. Dia kemarin sudah di beritahukan jika Hanna tidak akan berbicara dengan orang yang menurutnya asing.

Tetapi Shawn malah menjadi heran, pasalnya statusnya adalah calon suami dari Hanna, dan kenapa dia masih tidak mau menanggapi pembicaraan mereka.

Shawn menghela nafasnya, meskipun dia merasa ingin memaki wanita di hadapannya ini. Tetapi dia masih berusaha untuk sabar.

“Hanna, kita ini -“

“Lebih baik jangan banyak mengajak Hanna bicara, apakah kamu tidak di beritahu jika Hanna tidak akan mau membuka suaranya di tempat umum?” Tanya Inglis tiba - tiba, yang entah sejak kapan dia berdiri di sebelah Hanna.

Shawn menatap Inglis dengan tajam, kenapa wanita ini harus ikut campur dalam masalahnya bersama dengan Hanna.

“Baiklah Hanna, aku tidak akan memaksa kamu akan berbicara sekarang denganku, tetapi aku harap setelah kita melakukkan pemberkataan kamu akan mau berbicara denganku.” Ucap Shawn, masih berusaha mengucapkannya dengan lembut.

Inglis menatap Shawn dengan tatapan yang penuh curiga. Entah kenapa dia merasa jika Shawn bukanlah pria baik. Tetapi, karena Hanna mengatakan jika dia sudah yakin untuk menikah, maka dia juga tidak akan mengatakan apapun.

Karena dia khawatir jika Nanti Hanna berpikirnya itu hanyalah sebuah akal - akalannya saja untuk membuat pernikahaan mereka batal.

Tidak lama kemudian, Dosen terlihat masuk ke dalam kelas mereka untuk memulai pelajaran.

Inglispun akhirnya kembali ke tempat duduknya, dan menghentikan perdebatan mereka.

“Sore nanti, sepulang dari Academy, kamu naik mobil aku ya, karena Mamah dan Papah sudah memberikan lokasi gerejanya.” Ucap Shawn lagi, yang masih berusaha untuk berbicara dengan Hanna walaupun tidak di tanggapi.

Shawn menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sungguh kesabaraanya yang setipis tissu, tidak bisa selalu harus di pancing dengan diamnya Hanna seperti ini, karena nantinya dia bisa meledak.

“Hanna, apakah tidak sebaiknya kamu meresponku? Kita akan menikah dan aku bahkan belum pernah mendengar suaramu.”

“Bisakah kamu diam sejenak Shawn, dan perhatikan materi di depan?” Tanya Hanna, sontak membuat Shawn membulatkan matanya besar.

Untuk pertama kalinya dia mendengar suara Hanna, dalam dua hari ini, dan ternyata suaranya semerdu itu.

Tetapi, Apa yang di lakukkan oleh Hanna adalah salah. Karena ketika Shawn sudah mengagumi sesuatu darinya, maka Shawn akan menjadi gila untuk selalu mendapatkannya.

“Tentu saja bisa.” Balas Shawn, dan berusaha untuk fokus ke depan.

Tetapi, suara Hanna barusan terus saja terngiang di kepalanya. Dia ingin mendengarnya lagi, lagi dan lagi.

“Hanna, apakah kamu sudah tahu? Jika setelah pemberkataan, kita sudah tinggal di rumah kita sendiri.”

Hanna menoleh ke arah Shawn, karena dia baru tahu tentang itu. “Kamu baru tahu ya?” Tanya Shawn lagi, dan dia mengeluarkan ponselnya untuk memperlihatkan gambar rumah yang sudah di belikan orang tuanya semalam.

“Tidak jauh dari Academy, jadi kita tidak perlu tinggal di asrama, kita akan tinggal di rumah kita, dan kamu bebas mengeluarkan suaramu itu.” Tambahnya lagi, dan menggeser ponselnya untuk Hanna bisa melihat gambar itu.

‘Kenapa? Semuanya secepat ini? Pria yang ada di depanku ini, bahkan baru kemarin aku temui, lalu kenapa sekarang kita sudah ingin menikah dan tinggal bersama? Apakah aku akan siap menjadi seorang istri? Tapi bukankah ini bisa di anggap seperti tunangan?’

Batin Hanna bergejolak di dalam, dia tidak tahu bagaimana harus bersikap dan mengutarakan keinginanya.

“Aku ingin bicara denganmu, berdua saja.” Hanna kembali membuka suaranya.

Dia memang ingin berbicara dengan Shawn, mengenal sosok calon suaminya ini lebih lagi.

“Tentu saja, kita bisa bicara di perpustakaan, kita akan mencari tempat sepi jika kamu tidak mau di dengar dengan orang lain.” Sahut Shawan, yang di respon dengan anggukan kepala oleh Hanna.

Karena waktu istirahat akan Hanna gunakan untuk berbicara berdua dengan Shawn, Hanna terlihat mengeluarkan ponselnya untuk menulis pesan pada Inglis.

Agar temannya itu tidak menunggunya nanti, atau tidak mencarinya. Karena dia benar - benar ingin berbicara berdua saja dengan Shawn.

Inglis yang menerima pesan dari Hanna itu, melihat sejak ke arahnya di seberang, lalu dia menutup ponselnya, dan akan mengikuti dan jika bisa menguping apa yang mereka bicarakan nanti.

Dia melakukkan itu bukan karena dia kepo, tapi Karena keselamatan Hanna adalah tanggung jawabnya, jadi dia juga harus tahu pria seperti apa yang Hanna nikahi.

To Be Continue. *

**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ******🙏🏻🙏🏻**** dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.

Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰*** jangan Sinder.***

Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya😎

*Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal ****😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya********😘😘*** ****

*****Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ******😭😭😭*

Terima kasih🙏🏻🙏🏻

Terpopuler

Comments

Aze_reen"

Aze_reen"

lanjut kk😁

2023-03-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!