KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹
“Hanna, maafkan Daddy karena kamu harus menikah dengan pria yang tidak memiliki gelar Raja.” Ucap Aldo, dengan lembut pada putrinya di saat dia sudah masuk ke dalam kamar Hanna.
“Tidak apa - apa Dad, lagian Gelar Raja juga tidak menjamin sebuah kebahagiaan bukan.” Balas Hanna, yang sepertinya mengingat tragedi yang terjadi pada Kakeknya L’Arc dulu.
Brina tersenyum lembut, lalu memeluk putrinya. “Kalau kamu ingin menolak pernikahaanya besok, katakan saja sayang, keinginanmu akan menjadi point nomor satu yang akan Mommy dan Daddy lakukkan.” Tandas Brina, merasa sedih jika putrinya harus menikah di usianya yang baru 18 tahun.
“It’s okay Mom, menikah bukan berarti akan mempunyai anakkan, jadi ya biarkan kami menikah lalu selesaikan kuliah bersama - sama.” Balas Hanna, tidak ingin jika orang tuanya sampai malu karena mengingkari perjanjian mereka.
Aldo merasa ikut sedih, dia tidak menyangka jika Hanna akan tumbuh menjadi gadis yang sangat penurut, bahkan dia tidak pernah mengungkapkan keinginanya yang aneh - aneh, dia tidak pernah mau mempamerkan kekayaannya seperti apa yang di lakukkan oleh Mommynya dulu dan bahkan sampi sekarang.
“Baiklah sayang, jika kamu benar - benar ingin seperti ini.” Ucap Brina, yang masih tidak tega putrinya yang masib berusia 18 tahun sudah menikah.
“Tenanglah Mom, Hanna hanya menikah, bukan pergi, lagian Inglis dan Rani akan tinggal bersama dengan Hanna, jadi jangan khawatir.” Tungkasnya, membuat Aldo dan Brina membuka matanya besar.
“Sayang, setelah menikah kamu hanya akan tinggal berdua dengan Shawn, kamu tidak membawa Inglis dan Rani lagi Nak.” Tegur Aldo, memberikan arahan buat putrinya agar tidak membawa orang lain dalam rumahnya.
Dan barulah di situ Hanna terlihat menghela nafasnya. “Kenapa tidak bisa Mom? Dad? Padahalkan mereka juga pelayan Hanna, dan Hanna harusnya bisa dong bawa mereka untuk jaga Hanna?” Tanyanya dengan bingung.
Brina melihat ke arah Aldo, agar suaminya itu menjawab apa yang di tanyakan oleh putrinya. “Daddy hanya tidak ingin hal buruk terjadi dalam rumah tangga kalian.” Jawab Aldo, yang membuat Hanna semakin bingung.
“Ahhh, sudah pokoknya sekarang kamu istrihat, karena besok sore kita akan ke Geraja untuk menggelar pernikahaan kalian.” Brina mendorong pelan tubuh putrinya agar segera pergi tidur untuk beristirahat.
Karena setelah pulang dari academy besok, mereka akan langsung segera ke Gereja untuk pemberkatan mereka.
Hanna hanya diam saja dan menurut apa yang di suruh oleh Mommynya. Dia juga melihat jika Mommynya sedang buru - buru keluar membawa Daddynya.
****
Ketika Mommy dan Daddnya keluar dari kamarnya, Hanna terlihat membaringkan tubuhnya dan buru - buru mencari ponselnya.
Dia langsung menghubungi Inglis untuk menanyakan tentang pernikahanya besok.
“Jadi beneran?” Tanya Inglis langsung to the point, setelah dia melihat pesan yang di kirimkan oleh Hanna kepadanya.
Hanna menganggukan kepalanya pelan, karena itu adalah panggilan Vidio jadi Inglis pasti bisa melihat apa yang di lakukkan oleh Hanna.
“Ha?? Kok bisa, padahalkan kamu masih 18 tahun, aku juga, kok tiba - tiba nikah sih?” Tanya Inglis, seperti tidak terima jika temannya itu menikah dengan cepat.
“Entahlah, Mommy dan Daddy aku bilang mereka mau ada yang bisa jaga aku, lagian Orang tua aku mau ada perjalanan Bisnis beberapa bulan ke depan, dan tidak terlalu bisa memperhatikan aku, So, aku -“ kalimatnya terhenti, ketika Inglis terlihat tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pelan.
“Kenapa kamu tersenyum? Apa yang lucu?” Tanya Hanna dengan kesal.
“Aku tidak bisa membayangkan kamu menikah dengan seorang pria yanh juga ternyata satu kelas dengan kita.”
“Bagaimana jika kamu hamil setelah menikah?” Tanya Inglis lagi.
“Aku sudah bilang sama Mommy jika aku akan menggunakan kontresepsi agar tidak hamil.” Jawab Hanna lagi. Namun Inglis kembali tersenyum.
“Pernikahaan itu sepertinya tidak akan mudah Hanna, buktinya aku melihat Papah dan Mamah aku yang sering bertengkar, apakah kamu yakin dengan hal sesakral itu?” Tanya Inglis, meyakikan keputusan temannya itu.
Hanna terlihat diam untuk sejenak.
“Kamu belum yakinkan?! Kita bahkan baru hari pertama di academy dan kamu sudah mau menikah dengan teman sekelas kita?!”
“Bahkan sifatnya saja kita tidak tahu mereka bagaimana.” Tambahnya lagi. Bukan dia ingin menghasut Hanna untuk tidak jadi menikah.
Namun keputusaan yang di ambil temannya ini adalah sebuah keputusan seumur hidup. Kalau di usia muda dia tidak mempunyai pikiran panjang makanya dia mau saja menerima pernikahaan di bawah usia yanh ideal, maka Inglis sebagai teman yang baik harus mengingatkannya.
“Sebenarnya ini bukanlah sebuah pernikahaan sungguhan kok, tadinya kita mau Tunangan saja, tapi Mommy tidak mau karena itu dosa kalau masih tunangan tapi sudah tinggal satu rumah, makanya Daddy mengusulkan untuk pernikahaan, lagian pacaran setelah menikah tidak apa - apakan.” Balas Hanna lagi, merasa jika nikah muda itu tidak salah.
Inglis menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Besok kita akan bertemu dengannya di Academy, so kita bisa tanya dengan dia sebenanrya apa yang dia rasakan sama kamu, apakah dia benar - benar ingin bersama dengan kamu atau tidak, kita akan tahu besok.”
“Kalau dia terpaksa, maka masih ada waktu untuk membatalkannya. Dan tugas kamu! Lebih baik kamu tanya lagi keputusan orang tuamu yang benar - benar akan menjodohkan kamu dengan anak kerabatny itu.”
“Tanyakan apakah Orang Tua kamu benar - benar mengenal keluraga mereka atau tidak, pokoknya pada intinya kamu harus mencari tahu semua tentang dia! Ingat itu!” Perintah Inglis pada Hanna.
Sedangkan Hanna yang mendengar kalimat Inglis itu hanya berusaha menganggukan kepalanya pelan. “Jadi dia adalah Dieke.” Lirih Inglis lagi.
“Shawn Dieke.” Sahut Hanna, memberitahukan nama calon suaminya pada Inglis.
Karena dia tahu, jika temannya itu pasti sedang mencari tahu tentang siapa sosok calon suaminya.
“Baiklah, kalau begitu lebih baik kamu sekarang istirahat, besok aku akan menjemputmu dan kita akan pergi ke Academy bersama - sama.” Inglis tersenyum, lalu mematikan panggilan vidio mereka.
Sedangkan Hanna, kembali termenung untuk mematikan apakah keinginannya untuk menerima pernikahaan ini salah?
Lagian, kalau di pikir kenapa dia harus buru - buru menikah?
Tetapi semenjak dia memiliki Panic Attacks, Hanna merasa tidak benar - benar menikmati kehidupannya.
Dia selalu merasa ketakutan tiap kali ada yang membuat penyakitnya itu kambuh.
Hidup dalam bayangan trauma memang sangat tidak enak, itu makanya Hanna selalu berusaha mencari kebahagian sendiri, ya mungkin dengan pernikahaan ini.
Karena dia melihat Mommya terihat sangat bahagia ketika sedang bersama Daddynya, jadi Hanna berpikir bahwa hidup dengan pasangan itu adalah sebuah hal yang sangat membahagiakan.
To Be Continue. *
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ******🙏🏻🙏🏻**** dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰*** jangan Sinder.***
Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya😎
*Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal ****😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya********😘😘*** ****
*****Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ******😭😭😭*
Terima kasih🙏🏻🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments