Chapter 2

KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹

Setelah jam waktu pelajaran berganti, Hanna dan Inglis memilih untuk keluar, karena Hanna ingin mendatangi perpustakaan.

Tetapi, ketika dia baru saja ingin beranjak dari duduknya, tiba - tiba saja seorang wanita datang menghampirinya, dan bahkan langsung duduk di sebelahnya.

“Hay, perkenalkan aku adalah Melani.” Ucap wanita itu, yang namun masih saja di abaikan oleh Hanna.

Inglis melihat tatapan dari Hanna dan akhrinya dia mengerti apa yang di inginkan dari anak majikannya itu. “Melani saya adalah Inglis,” sahutnya memperkenalkan dirinya, walaupun dia tahu jika Melani sedang berbicara dengan Hanna.

Melani tersenyum tipis pada Inglis untuk menanggapinya sejenak, Namun pandangannya tetap fokus pada Hanna yang tidak kunjung menjawabnya.

Bahkan Hanna memilih untuk buru - buru berdiri dan mengabaikan perkenalan dengan Melani.

“Sepertinya Hanna sedang tidak ingin di ganggu olehmu, jadi lain kali saja ya berkenalannya.” Inglis bersuara mewakilkan Hanna, dan lalu bergegas untuk menyusul Hanna keluar dari kelas.

Gerak gerik Hanna sejak tadi mendapatkan perhatian dari seorang pria yang sejak tadi terus menatapnya.

“Hanna, Apakah kamu melihat tatapan pria yang duduk di seberang meja kita?” Tanya Inglis, ketika mereka sudah sampai di perpusatkaan.

Hanna menoleh lalu merespon dengan anggukan kepalanya. “Apakah kamu tidak merasa jika tatapannya aneh?” Tanya Inglis lagi.

“Kenapa aku harus memikirkan hal itu? Bukankah tatapan seperti itu sudah sering kita dapatkan di sekolah - sekolah sebelumnya.” Jawab Hanna dengan simple.

Dia memaklumin, jika banyak pasang mata yang menatap risih ke arahnya. Karena itu memang sebuah kewajaran karena ketika manusia lain melihat seorang wanita yang bisu tidak mau berbicara seperti dirinya, itu adalah hal yang lumrah.

“Nona Hanna, Nona Inglis.” Tegur Rani, ketika sudah menemukan mereka.

Tadi Rani mendatangi kelas mereka, dan teman di sana mengatakan jika mereka melihat ke duanya ada perpustakaan.

“Ada apa Rani?” Tanya Inglis, dengan wajahnya yang penasaraan.

Rani menundukan kepalanya pelan, “Anu, Tadi Tuan Chirst datang dan memberitahukan jika Nona Hanna di tunggu di Mansion utama sepulang dari Belajar.” Jawab Rani, memberikan pesan yang di berikan tadi kepadanya.

Hanna menoleh ke arah Inglis, yang hanya bisa merespon dengan kedikan bahunya singkat. Dia juga tidak tahu kenapa Hanna harus di panggil ke Mansion utama. Padahal selama ini Hanna tinggal di Bungalo bersama dengan Inglis, Rani dan pengawal lainnya.

Hanna merasa hatinya tidak nyaman, entah kenapa dia berpikir jika akan terjadi hal besar setelah ini.

***

Waktu pulanganpun telah tiba, Hanna dengan di antar oleh Inglis dan Rani, akhirnya pergi ke Mansion utama untuk menemui orang tuanya.

“Hanna, karena kamu akan bertemu dengan orang tuamu, maka aku akan pulang terlebih dahulu ya.” Pinta Inglis, karena selama dia menjadi pengawal Hanna, dia sudah jarang pulang dan terus fokus pada Hanna.

Inglis sendiri juga berasal dari keluarga Bangsawan, meskipun dia tidak sekaya keluarga Hanna, tetapi keluarganya masih mempunyai nama yang pantas untuk di sejajarkan. Dan semenjak sekolah di Tk dulu, mereka sudah saling mengenal dan berjanji akan terus bersama - sama hingga dewasa.

Bahkan Inglis sendiri berjanji dan bersumpah akan terus menjadi pengawal Hanna sampai Hanna sudah menemukan calon pendamping hidupnya yang bisa menjaganya.

“Kenapa harus pulang? Bukankah aku hanya akan bertemu saja, nanti juga balik lagi.” Balas Hanna, seperti tidak rela berpisah dengan Inglis.

“Kenapa langsung pulang? Kamu sudah lama tidak berkumpul bersama dengan Daddy dan Mommy kamu, jadi ya perbanyaklah waktu kalian. Aku juga akan kembali dua hari lagi.” Ujar Inglis lagi. Yang membuat Hanna tidak bisa mengambil pilihan yang lain.

Walaupun sebenarnya dia tidak senang jika Inglis pergi, namun dia juga tidak boleh egois, karena Inglis juga mempunyai keluarga yang menunggunya.

***

Sesampainya di Mansion utama, Hanna melihat jika Mansion itu sangat ramai, sepertinya orang tuanya sedang ada tamu.

“Apakah kamu yakin tidak mau masuk dulu?” Tanya Hanna memastikan Inglis akan masuk menemaninya atau tidak.

“Sepertinya aku akan langsung, salamkan saja dengan Paman dan juga Bibi ya.” Pamitnya, karena dia harus buru - buru pergi. Dia tidak mau sampai terlambat pulang, karena waktu yang sudah menunjukan waktu petang menjelang malam.

Hanna menghela nafasnya, dia tidak bisa mengatakan hal apapun, selain melambaikan tangannya untuk menyertai kepergian Inglis.

“Nona, ayo kita masuk.” Ajak Rani, ketika mobil Inglis sudah keluar dari pekarangan.

“Baiklah Rani, bisakah kamu membawakan barang - barangku?” Balasnya, lalu memberikan tas dan semua barang - barangnya pada Rani.

“Tentu saja Nona.” Sahut Rani, dan lalu dia mengambil alih semua barang - barang Hanna dan melangkah mengikuti Hanna yang sudah mulai masuk ke dalam.

“Daddy dan Mommy di mana?” Tanya Hanna, ketika dia masuk ke dalam dan bertemu dengan salah satu pelayan di sana.

“Oh, Tuan Aberline dan juga Nyonya Brina ada di taman belakang Nona, bersama dengan Tamunya.” Jawab pelayan itu, dan lalu Hanna kembali melanjutkan langkahnya untuk menemui orang tuanya.

“Daddy, Mommy.” Panggilnya, dan membuat semua orang yang ada di belakang itu menoleh ke arahnya.

Namun, ada sosok yang membuat Hanna sedikit terkejut. ‘Kenapa dia bisa ada di sini?’ Tanya dalam hati, ketika dia melihat sosok pria yang sejak tadi menatapnya di sekolah, kini sekarang sedang berada di rumahnya.

Brina bangkit dari duduknya ketika dia melihat putrinya yang baru saja pulang. “Sayang, Anak Mommy kamu sudah pulang sayang.” Sahut Brina, lalu memeluk tubuh putrinya dengan erat, seperti mencurahkan segala rasa rindunya.

Namun, Hanna tidak merespon kalimat Mommynya, baginya melihat orang asing berada di rumahnya, berarti di tidak boleh membuka suaranya.

Aberline mendapatkan tatapan putrinya sinis pada tamu mereka. Sepertinya dia tahu jika putri ya tidak nyaman dengan kehadiran orang luar seperti tamunya saat ini.

Aberline yang merupakan Aldo langsung membelokir pandangan putrinya agar tidak terus menatap ke arah mereka. “Sayang, mereka adalah tamu Papah dari Milan, Papah harap kamu bisa duduk dengan nyaman di sini ya.” Aberline tahu, jikaa saat ini yang harus dia tekan adalah perasaan putrinya.

Dia tahu jika putrinya merasakan takut dan merasa seperti keandaan sedang mengcengkramnya.

To Be Continue. *

**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ******🙏🏻🙏🏻**** dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.

Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰*** jangan Sinder.***

Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya😎

*Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal ****😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya********😘😘*** ****

*****Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ******😭😭😭*

Terima kasih🙏🏻🙏🏻

Terpopuler

Comments

Lyana Gunawan

Lyana Gunawan

masih blum faham ni sama alur nya

2023-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!