Setelah tiga pekan berada di Natuna, sekarang Ardhita bersiap untuk mulai menyambut bulan Ramadhan yang penuh berkah dan rahmat dari Allah. Gadis itu selalu memanjatkan doa di dalam hatinya, semoga orang tuanya yang berada di Malang dalam keadaan sehat. Suatu hari nanti, ketika dia akan dipertemukan lagi, bisa bersua dalam keadaan yang sehat dan selamat.
"Tidak terasa, hari ini sudah akhir bulan Syaban, Ya Allah ... hamba tidak menyangka sudah melewati hampir satu bulan di Natuna."
Ya, sekarang adalah akhir bulan Syaban. Bulan Syaban sendiri memiliki beberapa keistimewaan. Beberapa keistimewaan bulan Syaban adalah momentum yang tepat untuk memanjatkan doa. Malam ini disebut juga dengan Lailat al-Du'a yang artinya malam berdoa. Selain itu di bulan ini Allah menurunkan ayat yang berisikan perintah untuk bershalawat. Demikian juga dengan Ardhita yang sekarang berdoa sendiri, memanjatkan doa secara pribadi kepada Allah.
Di tempat tinggalnya yang tidak jauh dari Rumah Sakit Darurat di Natuna, sekarang di waktu malam, Ardhita bersujud dan bermunajat hanya kepada Allah semata. Gadis itu bersimpuh di atas sajadah dan mengenakan mukena. Tangannya menengadah, dan air matanya berlinangan.
"Ya Allah, kepada-Mu sajalah hamba bersujud. Di malam Nishfu Sya'ban ini catatan amal manusiasetiap tahun akan digantikan dengan yang baru. Kiranya, pekerjaanku di sini akan Allah perhitungkan sebagai amal. Selain itu, memasuki bulan Ramadhan nanti walau dalam keterbatasan dan jauh dari rumah, kiranya hamba bisa menunaikan ibadah puasa. Menyelesaikannya sampai Fitri nanti, Ya Allah ...."
"Allahumma ahillaahu 'alaina bilamni wal iimaani, wasalaamati wal islaami wattaufiiqi limaa nuhibbu wa tardhii robbana wa robbukallahu."
Doa yang Arshita lantunkan sekarang memiliki arti, kiranya Allah akan menjadikan hilal itu bagi kami dengan membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan Islam, dan membawa taufik yang akan membawanya menuju apa yang Allah cintai ridhai dan cintai. Berserah penuh kepada Allah dan kuasanya.
Jujur, perasaan Ardhita sekarang campur aduk. Pengalaman pertamanya akan menjalani puasa jauh dari rumah. Benar-benar tidak ada Bapak dan Ibunya. Namun, Ardhita berkeyakinan akan tetap menunaikan ibadah puasa. Jauh dari rumah tidak menjadi kendala untuk berpuasa.
Usai menyelesaikan doanya, Ardhita mengucapkan amin. Setelahnya, dia mulai melihat sajadahnya, dan melepaskan mukenanya. Setelah itu, dia menelpon kepada orang tuanya yang ada di rumah. Menelpon atau terkadang melakukan video call adalah cara untuk menjaga komunikasi dengan orang-orang terkasihnya sekarang.
"Halo, Assalamualaikum, Bapak dan Ibu," sapa Dhita kepada orang tuanya yang tinggal di Malang dengan melakukan panggilan telepon.
"Halo ... waalaikumsalam, Ta ... bagaimana kabarmu?" tanya Bu Tini.
Di sana Bu Tini pun sangat rindu kepada Ardhita. Ini adalah perpisahan terlama untuk Bu Tini dan Pak Harjo. Namun, bagaimana lagi, putrinya itu sedang menunaikan tugas kemanusiaan yang mulia.
"Alhamdulillah, Dhita baik, Bu ... cuma kadang kehilangan sinyal saja. Maklum di pulau, Bu ... kadang tidak ada sinyal," balas Dhita.
"Kerja di Rumah Sakit berbahaya tidak, Ta? Kamu harus jaga kesehatan yah ... jangan sampai tertular. Bahaya, Ta," ucap Bu Tini lagi.
Ardhita pun menganggukkan kepalanya, seolah-olah dia tengah berbicara langsung dengan orang tuanya sekarang. Dia kemudian memberikan jawaban kepada Ibunya. "Iya, sekarang harus memakai APD (alat pelindung diri) setiap kali bertugas, Bu. Baju dan pakaian dari Rumah Sakit juga langsung, Dhita cuci. Ya, semoga Allah akan berbaik hati untuk menolong dan melindungi Dhita ya, Bu."
"Dijaga baik-baik, Nduk ... kamu menjadi garda terdepan di masa pandemi ini. Semoga, Allah jagai dan lindungi kamu yah. Ini akhir bulan Syaban, Nduk. Lusa kita sudah akan menjalankan ibadah puasa. Bapak minta maaf jika selama ini ada salah yah. Anakku menjalankan puasa begitu jauh, kita terpisah segara (lautan) yang luas ya, Ta," ucap Pak Harjo.
Mendengarkan apa yang baru saja diucapkan oleh Bapaknya, membuat Ardhita nyaris menangis. Dia sendiri juga rindu dengan Bapak dan Ibunya. Namun, tidak bisa berbuat banyak.
"Dhita mohon maaf kepada Bapak dan Ibu. Kiranya, di bulan Ramadhan nanti, walau terpisah jauh kita bisa menunaikan puasa bersama. Meraih rizki dan hidayah dari Allah Swt ya, Bapak dan Ibu," balas Ardhita.
"Kamu masih berhubungan dengan Dhito? Jangan lupa untuk menjaga diri juga, Ta ... sekarang semua orang harus menjaga diri. Di perumahan kita sekarang begitu sepi. Di depan masuk perumahan sudah dijaga. Harus lebih hati-hati," ucap Bu Tini.
Ditanyai tentang Dhito, Ardhita pun menganggukkan kepalanya perlahan. "Habis ini, Dhita akan menelpon Mas Dhito. Sekalian meminta maaf di akhir Syaban ini," balasnya.
"Baiklah, Ta ... saling mendoakan yah. Kita tidak bisa berbuat banyak. Namun, doa adalah sauh, doa adalah cara kita memeluk dan menyayangi dari jauh. Sehat ya, Ndug. Jangan lupakan shalat," pesan dari Bu Tini.
Begitu panggilan telepon sudah diakhiri, Ardhita hendak menelpon kekasihnya yaitu Dhito. Mengucapkan minta maaf dan juga berharap semua akan dilindungi Allah. Kiranya akhir Syaban ini akan membawa kebaikan. Bahkan bumi pun akan Allah pulihkan dengan perlahan-lahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Amelia Putri Sholehah
pengen ngerti Dita Dito bercakap2
2023-03-31
0
Nany Setyarsi
bersyukur masih bisa hidup di masa sekarang.
harus lbh hati" menjaga kesehatan diri
2023-03-25
0
Dinarkasih1205
Bersyukur banget kita sudah terhindar dari wabah covid sekarang kita bisa meramaikan masjid kembali miris kalau ingat masa itu kita beribadah pun di batasi lahaulla walakuata illah billah il adhim 🤲
2023-03-24
1