Pulang ke Kota Apel

Selang dua hari berlalu, Dhito benar-benar memilih untuk pulang ke Malang. Sebab, di Makassar dia sudah menjadi pengangguran. Jika menetap di Makassar dan tidak memiliki pekerjaan dan kondisi yang dalam masa pandemi seperti ini bisa saja, dia bisa terjebak di sana. Oleh karena itu, Dhito benar-benar memilih untuk pulang ke Malang. Kerja serabutan pun tidak menjadi masalah. Nanti, ketika bumi sudah membaik, dia berpikir untuk kembali melamar bekerja di hotel sebagai marketing lagi. Sekarang, biarlah pulang dan dekat dengan keluarganya terlebih dahulu.

Satu hari sebelum terbang, Dhito pun mengikuti rapid test yang saat itu masih diambil darahnya dari telunjuk tangan. Ditest dengan alat dan kemudian bisa diketahui positif atau negatif. Walau sejujurnya, metode rapid seperti ini dinilai tidak penting dan juga tidak bisa membuktikan seseorang terpapar covid atau tidak.

Kini, di bandara internasional Hasanuddin, Makassar, Dhito menunggu di ruang tunggu. Bisa terlihat aktivitas di bandara pun cukup sepi tidak seperti biasanya. Semua penumpang pun juga mengenakan masker untuk menutupi hidung dan mulut. Bahkan satu demi satu penumpang pun berjaga jarak, benar-benar menjaga tidak membuat kerumun di bandara. Pemuda itu tampak menghela napas panjang, teringat tiga tahun lalu kala itu lulus kuliah dan diterima bekerja di hotel berbintang di kota Makassar. Namun, sekarang dia harus pulang, sebagai seorang yang kehilangan pekerjaan.

Tentu ada rasa sedih di hati. Namun, bagaimana lagi jika sekarang Dhito tidak segera pulang, bisa saja terjadi hal-hal yang lebih buruk. Selain itu, Bapak dan Ibunya juga memintanya untuk pulang saja ke Malang.

Hampir satu jam menunggu di ruang tunggu, sekarang Dhito menuju untuk masuk ke dalam pesawat. Di dalam pesawat pun, para penumpang diatur dengan sedemikian rupa supaya berjaga jarak. Sehingga tempat duduk kelas ekonomi yang ditempati tiga orang sekarang hanya ditepati satu atau dua orang saja.

"Terima kasih kota Makassar sudah mengajari Dhito untuk belajar dan berjuang. Tiga tahun yang sangat istimewa di kota ini. Belajar hidup mandiri tanpa orang tua. Belajar untuk bekerja dan mencari Rupiah. Sekarang, Dhito akan pamit, pulang ke tempat asal. Selalu ada hati Dhito yang tertinggal di kota ini."

Pria itu berkata dalam hatinya sendiri dan kemudian pesawat yang dia tumpangi mengambil posisi take off. Berjalan di darat dan berusaha terbang dengan kecepatan tinggi. Burung besi itu perlahan-lahan mengudara, terbang tinggi. Siap membawa seluruh penumpang untuk mendarat di Kota Pahlawan, Surabaya.

Saat itu belum diterapkan karantina bagi mereka yang datang dari luar kota. Sehingga, Dhito pun nanti akan melanjutkan perjalanan dari Surabaya menuju ke Malang dengan menaiki travel dari bandara. Langsung pulang ke rumahnya.

***

Beberapa jam setelahnya ....

Setelah menempuh perjalanan udara dari Makassar menuju Surabaya, kemudian Dhito melanjutkan perjalanan darat dari Surabaya menuju ke kota Malang. Dia disambut dengan udara yang sejuk di kota Malang. Bahkan sekarang, Dhito sudah turun di depan rumahnya.

Pemuda itu menitikkan air mata melihat suasana di tempat tinggalnya yang sangat sepi. Biasanya ada anak-anak yang berlarian dan bermain di luar rumah. Sekarang, suasana di lingkungan perumahan itu sangat sepi. Beberapa penjual makanan pun tutup. Sangat sepi, seolah tidak ada kehidupan di perumahan yang dulu ramai.

"Assalamualaikum Bapak dan Ibu," salam dari Dhito sembari membuka gerbang pintu rumahnya.

"Waalaikumsalam," balas Bapaknya yang membukakan pintu.

Tidak langsung bersalaman dan memeluk Bapaknya. Dhito hanya bisa menganggukkan kepalanya dan juga memberi salam dengan menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. Sebab, Dhito tahu dia usai perjalanan jauh. Tidak melakukan kontak fisik dengan Bapak dan Ibunya terlebih dahulu.

"Langsung masuk lewat pintu samping ya, To ... mandi dulu," ucap Pak Hardi kepada anaknya itu.

"Nggih, Pak ...."

Pak Hardi kemudian membukakan pintu samping dan kemudian Dhito langsung masuk ke dalam kamar dan juga mandi terlebih dahulu. Dari kamarnya, Dhito mencium aroma masakan yang sangat lezat. Pastilah Ibunya yang membuatkan Ayam Terik kesukaannya.

Setengah jam kemudian barulah, Dhito keluar dari kamar dan kemudian menyapa orang tua dan adiknya yang sebenarnya kuliah di Surabaya, tapi karena kuliah jarak jauh, makanya adiknya memilih pulang ke rumah.

"Assalamualaikum Bapak, Ibu, dan Diva," sapa Dhito lagi.

"Waalaikumsalam ... akhirnya sampai di rumah yah," balas Ibunya Lastri.

"Iya, Bu ... soalnya di Makassar, Dhito juga di-PHK. Jadi, lebih baik pulang ke Malang dulu. Sembari nanti mencari kerjaan di Malang," jawabnya.

"Aku juga kuliahnya online, Mas. Memakai zoom, jadi pulang ke Malang saja. Di Surabaya, keadaan lebih gawat," aku Diva. Adiknya Dhito yang seorang gadis dan sekarang duduk di Fakultas Keguruan Bahasa Inggris di Semester empat. Dia memilih untuk pulang ke Malang, karena paparan corona di Surabaya sangat tinggi.

"Ya sudah, anak-anak di rumah dulu. Bapak dan Ibu juga kepikiran jika kondisi baru kayak gini. Lebih baik ngumpul di rumah dulu," ucap Bu Lastri.

"Secepatnya, Dhito akan mencari pekerjaan, Bu," ucap Dhito.

Sebagai anak laki-laki sulung dan sekarang tidak bekerja itu membuat Dhito juga merasa tidak enak. Namun, kondisinya sedang seperti ini. Dhito berjanji akan segera mencari pekerjaan.

"Tidak usah buru-buru. Kita bisa berkumpul dan juga saling menjaga saja sudah bagus. Tetap sehat," ucap Bu Lastri.

"Kabarnya Dhita gimana, To? Bapak dengar kok dulu Dhita kemari dan berpamitan untuk ke Natuna," ucap Pak Hardi sekarang.

"Benar, Pak ... Dhita ditugaskan di Natuna. Semoga tidak lama ya, Pak," balas Dhito.

Walau sudah tiba di Malang, ada satu hal yang membuat Dhito sedih. Semua itu karena kekasihnya yang sekarang berada jauh di Natuna. Membuat Dhito merasa kota Malang tidak lagi sama untuknya. Sehingga, ingin bertemu Dhita pun tidak bisa, karena kekasihnya itu sekarang berada di Natuna.

Terpopuler

Comments

Amelia Putri Sholehah

Amelia Putri Sholehah

ohh cerita nya pak Hardi dan anak2 nya to....

2023-03-31

0

Enisensi Klara

Enisensi Klara

Ku takut di timpuk juragan apel ini 🤣🤣🤣🤣🤣

2023-03-27

0

Enisensi Klara

Enisensi Klara

nama mereka bagus Dhito Dhita wed sejodoh ini 🤣🤣

2023-03-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!