Sandal Botol Bekas

Setelah sekian lama berjalan, Naeva yang merasa lelah memutuskan untuk duduk di sebuah halte. Di amatinya orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya. Mereka semua tampak memperhatikan dirinya. Bahkan hingga ada yang sampai menoleh kebelakang untuk melihat Naeva.

"Apa sih?" gumam Naeva yang kebingungan sekaligus merasa risih karena merasa hampir semua orang yang lewat menatap dirinya dengan tatapan aneh.

Ditengah-tengah kebingungannya tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan halte bus tersebut. Naeva yang tahu betul itu mobil siapa langsung naik ke dalam mobil tersebut. Dan benar saja dugaannya, itu adalah Laskar.

"Buang botol-botol itu!" perintah Laskar sambil melirik kaki Naeva.

"Kenapa? Nyaman kok." jawab Naeva dengan polosnya.

Laskar menghela napasnya dengan kesal. "Buang!" perintahnya lagi dengan nada yang sedikit di tinggikan.

"Nggak mau, kalau aku buang nanti harus beli." ucap Naeva.

Laskar menghentikan mobilnya dan menatap Naeva dengan kesal. "Buang! Atau kau yang kubuang ke sungai Amazon!" perintah Laskar.

Sebenarnya ingin sekali rasanya dia tidak peduli ketika melihat Naeva berjalan dengan menggunakan botol bekas sebagai alas kaki. Tapi melihat orang-orang menatap Naeva dengan tatapan melas membuatnya kesal. Eits, bukan karena cinta. Di otaknya, bagaimana jika mereka tahu gadis itu tinggal di penthouse apartemen termewah di kota itu? Apalagi seatap dengan dirinya. Memalukan! Itu yang dipikirkan Laskar.

Naeva mengerucutkan bibirnya, lalu dengan terpaksa dia melepas alas kaki buatannya tersebut dan membuangnya di tempat sampah yang sudah disediakan di dalam mobil.

"Puas kau?!"

Laskar tidak menjawab, dia kembali menjalankan mobilnya. Tapi sesekali dia melirik kaki Naeva yang lecet-lecet. Diperhatikannya lagi pakaian gadis di sampingnya tersebut. Dia baru menyadari bahwa Naeva menggunakan baju itu sejak semalam.

"Kau tidak ganti baju?" tanya Laskar.

"Beliin baju dulu, biar aku punya baju ganti!" jawab Naeva dengan ketus.

*

Tadinya Naeva tidak terlalu serius minta dibelikan pakaian. Tapi, siapa sangka Laskar benar-benar mengajaknya ke mall. Dia cukup terkejut Laskar berani mengajaknya ke tempat seramai itu. Ya, walaupun Laskar sudah memakai masker, topi bahkan kacamata hitam tetap saja biasanya selebriti akan menghindari hal semacam ini agar tidak terjadi skandal.

Dari tempat parkir, Laskar menarik tangan Naeva agar berjalan dengan cepat ke toko sepatu. Sesampainya di toko sepatu barulah Laskar melepaskan genggaman tangannya.

"Pilih sendiri sepatumu!" perintah Laskar.

"Kau yang mengajakku kesini, jangan menyalahkanku jika kau bangkrut malam ini." ucap Naeva.

Laskar bersikap masa bodoh dengan apa yang dikatakan Naeva. Terserah gadis itu mau belanja sebanyak apapun, uangnya juga tidak akan habis. Daripada dia yang malu jika suatu saat muncul skandal tentang dia dan gadis yang berjalan di pinggir jalan mengenakan alas kaki dari botol bekas air mineral.

Sesuai dengan yang dia katakan, Naeva benar-benar mengambil barang sesukanya. Tentunya barang-barang yang cukup mahal. Tapi Laskar sama sekali tidak mempermasalahkannya. Laki-laki itu malah asik memilih barang untuk dirinya sendiri.

Setelah dari mall, mereka kembali ke apartemen. Laskar dan Naeva naik lift secara terpisah untuk menghindari kemungkinan jika ada wartawan yang mengikuti mereka.

"Besok lagi ya!" ucap Naeva.

"Besok kau yang ku gantung." sahut Laskar sambil merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu.

Naeva duduk di sisi sofa yang lain sembari melihat belanjaannya tadi. Dia sedikit penasaran mengapa laki-laki itu baik kepada dirinya. Padahal semalam laki-laki itu bersikap sombong.

"Kau nggak takut terkena skandal kah? Mengajakku ke tempat seramai tadi?" tanya Naeva.

"Lebih baik muncul skandal karena ajak pacar ke mall, daripada muncul skandal gadis yang tinggal serumah dengan Laskar memakai alas kaki dari botol bekas." jawab Laskar.

Naeva menggaruk-garuk lehernya yang tidak gatal karena merasa bingung. Dia kakinya cukup nyaman mengenakan alas kaki walaupun dari botol bekas air mineral.

Melihat Naeva yang kebingungan, Laskar menghela napasnya. Laki-laki itu menatap Naeva dari atas sampai bawah. Dari auranya sudah terlihat jelas jika gadis di depannya ini bukanlah orang yang miskin. Karena apa? Kulit yang mulus, kaki putih bersih, kuku yang indah, dan tadi dia sempat bersentuhan dengan tangan Naeva yang kulitnya sangat halus.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Naeva sambil menaikkan satu alisnya.

"Kenapa tengah malam kau berada di alun-alun kota?" tanya Laskar tanpa basa-basi.

Naeva mengernyitkan dahinya. Dia agak ragu untuk memberitahu laki-laki di depannya ini alasan dia berada di alun-alun semalam.

"Bukan urusanmu." jawab Naeva dengan ketus.

"Jelas ini urusanku, kau menumpang di rumahku." ucap Laskar.

Naeva mendengus kesal. "Aku kabur dari rumah." jawab Naeva dengan kesal.

"Kenapa kabur?"

Naeva hanya diam. Melihat diamnya gadis di depannya itu, Laskar mengerti itu adalah masalah pribadi. Kemudian laki-laki itu mengalihkan pandangannya kepada kaki Naeva yang lecet-lecet.

"Kenapa kabur nggak pakai alas kaki? Gak bawa baju? Kau bukan gembel kan?" tanya Laskar dengan ekspresi wajahnya yang super menyebalkan.

"Matamu gembel! Asal kau tahu, uangku bisa untuk beli gedung apartemen ini!" semprot Naeva tidak terima.

"Terserah, nyatanya sekarang kau menumpang di rumahku bukan? Atau kau mau keluar dan menjadi tunawisma?"

"Bangsat.." desis Naeva.

Tidak mau berlama-lama di ruang tamu, Naeva membawa belanjaannya ke dalam kamar. Gadis itu segera membersihkan dan lanjut membereskan sebagian kamarnya yang sedikit berantakan. Kemudian lanjut rebahan, niatnya sih mau belajar. Tapi, ya bagaimana? Bukunya saja masih ada di rumahnya.

Dia berleha-leha hingga jam makan siang. Ketika cacing-cacing di perutnya sudah demo kelaparan barulah dia pergi ke luar kamar untuk membuat makanan di dapur. Ketika hendak berjalan ke dapur, gadis itu dibuat salah fokus dengan tumpukan kardus di depan pintu masuk.

"Apaan tuh?" gumam Naeva.

Gadis itu menghampiri Laskar yang ada di dekat kardus-kardus tersebut.

"Kau pesan benda sebanyak ini?" tanya Naeva.

"Seharusnya aku yang bertanya kepada! Benda apa yang kau pesan hingga sebanyak ini?!" tanya Laskar balik dengan wajah yang sudah memerah menahan amarahnya.

"Hah? Aku?" Naeva menunjuk dirinya sendiri dengan wajah polosnya.

Kemudian gadis itu mengalihkan pandangannya ke beberapa kardus di depannya itu. Setelah di teliti lagi, ternyata ada secarik surat yang diselipkan di lipatan kardus. Diambilnya surat tersebut kemudian dia baca.

'Hmmm, bagus ya.. Sudah membuatku semalaman tidur di jalanan ternyata kau tidur enak di griya tawang seorang aktor. Ternyata ini yang kau sebut rahasia itu hm? Segera telepon aku setelah melihat ini!!! -Ruby-'

"Haha.. habislah aku.." batin Naeva.

"Bagaimana kau bisa mengenalnya?" tanya Laskar tiba-tiba.

"Siapa? Orang yang mengirim ini?" tanya Naeva balik.

"Lupakan saja." ucap Laskar.

Setelah membuat Naeva penasaran, laki-laki itu langsung pergi dari sana dan masuk lagi ke kamarnya.

"Dih, nggak jelas banget jadi orang." gumam Naeva.

Tidak mau ambil pusing, gadis itu memilih kembali ke tujuan utamanya yaitu ke dapur untuk memberi makan cacing-cacing kelaparan di dalam perutnya. Dia tidak akan menelepon sahabatnya itu sekarang, yang ada dia akan di omeli habis-habisan.

...***...

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

sᴀsʏᴀᴀᴀ

sᴀsʏᴀᴀᴀ

𝗔𝘀𝘁𝗮𝗴𝗮 𝗡𝗮𝗲𝘃𝗮

2023-03-23

2

myblueviee𐀔

myblueviee𐀔

Lanjut thor semangat

2023-03-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!