Karena baru pergi tidur pukul 5 pagi. Sampai jam 11 siang Naeva masih belum bangun juga dari tidurnya. Panggilan berderet dari Ruby di abaikan semuanya. Rasa kantuknya terlalu besar sehingga membuat matanya susah untuk dibuka. Triiingg... Alarm berdering untuk yang kesekian kalinya. Dan pada alarm kali inilah Naeva memutuskan untuk bangun dari tidurnya.
Ketika membuka handphonenya betapa terkejutnya gadis itu melihat banyaknya pesan dan panggilan tidak terjawab dari sahabatnya.
"Njir gila..." gumam Naeva. Gadis itu segera menelepon balik sahabatnya.
Tidak sampai 5 detik, Ruby langsung mengangkat teleponnya dan mengomeli dirinya dengan kecepatan 5G tanpa henti.
"Heh! Anjer! Malah diam! Jawab! Semalam kau tidur dimana?! Kau nggak diculik om-om kan? Atau diculik orang gila? Atau Kau di bawa ke Pluto oleh alien?" tanya Ruby dengan kesalnya.
"Bagaimana aku mau jawab astaga. Kau dari tadi tidak berhenti berbicara." ucap Naeva dengan senyum tertekan.
"Datang ke kafe biasa, sekarang!" perintah Ruby. Setelah itu dia langsung mematikan teleponnya.
Naeva menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian tertawa kecil. Sahabatnya yang mengomel seperti itu baginya tidaklah menakutkan, tapi malah lucu. Percaya deh, kalau saat mengomel tadi Ruby ada di depannya sudah pasti dirinya tertawa terpingkal-pingkal dan semakin membuat Ruby jengkel.
Setelah puas membayangkan wajah lucu sahabatnya ketika mengomel, Cia menunduk melihat kaki dan bajunya. Benar-benar acak-acakan. Sejak semalam dia belum mandi lagi, menggunakan baju tidur yang sudah kotor dan bau, kakinya yang lecet-lecet, rambut yang terlihat kusut.
"Fix. Kau bukan Naeva Angeline." gumam Naeva ketika melihat kondisi dirinya sendiri yang mengenaskan.
Karena dia tidak punya baju ganti, akhirnya Naeva memutuskan menggunakan baju tidur tersebut untuk menemui Ruby, siapa tahu sahabat yang sudah seperti saudaranya itu mau membelikan dirinya baju.
Setelah mencuci muka dan menyisir rambutnya agar terlihat sedikit rapi, Naeva berangkat untuk menemui Ruby dengan mengenakan baju tidur dan tanpa menggunakan alas kaki. Dia hanya membawa uang 82.000 sisa beli kartu nomor kemarin. Dan tersisa 30.000 untuk membayar taxi.
Starlight Caffe
Di depan kafe tersebut, Naeva berhenti sebentar. Diamatinya uang di tangannya yang terdiri dari satu lembar 20.000 an dan dua lembar 5.000 an. Teringat di pikirannya, bahwa harga minuman termurah di kafe tersebut adalah 250.000. Mengingat hal itu Naeva menghela napasnya.
"Benar-benar melarat kau Naeva." ucap Naeva kepada dirinya sendiri. Sedetik kemudian gadis itu langsung menepuk jidatnya sendiri sebanyak 3 kali. "Hih, mending melarat daripada hidup sama kakek-kakek!" celetuk Naeva. Kemudian gadis itu segera masuk ke kafe dan menghampiri Ruby.
Ketika melihat kedatangan Naeva, Ruby yang tadinya hendak mengomeli sahabatnya itu langsung terdiam. Ditatapnya Naeva dari atas sampai bawah, dan dari bawah kembali ke atas lagi. Bahkan matanya sampai tidak berkedip melihat penampilan Naeva yang sangat berbeda dari biasanya. Datang dengan baju tidur, tanpa makeup dan tanpa alas kaki. Bahkan tas yang biasa dia bawa saat jalan-jalan pun tidak dibawa saat ini.
"Kau Naeva atau bukan sih?" tanya Ruby tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Nggak usah meledekku!" sahut Naeva dengan kesal sambil menarik kursi dan duduk di sebelah Ruby.
"Kau kesambet apaan sih?" tanya Ruby lagi.
"Aku kabur dari rumah." jawab Naeva sambil menyedot minuman yang sudah dipesan Ruby.
"What?!! Kabur?! Kenapa kabur?? Kau ada masalah dengan keluargamu? Terus sekarang kau tinggal dimana? Bagaimana dengan kuliahmu?" Ruby menghujani Naeva dengan pertanyaan-pertanyaannya. Raut wajah gadis itu benar-benar menunjukkan rasa khawatir kepada sahabatnya.
"Aku di jodohjan dengan kakek-kakek!"
Seketika Ruby terdiam. Otaknya yang sedikit lemot berusaha memahami kalimat yang baru saja Naeva ucapkan. Sesaat kemudian, Ruby langsung tertawa terpingkal-pingkal. Benar-benar tidak punya hati nurani, sahabatnya kesusahan dia malah menertawakannya.
"Ketawa saja terus, aku do'ain kau mendapatkan suami kakek-kakek 100 tahun!" celetuk Naeva dengan kesal.
"Haha, maaf-maaf. Aku akan coba berhenti tertawa." kata Ruby, tapi nyatanya dia masih tertawa sampai sekarang.
Setelah Ruby berhasil mengendalikan dirinya agar tidak tertawa terus menerus dia meminta Naeva menceritakan semua kejadian dari awal sampai Naeva berakhir kabur dari rumah.
Tentu saja Naeva menceritakan semuanya dengan jujur. "Sekarang aku benar-benar bingung, aku nggak ada uang sepeserpun. Baju aku nggak bawa. Buku-buku untuk kuliah aku juga tidak membawanya karena aku kabur tanpa persiapan." ucap Naeva merengek kepada sahabatnya.
Ruby diam sebentar, kemudian dia mengobrak-abrik isi tasnya lalu mengambil tiga lembar uang 100.000 dari dalam tasnya. Tanpa ragu dia memberikan uang tersebut kepada Naeva.
"Nih, pakai saja. Aku cuma bawa ini" kata Ruby sambil meletakkan uang tersebut di tangan Naeva.
Naeva benar-benar bersyukur punya sahabat seperti Ruby. Padahal semalam dia membuat sahabatnya itu tidur semalaman di jalan, tapi sahabatnya tersebut tetap baik kepadanya. Yap, seperti itulah hubungan persahabatan mereka. Daripada sahabat mereka lebih cocok disebut saudara karena saking dekatnya.
"Ahh makasihh, nanti kalau aku sudah kaya lagi aku balikin uangmu ." ucap Naeva.
Ruby hanya menggelengkan kepalanya. "Terus, semalam kau tidur dimana?" tanya Ruby.
"Emm, itu rahasia. Belum saatnya kau tahu." jawab Naeva sambil mengedipkan sebelah matanya.
Ruby memutar bola matanya sambil menghembuskan napasnya. Naeva selalu seperti ini. Penuh rahasia, dan yang pasti kalau sudah seperti ini rahasia yang disembunyikan sahabatnya itu sudah pasti sangat mengejutkan dan diluar nalar tentunya.
"Kau bisa membantu ku nggak?" tanya Naeva sambil mengedip-ngedipkan matanya ke arah Ruby.
"Apaan?" tanya Ruby balik sambil mengerutkan keningnya.
"Bantu aku mengambil buku-buku ku yang ada di rumah." jawab Naeva sambil tersenyum menunjukkan deretan giginya.
"Njir gila! Akh nggak mau di bantai ayah Lo!" tolak Ruby.
"Ahh, ayolahhh..." Naeva terus merengek.
*
Setelah dari Kafe, Naeva memutuskan pergi ke toko sepatu untuk membeli alas kaki. Kakinya sudah perih sejak kemarin berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Tapi, karena selama ini dia selalu menggunakan barang-barang branded dia tidak tahu dimana tempat yang menjual alas kaki dengan harga murah.
"Maaf kak, tapi uang kakak kurang." jawab penjaga kasir.
Sumpah malu banget, gadis itu tanpa berkata apa-apa langsung pergi dari toko sepatu tersebut. Lalu beralih ke toko baju yang ada di samping toko sepatu tersebut. Tapi hal serupa terjadi lagi, uang Naeva tetap tidak cukup untuk membeli baju yang dia pilih. Dan lagi-lagi dia keluar toko baju tersebut dengan menahan rasa malu.
"Gila, jadi melarat ternyata nggak enak." gumam Naeva.
Disaat seperti ini tiba-tiba dia melihat pemulung yang menginjak botol air mineral kosong untuk dijadikan alas kaki. Dan dengan polosnya dia menirukan apa yang dilakukan pemulung tersebut dengan menginjak botol air mineral yang kosong dan menjadikannya sebagai alas kaki.
"Nyaman juga sih. Lumayan gak keluar uang. Hehe.." ucap Naeva merasa bangga dengan dirinya sendiri. Setelah itu dia melanjutkan jalan kaki menuju penthouse Laskar. Dia sengaja tidak naik taksi untuk menghemat uangnya karena uangnya hanya tersisa 230.000 setelah dia gunakan untuk naik taksi dari kafe sampai toko sepatu tadi.
...***...
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
sᴀsʏᴀᴀᴀ
𝗟𝗮𝗻𝗷𝘂𝘁 𝘁𝗵𝗼𝗿
2023-03-23
2
sᴀsʏᴀᴀᴀ
𝗞𝗮𝘆𝗮𝗸𝗻𝘆𝗮 𝗸𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗲𝗵 𝗿𝗮𝗽 𝗻𝘆𝗮 𝗺𝗶𝗻 agus👀
2023-03-23
2
Auraa
bisa bisanya gitu kau
2023-03-22
2