5.

Bab 5

Mereka menikmati makan malam itu dengan nyaman dan tenang tanpa berbicara satu sama lain.

“Bagaimana pekerjaanmu?” ujar Jack memulai percakapan mereka sesaat setelah selesai makan malam.

“Baik dan lancar... Saat ini, kami sedang mengerjakan project konstruksi pengembangan jalur jalan bawah tanah di distrik B..” jelas Vann bangga.

“Hmm... Aku dengan project itu bernilai puluhan milliar won.” Jack terdengar sangat bersemangat.

“Iya, Ayah... Itu sebabnya aku benar-benar mengawasi setiap detailnya dengan hati-hati… Aku tidak ingin melakukan kesalahan apapun yang bisa menyebabkan project ini gagal.”vann berbicara dengan tenang dan penuh percaya diri.

“Kau benar-benar sangat hebat. Berbeda sekali dengan kedua kakak laki-lakimu itu. Itu sebabnya aku sangat menyukaimu dan mempercayakan putriku padamu.” Jack tertawa senang dengan keputusannya.

Zionna hanya menyunggingkan senyuman anehnya pada sang ayah. Sebenarnya, ia sangat ingin mencaci omong kosong ayahnya itu, namun ia benar-benar menjaga sikap di depan suaminya.

“Apa kalian sudah bertemu orang tuamu??” tanya Maria menyela.

“Belum... kami akan menemuinya besok malam.” jawab Vann hangat.

“Tolong jaga Zionna dengan baik, dia anak yang sangat baik.” Maria membuat Zionna melemparkan tatapan dingin padanya. Maria yang menyadari itu segera menenggak cepat air minumnya.

“Tentu saja, aku akan menjaganya dengan sangat baik. Ibu jangan khawatir.” Vann menggenggam tangan Zionna di bawah meja dengan erat.

Zionna hanya tersenyum manis tanpa berkata-kata.

****

Setibanya di hotel Vann memutuskan untuk segera mandi. Sementara Zionna segera membuka laptopnya untuk memeriksa pekerjaannya. Setelah 15 menit bergelut dengan laptopnya, ia memutuskan untuk menyusul Vann yang tengah mandi. Vann tampak terkejut saat mendapati Zionna menyelinap masuk tanpa sehelai benangpun.

“A--apa yang kau lakukan??” tanya Vann panik menutupi tubuhnya yang penuh busa sabun.

“Tentu saja, aku ingin mandi bersamamu,” goda Zionna genit.

“A--apa??”

“Kenapa kau menutupinya?” tanya Zionna menunjuk ke arah tangan Vann yang tengah menutupi ***********.

“Bahkan aku sudah melihat dan memainkannya semalaman,” tukas Zionna santai dengan nada genit.

“Bagaimana bisa kau berkata se-vulgar ini dengan santai? Kau membuatku malu,” gumam Vann tersipu.

Zionna mendekati Vann memeluknya dengan manja.

“Kita ini sudah menikah... Kau adalah milikku… Tubuhmu, pikiranmu, hatimu... Semuanya milikku... Jangan coba-coba menutupi dan menyembunyikannya dariku.” Zionna sangat lancar mengucapkan rayuannya, seolah ia seorang profesional.

Vann membalas pelukan Zionna malu-malu. Ia mengangguk mengerti. Mengecup dahi Zionna lembut.

“Sini aku gosok punggungmu,” serunya kemudian membalikkan tubuh Zionna membelakanginya. Ia kemudian tertegun melihat ada 2 garis luka gores yang panjang dan cukup dalam di punggung Zionna. Luka itu masih merah dan masih baru. Ia sempat merasa jika itu karena cakarannya di malam panas mereka. Namun ia tak yakin saat melihat kedua kuku jarinya yang pendek.

“Ada apa? Kenapa kau tidak menggosoknya?” tanya Zionna heran.

“Punggungmu kenapa?? Ada luka gores yang panjang sekali.” Vann bertanya lirih.

Degg !!

Zionna tertegun, ia tengah memikirkan alasan yang tepat.

”Ah.. tadi ayah mengajakku berlatih anggar, aku tidak mengenakan pakaian pengaman karena sangat malas untuk bergonta ganti pakaian, sepertinya terkena floret* milik ayahku.. bahkan aku merusak blazerku… Aku pikir itu tidak akan meninggalkan luka. Apa lukanya cukup dalam?” Zionna beralasan dengan alami.

“Hmm… lukanya cukup dalam,” angguk Vann masih memperhatikan luka itu.

“Kau suka olahraga anggar??”

“Aku pernah berlatih beberapa kali karena ayahku menyuruhnya… Dia selalu menyuruhku melakukan apapun agar ia punya teman,” gerutu Zionna.

“Kau benar-benar mengagumkan… Aku bahkan hanya bisa bermain golf.” Puji Vann kagum.

“Bolehkah aku menanyakan banyak hal padamu? Aku sangat penasaran denganmu,” ujar Vann mulai menggosok punggung Zionna hati-hati dengan sabut penuh busa.

Zionna mengangguk setuju. “Tanyakan saja apapun yang ingin kau tahu.”

****

Vann yang terbangun sedang menatapi wajah cantik sempurna Zionna yang kini tengah terlelap di sisinya, Vann mengusap kepala Zionna lembut. Perasaan yang kini ia rasakan tidak bisa di artikan olehnya. Apa itu benar rasa cinta atau hanya gairah semata, namun yang pasti dia sangat menyukai wanita ini. Ia sangat nyaman saat bersamanya.

Drrrttt..

Vann mendengar suara getar yang berasal dari ponsel Zionna di atas meja. Ia melirik jam di dinding menunjukkan pukul 3 pagi. Ia tertegun.

“Siapa yang mengirim pesan padanya pukul segini?” Vann membatin.

Ragu-ragu ia meraih ponsel Zionna. Ia bergerak perlahan. Ia menatap ponsel itu dengan ragu. Hingga kemudian ia memutuskan untuk tetap memeriksa ponsel Zionna. Bahkan ponsel itu sama sekali tidak di menggunakan kunci sandi apapun. Lagi-lagi ia tertegun dan tercengang. Bahkan Zionna memasang foto pernikahan mereka sebagai wallpaper ponselnya. Vann sempat ragu untuk membuka pesan Zionna, namun rasa penasarannya tak bisa ia tahan. Ia menekan notifikasi pesan di layar itu.

“Mrs. Zionna, maaf mengganggu... Aku Clara dari divisi promosi, aku telah mengirimkan revisi laporan project baru sesuai perintah ke email anda.. mohon untuk di periksa..”

Vann menghela nafas panjang. Ia benar-benar bodoh. Tidak seharusnya ia mencurigai istrinya. Ia baru sadar jika perbandingan jam mereka dengan negara asal Zionna berbeda jauh, sehingga wajar jika Zionna akan sering menerima pesan hingga dini hari. Tak sengaja kontak ponsel Zionna pun terbuka olehnya. Vann kaget saat melihat hanya ada 3 kontak nomor ponsel di sana. Nomornya, nomor Jack (sang ayah) dan kontak bernamakan Sekretaris Lee. Ia merasa semakin penasaran pada Zionna. Bagaimana bisa ia hanya memiliki 3 kontak nomor ponsel saja, mengingat ia memiliki banyak bisnis.

***

Kriekkk..

Zionna masuk dengan mengendap-endap. Sehingga ia terkejut saat mendapati Vann tengah duduk membaca koran di ruang tamu. Pukul 5.30 pagi tadi ia keluar sesaat setelah Vann tertidur pulas. Bahkan, ternyata ia sadar saat Vann memeriksa ponselnya. Sebenarnya ia tak bisa tertidur dengan pulas setelah menikah. Ia selalu berpura-pura tidur saat bersama Vann. Dan itu membuatnya sangat kelelahan.

“Kau sudah bangun?” tanya Zionna mengatur nafas.

“Hmm... kau darimana pagi-pagi begini??” tanya Vann dengan wajah menuntut, karena jam masih menunjukkan pukul 7 pagi.

“Aku pergi olahraga di lantai 7,” jawab Zionna. “Aku sudah meninggalkan notes di atas meja,” tunjuk Zionna ke arah kamar.

“Benarkah? Maaf, aku tidak melihatnya.” Vann justru merasa tidak enak hati karena telah curiga padanya.

“Kenapa tidak mengajakku? Kita bisa pergi olahraga bersama.”

“Aku lihat kau tertidur sangat pulas… Aku tidak tega mengganggu tidurmu…”

“Tidak apa-apa… Kita jadi bisa menghabiskan banyak waktu bersama... Besok aku sudah mulai masuk kerja, dan nantinya pasti cukup sibuk.”

“Tidak apa-apa, aku sudah biasa hidup sendiri,” ujar Zionna segera menuju kamar mandi.

“Aku mandi dulu ya.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!