HMV -- Bab 2

"Hari ini cukup sampai di sini. Besok, kita akan datang lagi membawa semangat baru dan tentu saja, berkat yang baru juga. Hahaha! Kerja bagus semuanya!" tukas seorang pria bertubuh tambun dengan wajah yang ramah.

"Terima kasih, Tuan," ucap para pegawainya.

"Jenna, ikut saya, sebentar," kata pria tambun itu.

Seorang gadis kecil dengan wajah galak dan keras mengekor dari belakang. Dia mencebik saat pria tambun itu memintanya untuk masuk ke dalam ruangan.

"Duduklah! Hari ini kerjamu cukup bagus, hanya cukup. Kau melakukan beberapa kesalahan. Seperti, salah memotong garnish, kau lupa membumbui makanan, adonan cokelat terlalu encer, dan lainnya," kata pria itu.

Gadis bernama Jenna menunduk, diam tak berbicara. Kata maaf pun tidak keluar dari mulutnya.

"Ya, itu masalah sepele tapi crussial, Jenna. Kita ini tim dan kau tidak boleh mengacau walau hanya satu atau dua piring," sambung pria berambut setengah botak itu.

"Maafkan aku," ucap Jenna.

"Apa kau sakit? Kau sedang lelah? Atau kau butuh berlibur satu sampai dua hari?" tanya pria itu.

Jenna Lake adalah seorang gadis yang merantau ke kota besar dan dia harus hidup sendiri di kota itu. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya tentu saja dia harus bekerja.

Saat ini dia hanya sebatang kara, dia sudah tidak memiliki keluarga ataupun sanak saudara. Terkadang kita merasa kesepian dan lelah. Gadis itu selalu hidup sendiri sampai ia merasa lelah karena kesendiriannya.

Akhir-akhir ini setiap malam, Jenna selalu berdoa dan meminta kepada Tuhan supaya dia diberikan seseorang yang selalu bisa menemaninya setiap hari dan setiap waktu.

Dia memiliki seorang teman pria yang cukup baik dan terkadang dia selalu menemani Jenna untuk menghabiskan waktu. Dan sore hari itu, teman pria Jenna dengan setia menunggu gadis itu di luar ruangan.

"Kalau kau ingin berlibur, aku akan memberikan izin kepadamu 3 hari untuk berlibur. Tapi, kau harus berjanji setelah 3 hari, kau akan kembali ke sini, dan kau akan fokus kembali dengan pekerjaanmu. Berjanjilah kepadaku, Jenna," kata pria tambun itu lagi.

Jenna pun memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya. "Benarkah? Bolehkah aku berlibur seperti itu, Mr. Klaus?"

Pria bernama lengkap Ian Klaus mengangguk. "Untuk apa aku memaksamu terus bekerja jika pikiran dan fokusmu tidak ada di sini? Itu akan merugikanku,"

"Betul, Mr. Klaus. Demi kesejahteraan bersama, tambahkan libur dan naikan gaji kami! Hehehee," ucap Jenna. "Sorry, Mr. Klaus, saya kelepasan," sambungnya lagi dengan wajah memerah.

"Sepertinya dari hati sekali kau mengucapkan itu. Tapi, baiklah. Akan kupertimbangkan permintaanmu, jika kinerjamu membaik," ucap Mr. Klaus sambil tersenyum.

Jenna bangkit berdiri dan membungkuk rendah pada Mr. Klaus. "Terima kasih sebanyak-banyaknya, Mr. Klaus. Semoga Anda semakin sejahtera,"

Setelah keluar dari ruangan Mr. Klaus, Jenna meregangkan tubuhnya. "Aahhh! Senang sekali punya kepala koki baik seperti Mr. Klaus,"

"Kau jadi mengajukan cuti? Sebenarnya apa yang terjadi padamu, sih, Jen?" tanya pria yang tadi telah kita bahas di atas.

"Dia memberiku libur tiga hari sebelum aku mengajukan permohonan cutiku," kata Jenna, tersenyum lebar. "Aku butuh tumpangan, Zac. Rasanya malas sekali aku melangkahkan kedua kakiku ini,"

Pria bernama Zac itu menepuk pucuk kepala Jenna. "Beruntunglah, kau memiliki teman pria yang tampan dan baik. Hei, kenapa kau tidak mau tinggal bersamaku saja? Kita bisa menghemat uang sewa dan berbagi makanan. Ya, 'kan?"

"Nanti akan kupikirkan. Aku pernah mendengar seorang wanita tua berkata kalau anak gadis sepertiku, dilarang tinggal bersama seorang pria. Nanti jadi tiga," jawab Jenna dengan gaya sok penting.

Zac mengulum senyumnya. "Aku tidak akan menyebrangmu! Lagipula, selera wanitaku tidak sepertimu," lalu, pria itu membuat lekukan dari kedua tangannya.

"Kau tau, aku bisa mengembangkan ini dan ini dengan baking soda! Huh!" ucap Jenna kesal, kemudian dia berjalan mendahului Zac yang tertawa.

Dengan mengendarai kendaraan beroda dua, Zac mengantar Jenna hingga depan rumahnya. "Masuk sana, nanti diculik!"

"Penculiknya nanti aku culik balik, hahaha! Thank's sudah mengantarku," ucap Jenna.

Setelah motor Zac menderu di jalanan sempit perumahan Jenna, gadis itu mendengar suara rintihan. Jenna melihat ke sekelilingnya.

Dia mengambil sapu dan memegang gagang sapu itu dengan waspada. "Siapa di sana?"

Tak ada jawaban. Sekali lagi, hanya suara erangan dan rintihan seseorang.

"Halo," Jenna menyalakan penerang dari ponselnya.

Jenna bersedekap saat dia menemukan seorang pria dengan jubah berwarna hitam menutupi kepalanya. Dia menyentuh pria itu dengan gagang sapunya. "Hei, kau masih hidup?"

Pria itu menangkap gagang sapu yang dibawa Jenna. "To-, tolong aku!"

Jenna buru-buru menarik gagang sapu tersebut dan mendekap sapunya erat. "Hah! Kau orang asing! Aku tidak bisa membantumu begitu saja!"

Tangan Jenna sibuk mencari-cari sesuatu di tasnya. Dia mengambil sebotol air dan satu buah roti manis. Gadis itu kemudian berjalan menghampiri pria yang maskh tergeletak di jalan itu dan meletakkan botol air dan roti di sisinya. "Aku hanya punya itu, ambillah. Tak perlu kau kembalikan,"

Tanpa menunggu reaksi pria aneh itu, Jenna pun berlari menjauh darinya. Setelah sampai di depan rumahnya, Jenna menjulurkan kepalanya untuk melihat, apakah pria malang itu sudah mengambil barang-barang pemberiannya.

Jenna berpikir keras. Dia ingin membawa pria itu untuk beristirahat di rumahnya, tetapi pria itu pria asing. Namun jika dibiarkan, dia bisa mati di jalan dan CCTV akan merekam siapa orang yang terakhir bersama dengannya. Dia akan dipanggil oleh polisi, dimintai keterangan, dan bahkan akan dijadikan saksi. Membayangkan hal itu, Jenna menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Aarrgh! Rumit sekali hidupku!"

Setelah membuat keputusan yang mungkin saja akan dia sesali seumur hidupnya, dia berjalan kembali mendekati pria itu. "Hei! Kau tidak kuat untuk duduk?"

"Bersyukurlah, karena kau bertemu gadis baik sepertiku. Coba kalau tadi kau kutinggalkan begitu saja, aku yakin kau akan menjadi mayat besok pagi." kata Jenna terus mengoceh.

Dia membantu pria itu untuk duduk. "Kau berat sekali! Kau pasti orang kaya! Hanya orang kaya yang memiliki massa tubuh berat seperti kau ini karena makanan mereka daging,"

"Hhhhaaahh! Lihat wajahmu, pucat sekali! Minumlah!" Jenna membantu pria itu untuk membuka mulutnya.

Pria aneh itu tiba-tiba saja membuka kedua matanya dan mengendus. Dia memasukkan wajahnya ke dalam ceruk leher Jenna.

Kulit Jenna meremang dan dia bergidik. Gadis itu dapat merasakan napas dingin dari pria itu. Dia memegang leher si pria dan terasa dingin sekali. "Hei, kurasa kau sakit. Karena aku telah ditolong oleh mr. Klaus hari ini, jadi aku akan menolongmu. Bertumpulah padaku, aku akan membantumu berdiri,"

Dengan susah payah, Jenna membawa pria itu masuk ke dalam rumahnya dan kemudian dia membaringkan pria itu di ranjang satu-satunya di rumah itu. "Aku akan membuatkanmu sesuatu yang hangat. Tunggu di sini,"

Jenna pun segera ke dapur dan sudah asik mempersiapkan ini dan itu untuk dia masukan ke dalam panci yang sudah mendidih.

Tanpa dia sadari, pria itu berjalan mendekatinya dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jenna.

"Hei, apa yang kau lakukan? Kalau kau tak mau melepaskan tanganmu, akan kusiram panci sup ini ke wajahmu! Lepaskan aku!" tukas Jenna sambil membawa sendok sayur dan memberontak.

Pria itu mengendus Jenna. "Kau harum sekali, aku lapar!" Dalam hitungan detik, dia menancapkan taringnya yang tajam ke ceruk leher Jenna dan menghissap darah gadis itu dengan rakus.

"Aaaahhhh! Ka-, kau, ...." darah menetes cepat dari leher sampai ujung jari gadis malang itu.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Yem

Yem

Jenna berani juga hehe..
Padahal kan itu.. 🤭

2023-03-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!