HMV -- Bab 5

Siang hari itu, Jenna hendak bepergian. Namun, ada satu masalah yang saat ini membuat emosinya sedikit membuncah.

"Aku tidak kuat sinar matahari," rintih Ortega. Setelah perutnya penuh dengan darah Jenna, kini vampi itu berbaring malas di ranjang milik pemilik rumah.

Jenna melupakan fakta dan kenyataan bahwa Ortega adalah vampir, katanya. "Jangan hancurkan rumahku. Tidur saja!"

"Ya, memang aku akan tidur. Aku tidak pernah merasakan sinar matahari semenyengat ini," kata Ortega mengeluh. Tak lama, dia sudah memejamkan kedua matanya dan tertidur.

"Cih, pemalas!" ucap Jenna lagi. Kemudian, dia bergegas pergi dengan mengunci pintu rumahnya.

Jenna menikmati hari libur pertamanya dengan pergi ke pasar. Dia akan berlatih membuat garnish hari ini, jadi dia membeli banyak tomat, wortel, serta beberapa dedaunan hijau, seperti herbs, thyme, dan peterseli.

Sepanjang perjalanan, dia memikirkan tentang Ortega. Tidak tega rasanya, dia mengusir pria yang mengaku vampir itu. "Hmmm, mungkin dia bukan vampir. Dia hanya seseorang yang memiliki ritme sirkumdian yang berantakan dan aneh. Pasti begitu,"

Dia mencari bahan makanan yang sekiranya disukai oleh Ortega. Dia berputar-putar mengelilingi pasar dan ternyata, Jenna baru menyadari kalau dia tidak tau makanan favorit Ortega selain darahnya.

Dia pergi ke tempat daging dan dia minta dibuatkan sosis yang terbuat dari darah sapi.

"Seberapa banyak, Nona?" tanya tukang daging itu.

"Hmmm, aku juga tidak bisa mengira-ngira," jawab Jenna sambil menimbang-nimbang darah sapi yang sudah di bekukan itu.

"Untuk anjing, Non?" tanya tukang daging itu lagi, sambil mengasah pisau-pisaunya dengan suara berdesing yang membuat merinding.

"Ah, eh, iya. Untuk anjingku. Seekor anjing kecil tapi makannya besar," jawab Jenna akhirnya.

Dengan cekatan, penjual daging itu membuatkan dua kilo sosis darah sapi. "Nona, nanti tinggal diberikan mentah begini saja atau bisa Nona rebus dulu,"

Jenna mengangguk dan membayarkan sejumlah uang pada tukang daging itu. "Terima kasih,"

Gadis itu pun kembali melanjutkan perjalanannya. Dia menyusuri pasar untuk mencari sesuatu yang menarik baginya. Dia membeli beberapa sayur serta daging lain, setelah itu dia keluar dari pasar.

"Ke mana lagi aku pergi?" tanya Jenna pada dirinya sendiri. Dia menemukan sebuah kedai kopi dan memutuskan untuk menunggu hingga sore hari di sana.

Jenna masuk dan memesan segelas cinnamon cream frappuccino untuk dirinya sendiri. Setelah itu, dia mencari tempat duduk yang nyaman dan mengambil ponselnya.

"Hei, kau selesai jam berapa?" tulis Jenna dalam pesan.

Tak perlu menunggu lama, balasan pun datang. ("Kau rindu padaku?")

Jenna tersenyum. "Temani aku di kedai kopi, Zac. Aku baru saja selesai berbelanja di pasar. Segar sekali rasanya melihat sayuran hijau dan daging segar di sana,"

("Soon. But, no! I'm on my way now,") balas Zac lagi.

Hubungan Zac dan Jenna sudah berlangsung cukup lama. Jenna menganggap Zac teman yang serbaguna dan dapat diandalkan dalam segala situasi. Dia selalu datang, saat Jenna membutuhkannya, bahkan tengah malam pun, dia akan datang.

"Kau kesepian, 'kan?" itulah kata-kata mujarab yang selalu diucapkan oleh Zac saat Jenna sedang uring-uringan tanpa alasan yang jelas.

Karena kedekatan mereka, timbullah sebuah rasa sayang. Rasa sayang Jenna pada Zac, merupakan rasa sayang seorang adik pada kakaknya.

Pikiran tentang Zac itu menbawanya kepada Ortega. Pria misterius yang mengaku sebagai vampir yang di hari pertama kedatangannya sudah membuat jantung Jenna berdebar dan melakukan hal di luar keinginannya.

"Hei, kau sendirian?" tanya Zac yang datang dengan masih memakai seragam koki dan membawa helm.

"Tidak, aku bersama vampir," jawab Jenna asal.

Zac tertawa. "Hahaha! Kau terlalu lama sendiri, Jenna. Makanya, ayo, tinggallah bersama denganku,"

"Habisnya kau tidak bisa lihat, aku datang sendiri atau bersama orang lain! Pesanlah minuman, aku akan mentraktirmu," ucap Jenna memberikan kartu pelanggan berbentuk mug kopi pada Zac.

Zac kembali berdiri dan menjentikkan jarinya. "Asik. Aku akan pesan dengan extra caramel, extra cream, dan es krim," kemudian dia berlalu begitu saja menuju counter pemesanan.

Tak sampai beberapa menit, Zac tiba dengan membawa gelas kopi yang penuh dengan cream, saus caramel, dan es krim, serta taburan almond di atasnya.

"Kau benar-benar tidak punya hati, Zac! Eerrgghh, aku kesal! Untunglah, aku sedang baik!" tukas Jenna, dia menyendok es krim dari gelas Zac yang mengapung dan memindahkan ke dalam gelasnya.

"Dih, diambil!" tukas Zac.

Mereka berbincang-bincang dengan seru mengenai segalanya. Mulai dari pekerjaan, cara membuat garnish (Zac membawa pisau dapur dan mereka berdua bisa segera praktek di tempat untuk membentuk bunga mawar dari buah tomat), sampai permasalahan hidup.

Tak terasa, hari mulai menjelang malam. Jenna mulai khawatir dengan Ortega, dia tidak meninggalkan apa pun untuk dimakan oleh pria vampir itu.

"Aku harus kembali. Ah, aku butuh tumpungan. Ini berat sekali, apalagi aku membawa cooler box," ucap Jenna dengan pandangan memohon.

Zac mengacungkan ibu jarinya dan membantu Jenna membawa kotak pendingin berisi daging. "Kau belanja banyak rupanya,"

"Ada seorang tamu di rumahku. Dia ingin tinggal sementara bersamaku karena dia tidak memiliki tempat tinggal." jawab Jenna. "Nanti akan kukenalkan,"

Hati Zac mulai resah. Siapa tamu yang dimaksud Jenna. Gadis itu tidak memiliki siapapun di dunia ini selain Zac, lalu, tiba-tiba muncul tamu. Aneh sekali.

Setibanya di rumah Jenna, Zac membantu Jenna menurunkan belanjaannya. Sekelebat bayangan hitam tampak melesat ke arah jendela dan melihat mereka.

"Pria!" tanya Zac terkejut. Dia segera melangkah masuk ke dalam untuk melihat kamu yang dikatakan oleh Jenna tadi.

Jenna mengangguk. "Ya, dia hanya menumpang tidur dan makan. Tenang saja, kau tidak perlu khawatir,"

"Tapi, dia seorang pria, Jen! Dia bisa melakukan apa saja terhadapmu! Entah itu di malam hari dan menyerangmu saat tidur atau menyerangmu saat kau belum bangun atau bahkan, dia melakukan sesuatu disaat kau mandi. Apa kau tidak pernah memikirkan hal itu?" tukas Zac khawatir.

Dengan santai Gadis itu membuka kunci pintu dan mempersilahkan Zac untuk masuk ke dalam dan berkenalan dengan Ortega.

Alih-alih menjabat tangan Zac, Ortega mengendus tubuh pria itu, seperti seekor anjing yang penasaran. Setelah puas mengendus, Ortega mengekori Jenna ke manapun gadis itu melangkah.

"Ada apa dengan dia?" tanya Zac heran.

"Dia kelaparan. Aku lupa meninggalkan dia makanan sejak siang tadi," jawab Jenna. Dia segeram mengambil tomat dari kantong belanjaannya dan memberikan tomat itu kepada Ortega.

Zac terus memperhatikan tamu aneh itu dengan curiga. Dia berbeda dengan pria-pria pada umumnya. Wajahnya tampan sekali, kulitnya putih pucat, dia sempurna untuk ukuran seorang pria. Hanya saja, ada sesuatu yang membuatnya tampak aneh dan aura menakutkan keluar dari tubuh pria itu.

"Hei, Ortega, aku akan memasakan sesuatu untukmu. Makanan apa yang kau inginkan?" tanya Zac, dia merangkul pinggang Jenna dan bergegas membantunya.

Namun, Ortega tiba-tiba menghadang dengan tatapan tajamnya. "Jangan dekat-dekat Jennaku! Kau, Manusia Kotor!"

"Jenna-mu? Sejak kapan Jenna menjadi milikmu? Ternyata kau possessive sekali," kata Zac, dia tersenyum sambil mendengus. Berusaha untuk menyingkirkan rasa takutnya.

Ortega mengunci manik Zac dengan manik merahnya yang seperti darah segar. "Dia milikku dan tidak ada satu orang pun yang boleh menyentuhnya selain aku!"

...----------------...

Terpopuler

Comments

Emily Rose

Emily Rose

Ortega posesip ya, thor....tp seru sih, saingan zak sama vampir

2023-03-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!