Pingsan

"Sekali lagi saya ingatkan jangan pernah bicara macam-macam pada siapapun." Ancam Puan Nandita pada Lita.

Lita yang ketakutan langsung mengangguk pelan.

Kemudian Puan Nandita meninggalkan tempat tersebut entah kemana, sehingga yang ada hanyalah Lita dan pasien yaitu Sisilia juga dokter yang sedang memeriksanya.

Melihat Sisilia siuman. Lita merasa lega dan menghampiri. “Nyonya Lia sudah siuman?”

“Lita. Aku di mana?” tanya Sisilia yang memanggil Lita dengan sebutan nama karena memang usia mereka tidak jauh beda, matanya pun menyisir ruangan dan ada perawat juga dia sana.

“Nyonya sedang di rumah sakit, Nyonya pingsan.” Jawabnya Lita.

Sesaat Sisilia terdiam dan mengingat semua yang sudah dia alami. Sisilia pun ingat kalau dia itu di sekap oleh ibu mertua yang sangat kejam di sebuah gudang dan tidak di beri makan dan minum. Tega sekali dia, membuat Manik mata Sisilia meneteskan air mata.

“Sekarang Nyonya makan dulu ya?” Lita hendak menyuapi Sisilia namun Sisilia menolak dan dia mau makan sendiri saja.

“Nyonya harus sabar ya? hadapi semua dengan sabar, mungkin ini ujian buat Nyonya.” Lita lirih.

“Iya, aku tidak apa-apa.” Sisilia sambil makan menangis. “Jangan bilang sama suami saya ya? saya mohon, dia tidak boleh tahu kelakuan ibunya.”

“Tentu, saya tidak akan cerita biarpun saya tidak tega padamu, dan bukan saya tidak kasihan sama Nyonya Lia. Tapi bila kami menolong ... nyonya besar mengancam akan memecat kami—“

“Jangan, jangan sampai seperti itu, aku yakin bila Ibu itu suatu saat akan luluh hatinya dan baik padaku.” Sisilia penuh harap.

“Aamiin ...” Lita mengusap wajahnya.

Setelah makan, Sisilia istirahat untuk memulihkan daya tahan tubuhnya yang lemah. Infusan pun terpasang di tangannya.

Selama beberapa hari di rawat. Puan Nandita tidak sekalipun menjenguk mantunya di rumah sakit. Hingga akhirnya Sisilia pulang ke mension. Puan Nandita gak ada di mension yang katanya pulang ke rumahnya, membuat hati Sisilia merasa lega, akhirnya rumah itu terasa tenang tanpa adanya kehadiran sang ibu mertua yang kejam tersebut.

...---...

Eran yang berada di luar kota, sesekali menelpon ke nomor Sisilia namun tidak pernah sekalipun di angkat. Lalu telepon pada sang bunda. Katanya Sisilia tida mau memegang ponsel dan setiap di tanyakan pada Puan Nandita selalu bilang kalau Sisilia sedang sibuk belajar memasak atau apalah. Tapi Eran percaya saja dengan omongan sang bunda.

Dia saat ini sedang menikmati makan malam dengan para rekannya dan mereka pun menanyakan kapan akan mengajak sang istri untuk berbulan madu. Ini habis menikah langsung kerja dan kerja. Kapan bulan madunya?

“Nanti bila ada waktunya.” Jawabnya Eran sambil menikmati makannya.

“Jangan dibiarkan nganggur istrinya nanti keburu kering dan keburu gak enak.” Tambah yang lainnya.

Eran hanya senyum simpul saja mendengarnya, memang benar. Kalau dia belum melaksanakan bulan madu.

Seusai makan, mereka pun kembali ke kamar hotelnya masing-masing dan Eran pun segera beristirahat agar tidak kesiangan karena besok pagi dia akan pulang.

Waktu terus berputar dan membawa ke sebuah pagi yang cerah dan Eran sudah bersiap untuk pulang ke rumah menemui sang istri yang teramat dia rindukan.

Setelah sekian lama perjalanan, Eran pun tiba di depan Mension. Di sambut oleh sang istri yang tampak pucat namun terkalahkan dengan senyuman yang manis. Eran langsung memeluknya sangat erat.

“Sayang ... aku kangen sama kamu.” suara Eran sambil memeluk tubuh sang istri.

“Aku juga kangen.” Balasnya Lia sambil membalas pelukan tersebut.

“Kau baik-bak saja bukan? selama aku tinggal?” Eran menatap sang istri lalu mengecup keningnya dengan durasi yang lama dan tentunya penuh kehangatan.

“Aku baik kok, sangat baik dan kau tidak perlu khawatir.” Jawabnya Lia sambil menunjukan senyuman nya yang manis dan menunjukan lesum pipinya.

“Eh ... putra Ibu sudah pulang rupanya ... gimana, lancar urusannya di sana?” puan Nandita sambil menyeruak dan memeluk putranya, sehingga menyingkirkan Sisilia yang berdiri dihadapannya Eran.

“Ibu ... apa kabar? Aku sudah pulang nih dan atas doa dari kalian,” balasnya Eran sambil membalas pelukan sang bunda.

“Ibu kangen sama kamu Nak ... oya istri mu itu sangat pandai mengambil hati Ibu sehingga Ibu sangat menyayanginya. Dia pandai memasak dan juga rajin.” Puan Nandita pura-pura dan merangkul bahu Sisilia. “Iya kan sayang?”

Sisilia menatap heran ke arah sang ibu mertuanya yang bermuka dua.

“Jangan sampai kau bilang tentang semuanya pada Eran, kalau tidak mau saya terbang kan kamu ke Negara mu sana.” Bisik geram puan Nandita pada Sisilia tanpa diketahui oleh putranya yang kebetulan sedang sibuk dengan ponselnya.

“I-iya Ibu,” seraya mengangguk.

“Baguslah kalau seperti itu.” Eran mengangguk senang pada kedua bidadarinya itu.

Kemudian mereka pun masuk ke dalam mension, Eran merangkul bahu sang istri berjalan langsung ke kamarnya.

“Mau mandi dulu atau apa dulu?” tawarnya Sisilia.

“Aku mau mandi dulu lah, tolong siapkan buat berendam ya sayang?” pinta Eran sambil membuka dasinya.

Sisilia mengangguk namun sebelum menyiapkan yang Eran minta, dia membantu Eran untuk melepaskan jas dan yang lainnya sehingga hanya menyisakan celana pendek saja.

Sisilia pun menyiapkan buat suaminya berendam yaitu mengisi bathub dengan air dingin dengan sabun cair dan aroma terapinya.

Eran menatap lekat ke arah kamar mandi dimana sang istri berada, rasanya ada yang aneh. Sang istri tampak lebih pucat, apakah dia sakit? pikirnya Pangeran.

“Sayang apa kau sakit?” tanya Eran ketika berpapasan dengan sang istri yang membawakan handuk untuknya.

“Aku tidak apa-apa kok.” Jawabnya Sisilia sambil mengamati dirinya sendiri.

“Ya sudah ... aku mau mandi dulu ya?” Eran mengusap pipinya sang istri, kemudian dia memasuki kamar mandinya.

Saat ini Sisilia sedang berada di dapur menata masakan buat makan malam. Puan Nandita mendekati sang mantu yang tengah menunduk itu sembari sibuk menuangkan air minum ke dalam gelas.

“Apa kau masih ingat dengan peringatan ku?” tanya puan Nandita.

Sisilia mengangkat wajahnya. “Yang Mana Ibu?”

“Kau jangan pura-pura tidak ingat atau memang otak mu terbuat dari udang? Sehingga melupakan pesan ku,” sambungnya puan Nandita.

“Maksud Ibu?” Sisilia kembali bertanya.

“Rrggghhh ... kau itu apa pura-pura bego atau apa sih? kau itu jangan cerita apapun sama Eran. Bila tidak ingin kau ku tendang dari rumah ini, karena bukan simpati yang akan kau dapat dari Eran. Melainkan kebencian! Karena Eran itu sangat menghormati ibunya.” Ujar puan Nandita pelan.

“Kalian ada apa sih bisik-bisik? Main rahasia-rahasia dari aku ya?” sapa Eran pada ibunda dan sang istri ....

...🌼---🌼...

Mohon dukungannya ya. Semoga kabar baik reader ku yang sangat aku sayangi.

Terpopuler

Comments

Ummi Alfa

Ummi Alfa

Berharap banget Eran segera tau kelakuan jahat ibunya ke Lia.
Ndak kebayang hidup sama mertua yang bermuka dua kaya gitu.
Paling ndak suka banget liat orang bermuka dua, pinter akting dan udah pasti semua orang termasuk Eran akan terkecoh dengan sikapnya.
Tetep semangat Thor....

2023-05-01

2

Sur Anastasya

Sur Anastasya

aku pling bnci dgn orang brmuka2 dasar Ema😭😭😭😭

2023-04-06

1

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

bermuka dua......
sedih sekali kalau punya mertua seperti itu🤧😢😢😢

2023-03-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!