Kecapean

Di kamar yang di huni oleh puan Nandita dan suami. Mereka sedang duduk di atas tempat tidur, wanita yang masih tampak awet muda itu menoleh pada sang suami yang sedang memainkan ponselnya.

"Abang, saya tidak suka dan sampai bila-bila pun tidak akan pernah merasa suka, Eran beristri kan gadis kampung itu!" ucap Puan Nandita dengan geram.

Sebenarnya mertua Sisilia, tidak merestui putra nya menikah dengan gadis tersebut! masih banyak gadis yang lebih sepadan dengan putra nya itu. Begitu pendapat orang tuanya Eran.

"Ibu ini kenapa, tidak suka sangat dengan gadis itu?" selidik suaminya tersebut.

"Karena dia tidak sepadan. Eran putra bangsawan dan Sisilia hanya anak yatim piatu bahkan tidak tahu asal usulnya, masa Ayah tidak peka? kalau jelas siapa orang tuanya. Pasti ada kah keluarga atau saudaranya." Sambung puan Nandita.

Suaminya bengong sesaat. "Saya juga tidak suka dengan gadis itu. Namun apa hendak di kata? nasi sudah menjadi bubur!" ungkapnya.

Hening ....

Keesokan paginya.

"Abang, maaf ya, semalam aku kecapean? sehingga tidur ku pulas sekali," ucap Sisilia sambil merapikan tempat tidurnya.

"Tidak apa-apa sayang, aku juga sama kok." Eran menunjukan senyum nya sambil sibuk dengan laptop di pangkuan. Dimana dia duduk di sofa dan Sisilia beres-beres khusus kamar ini saja.

Semalam memang keduanya langsung tidur dengan nyenyak akibat dari kecapean yang menyelimuti tubuh mereka berdua.

Sehingga tidak ada kejadian, atau menikmati yang namanya malam pertama seperti yang seharusnya.

"Aku jadi tidak enak, sama ibu dan ayah juga. Aku dari bandara langsung masuk kamar dan tertidur," ucap Sisilia kembali yang kini mendekati gorden.

"Sudah lah, jangan di pikirkan soal itu. Aku saja sebagai suami mu tidak masalah karena aku pun sama capek nya! he he he ..." seru Eran sambil terkekeh sendiri.

"Apakah hari ini Abang mau ke kantor?" tanya Sisilia sambil mendekati Eran.

"Iya, banyak pekerjaan ku, jadi kita belum bisa berbulan madu. Sorry ya? tapi aku janji lain kali kita akan berbulan madu dan menghabiskan waktu bersama." Eran menggenggam tangan Sisilia di ciumnya dengan sangat mesra.

"Aku tidak menuntut apa-apa, apalagi kalau Abang sibuk. Jangan pikirkan aku lah." Balas Sisilia sambil menunjukan gigi putihnya yang berbaris.

"Kau sungguh wanita yang pengertian. Wanita idaman sangat untuk ku!" Eran memeluk Sisilia dengan erat.

Kemudian mereka pun turun ke lantai dasar untuk sarapan. Keduanya berjalan bergandengan.

Di ruang makan sudah ada ibu mertua yang menatap tajam ke arah Sisilia yang menunjukan wajah yang sumringah.

"Pagi Ibu? ayah mana?" tanya Eran sambil celingukan mencari keberadaan sang ayah.

"Pagi juga Pangeran Ibu, ayah sudah pergi baru saja. Oya Eran ... boleh! kalau Ibu tinggal di sini? Ibu ingin mengajarkan istri mu tuh gimana hidup di kalangan bangsawan seperti kita ini!" ungkap Puan Nandita sambil melirik ke arah Sisilia dengan pandangan sinis.

"Boleh, tentu boleh. Kenapa tidak? ini kan istana Ibu juga." Eran duduk dan sebelumnya menarik kursi buat sang istri.

"Ooh, terima kasih Sayang ..." Puan Nandita sangat senang telah mendapat ijin dari Eran untuk tinggal di Mension tersebut.

Sisilia mengambilkan sarapan buat Eran sepotong roti yang di olesi dengan selai dan segelas air susu murni.

"Sarapan apa ini? hanya ada roti saja. Tidak ada makanan berat nya ya?" gumamnya Sisilia sambil memandangi isi meja.

"Kalau kau ingin sarapan yang berat-berat, tinggal bicara saja sama bibi. Biar dia bikinkan untuk mu sayang." Eran menarik gelas susu nya.

"Oh, iya tentu kau bisa minta apa saja sama bibi dan biar dia yang akan buatkan. Kau ini kan nyonya rumah di sini! jadi tinggal nyuruh saja asisten di rumah ini. Oya, kau belum tau kan gimana luasnya rumah ini dan setiap ruang nya? nanti Ibu yang antar oke!" Puan Nandita menunjukan wajah dan sikap tamahnya pada Sisilia.

"Oh, terimakasih Ibu sebelumnya. Mau mengantar ku untuk melihat-lihat rumah ini! makasih Ibu?" Sisilia menunjukan senyumnya.

Setelah memakan sepotong roti dan segelas susu. Eran berpamitan untuk pergi bekerja.

Sisilia pun mengantar sampai teras saja. "Hati-hati ya abang!"

"Oke sayang, kau juga baik-baik di rumah ya? tidak perlu kau kerjakan pekerjaan rumah ini, karena sudah banyak asisten untuk mengerjakannya." Eran menarik kepala Sisilia di kecupnya mesra.

"Assalamu'alaikum ...."

"Wa'alaikum salam ..." tangan Sisilia melambai ke arah suaminya yang pergi memasuki mobilnya.

Sisilia berdiri di teras sambil melihat kepergian mobil suaminya tersebut yang dikemudikan oleh sang supir.

Selepas Eran tidak ada, Sisilia masuk ke dalam bangunan Mension yang mewah itu. Dan Puan Nandita menghampiri Sisilia.

"Ibu!" gumamnya Sisilia menatap ke arah ibu mertua yang menunjukan perangai wajah yang beda dari sebelumnya.

"Kau jangan merasa senang dulu ya, menikah dengan putra saya. Karena saya tidak suka sama kamu! kau itu anak panti, anak haram yang tidak tau asal dan usulnya. Mana miskin tidak punya apapun, Hem bermimpi bersuamikan putra bangsawan." Puan Nandita menatap tajam ke arah Sisilia yang merasa sangat kaget.

Puan Nandita terang-terangan mengatakan kalau dirinya tidak suka dengan pernikahan Eran dan Sisilia yang dia anggap tidak sepadan.

"Mak-maksud Ibu apa? aku tidak mengerti," selidik Sisilia dengan bibir yang bergetar.

Puan Nandita menyilangkan kedua tangannya di dada. "Kau memang bodoh, sehingga tidak mengerti dengan yang saya bicarakan! kami tidak merestui pernikahan kalian berdua."

Penglihatan Sisilia langsung berkaca-kaca, dadanya terasa sesak. Mendengar perkataan dari sang ibu mertua yang begitu mengiris hati.

"Dan satu lagi. Kalau kau itu jangan bermimpi untuk mempunyai keturunan dari Eran. Kalau kamu sampai hamil juga, jangan harap hidup mu berusia panjang termasuk keturunan mu. Saya bisa bertindak kejam padamu," ungkap Puan Nandita penuh nada ancaman.

Puan Nandita berspekulasi kalau Sisilia masuk ke dalam kehidupan Eran hanya untuk Meraup harta putra nya saja.

Begitu kata puan Nandita dengan nada sinis, penuh ancaman serta tatapan penuh kebencian pada mantunya tersebut. Yang akan selalu terngiang di telinga Sisilia dan akan tersimpan dia dalam memori nya.

Degh.

Sisilia semakin dibuat tertegun mendengar ucapan dari sang ibu mertua seperti itu. Dia tidak menyangka kalau sang ibu mertua akan berucap yang tidak berperasaan.

Bak disambar petir, di tengah teriknya mata hari. Ucapan itu sangat membuat Lia, panggilan dari Sisilia tercengang. Tubuhnya tak bergeming, mematung tak percaya dengan yang telah dia dengar.

Air mata menetes di pipi, ini awal kehidupan rumah tangga nya yang dia jalani bersama Pangeran Rahardian yang ternyata tanpa restu dari sang ibu mertua ....

...🌼---🌼...

Hati siapa yang tak akan hancur, bila kenyataan tidak sesuai ekspetasi.

Terpopuler

Comments

Ummi Alfa

Ummi Alfa

Kasian juga Lia....jelas2 tuh ibu mertuanya menunjukan sikap permusuhan jika di belakang Eran.
Sabar dan ikhkas ya...Lia , yakin suatu saat nanti pasti mata hati ibu mertuamu terbuka melihat ketulusan dan kebaikanmu.
Aku yakin kamu wanita yang kuat karena dari kecil udah biasa sendiri.

2023-04-29

0

Kurniaty

Kurniaty

Sabar Sisilia karna tak selamanya rumah tangga itu berjalan mulus,tinggal kamu menjalaninya bagaimana?
Jangan beritahu kelakuan buruk mertuamu bagaimana denganmu,karna surga suami itu ada pada ibunya.
Sementara kaum perempuan yang sudah menikah itu surganya pada suami,selama suami Masih berprilaku baik jadi jalani dulu rumah tangga itu.
Meski banyak kerikil yang akan menghalangi perjalananmu nantinya.
Sukses thoor & lanjut.

2023-03-21

1

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

penderitaan demi penderitaan akan di mulai ....😢😢😢😢😢😢😢😢😢😢😢😢 semoga kelak akan bahagia🤲🤲🤲🤲🤲

2023-03-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!