Pingsan

Sisilia terus menggedor pintu dan memanggil-manggil Puan Nandita. "Ibu Ibu tolong keluarkan aku jangan kurung aku di sini, Bu aku pengen keluar!" pekiknya Sisilia dari balik pintu tersebut.

Namun tidak ada satupun. Sahutan dari ibu mertua maupun asisten lain, apalagi bukakan pintu.

Sisilia dengan wajah yang basah, banjir dengan air mata mengedarkan pandangannya ke ruangan tempat dia berpijak saat ini, itu merupakan gudang menyimpan barang-barang yang sudah tidak terpakai.

"Ya ampun ... gini amat sih nasib aku? kenapa aku malah bertemu mertua yang seperti itu? kejam banget padahal kalau nggak merestui, ya nggak merestui aja. Nggak usah kayak gini juga." monolog Sisilia dalam hati.

Pandangan terus menyisir tempat tersebut lalu dia mengambil kursi yang ada di tumpukan barang-barang lain, yang akan dia gunakan untuk duduk.

Sesaat Sisilia terdiam sembari menikah air matanya. "Mau sampai kapan aku di sini?"

Sisilia kembali mendekati pintu dan menggedor nya. "Tolong ... tolong buka pintunya? bibi ... ibu ... tolong buka pintunya? aku pengen keluar!"

Beberapa asisten yang mendengar suara Sisilia hanya bisa saling bertukar pandangan tanpa berbuat apa-apa, karena dia merasa takut dengan Puan Nandita. Jikalau mereka menolong Sisilia, mereka akan dipecat. Padahal wanita itu bukanlah majikannya tapi mereka Ibu dari majikan, yang tentunya sang majikan akan mendengarkan kata-kata dari wanita tersebut.

"Gimana ini? kasihan dia disekap di gudang dan Sudah hampir 1 jam masa mau dibiarkan terus?" kata bibi yang bernama Rika.

"Gimana lagi? kalau kita menolongnya, nanti kita juga yang kehilangan pekerjaan! sementara aku butuh banget pekerjaan ini, banyak pekerjaan! tapi nggak mudah untuk kita mendapatkannya. Karena kembali dengan kata tergantung rezeki," timpalnya Lita sesama asisten.

"Iya, memang benar itu. Pekerjaan banyak tapi tidak mudah untuk kita mendapatkannya. Walaupun kita merasa kasihan sama istrinya tuan. Tapi gimana lagi!" keluarnya Rika.

"Kalian sedang apa di sana? kalian bukannya kerja malah ngobrol, tuh di sana belum disapukan belum di pel juga, ngerumpi kalian semua." Dengan tiba-tiba suara Puan Nandita. Mengganggu pendengaran dua asisten yang berada di sana.

Keduanya menunduk lalu mengangguk dan kembali dengan pekerjaannya masing-masing.

"Hem. Bagus! mereka takut dengan omonganku kalau tidak ... lihat saja, akan ku keluarkan dia dari rumah ini, sekalipun bukan aku yang menggaji mereka, tapi aku punya wewenang. Apalagi saat Eran sedang tidak ada!" gumamnya Puan Nandita.

"Don't mess with me." Lalu sorot mata Puan Nandita mengarah pada pintu gudang yang terdengar digedor oleh Sisilia.

"Bibi, Ibu! tolong bukain pintunya? Aku mau keluar, aku tidak mau dikurung di sini, ibu! buka pintunya?" teriak Sisilia dari balik pintu gudang yang berada di lantai bawah itu.

Kemudian Puan Nandita berlalu entah ke mana, tidak peduli dengan suara Sisilia yang terus memanggilnya meminta tolong bukakan pintu.

Waktu terus berputar hingga pagi berganti sore. Sisilia duduk bersandar pada dinding sambil memeluk lututnya, dia merasa kehausan, kelaparan karena dia memang belum makan.

Pagi tadi pun dia tidak sempat sarapan karena dia tidak terbiasa sarapan roti, tadinya dia mau masak sendiri sesuai selera di lidahnya.

"Ya Allah ... aku haus dan lapar. Sekarang ini aku belum dapat asupan apa-apa, sementara aku tidak berpuasa." Gumamnya Sisilia sambil menelan saliva nya kembali.

Terlihat dari jendela kalau suasana di luar hampir gelap yang menandakan bahwa malam akan menggantikan siang.

Sisilia kembali berdiri mendekati pintu. Ditarik-tarik saja rindu itu terkunci dari luar.

"Tolong ... tolong bukakan pintunya, aku haus dan lapar. Bibi ... tolong bukain pintunya, Ibu bukakan pintunya Ibu!" Sisilia terus memekik dan menggedor pintu.

"Hik-hik-hik ... Ibu tolong bukain pintunya, Bu ... Aku lapar, haus!" tubuh Sisilia merosot ke lantai, memunggungi daun pintu bersandar di sana.

Lita dan Rika saling melempar pandangan bukan mereka nggak kasihan sama Sisilia.

"Awas ya kalian, kalau sampai bukakan pintu. Sekalipun kasih makan kasih minum, kalian akan saya pecat dengan alasan apapun." suara Puan Nandita yang terdengar geram.

"Tapi Nyonya besar, kasihan seharian nyonya Sisilia belum makan dan sama sekali juga nggak ada minum!" kata Lita pada puan Nandita.

"Saya tidak peduli itu. Kalau dia nggak akan mati kelaparan. Lagian baru hari ini dia nggak makan, bukan sudah seminggu yang lalu jadi dia pasti masih kuat! kalian jangan sok-sokan peduli sama dia. Dengar saja kata-kataku. kalian siap-siap saja kehilangan kerjaan!" wanita itu memekik yang di tahan dengan mata yang melotot sempurna.

Kedua asisten itu saling lirik. Keduanya menunduk sambil menatap makanan di meja.

Tuan Amirudin pun pulang, dan langsung ke meja makan di mana sang istri berada.

"Kok sepi pada ke mana?" katanya Tuan Amirudin sambil duduk di sebelah sang istri.

"Eran mendadak ada urusan kerja ke luar kota mungkin satu minggu lamanya di sana!" punya suami istri sambil menyiapkan makan untuk sang suami.

"Istrinya ke mana?" Amirudin sambil menarik piring untuknya.

"Sudah, nggak usah dipikirkan! ada tidak ada, dia itu sama saja. Lagian buat apa? kalau dia hanya akan rongrong harta putra kita saja." Jawabnya sambil menyuap.

"Aduh, aku merasa kasihan sama Sisilia, baru saja datang ke kota ini tapi sudah mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dari mertuanya!" bisik Lita kepada Rika.

"Terus, kita harus gimana? tidak bisa buat apa-apa untuk menolongnya. Kalau pekerjaan kita mau aman!" jawabnya Rika dengan suara pelan.

Puan Nandita melirik ke arah dua asisten yang berdiri tidak berjauhan, ada juga beberapa asisten yang merangkap pengurus taman dan juga sopir sedang makan di meja lain.

Sementara Sisilia yang duduk dengan kaki selonjoran, memegangi perutnya yang melilit karena lapar dan tenggorokannya pun begitu terasa sangat kering.

"Aku lapar dan haus, adakah orang yang baik dan memberiku minum dan makan," gumamnya sambil menatap langit-langit.

Rasanya menggedor pintu pun percuma tidak ada yang mendengar ataupun membukanya, yang ada hanya buang-buang energi dan suaranya saja.

Sisilia hanya bisa menunggu daun pintu terbuka dan membiarkannya keluar dari tempat tersebut.

Namun waktu demi waktu tetap saja pintu itu tidak menggeser sedikitpun, hingga akhirnya Sisilia ketiduran sambil terduduk dalam keadaan haus dan lapar.

Setelah sekitar dua hari, Puan Nandita membuka pintu gudang tersebut dan mendapati Sisilia pingsan. Akhirnya dia bawa ke hospital terdekat. Bukan karena takut Sisilia kenapa-napa, melainkan dia belum puas membuat hidup gadis itu menderita.

Puan Nandita menyuruh Lita untuk menemani Sisilia selama di rumah sakit.

Puan Nandita menunjuk ke arah hidung Lita. "Kau harus menjaga dia dan ... kau harus tutup mulut atas penyebab dia pingsan! mengerti?"

Lita mengangguk, lalu melihat ke arah Sisilia yang terbaring lemah di atas brangkar rumah sakit.

"Mengerti tidak? jangan bicara apapun!" pekik Puan Nandita yang tertahan takut di dengar orang lain.

Dengan cepat Lita mengangguk kembali ....

...🌼---🌼...

Like komen dan lainnya. Semoga suka dan makasih.

Terpopuler

Comments

Ummi Alfa

Ummi Alfa

Parah.....koq ada ya, mertua sekeji itu, udah pingsan di bawa ke rumah sakit pun bukan karena rasa kasian i tapi karena ingin menyiksanya lagi.
Harusnya pelayannya ada yang berani ngadu ke pangeran biar ketauan tuh kelakuan busuk ibunya.
Tetep semangat Thor.....

2023-05-01

0

Sur Anastasya

Sur Anastasya

trlalu kejam tdkh salhsatudri pmbantuy dibikin LBH berani agar sang pangeran tau klkuan sang ibu 😂😂😂😂

2023-04-06

0

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

😢😢😢😢😢😢😢😢😢.....
kejam kali mak mertua.... apakah hati nuraninya dah binasa🤧🤧🤧

2023-03-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!