"Apa salah ku, Bu? sehingga Ibu membenci ku?" suara Sisilia bergetar serta menatap nanar wanita berpenampilan elegan tersebut.
"Saya tidak suka, karena kamu bukan keturunan bangsawan seperti putra saya, dan kamu hanya menginginkan hartanya saja kan?" sergah Puan Nandita.
"Tidak! itu tidak benar, aku menyayanginya." Elak Sisilia sambil mengusap air mata di pipi nya itu.
"Hah. Penjara penuh bila semua penjahat mau mengakui kesalahannya. Saya punya calon yang sepadan dengan putra ku, dia cantik dan keturunan keluarga bangsawan, tidak seperti dirimu yang tidak tahu asal-usul mu itu. Kau harus hengkang dari kehidupan putra ku! karena dia akan ku jodohkan dengan wanita lain!" Ungkap Puan Nandita kembali yang tajam mengoyak hati.
"Ibu, jangan pisahkan aku dengan suami ku! di sini aku tidak punya siapa-siapa selain dia. Aku mohon padamu Bu ... aku rela tidak mempunyai keturunan. Asal kau tidak pisahkan kami berdua!" Sisilia memohon sembari menyatukan kedua tangannya di dada.
Puan Nandita mendelik kan manik matanya sambil meninggalkan Sisilia yang berlutut di lantai. Namun detik kemudian dia kembali dengan senyuman licik di bibirnya.
"Kau harus bereskan kamar ku sampai bersih!" titahnya sambil berdiri menatap ke arah Sisilia yang kini sudah berdiri.
"Aku?" Sisilia menunjuk hidung nya sendiri.
"Iya, Kamu. Emang di sini ada siapa lagi ha?" Puan Nandita Nandita celingukan ke sekitaran dirinya.
"Tapi, aku tidak tahu kamar Ibu!" akunya Sisilia.
"Bodoh ... kau ikut aku?" Puan Nandita memutar badan lalu berjalan yang di susul oleh Sisilia.
Sisilia mematung melihat kamar yang berantakan dan Puan Nandita menyuruh Sisilia memasukan pakaiannya yang dari dalam koper ke lemari.
Walau tampak bingung. Sisilia tak ayal mengerjakannya satu persatu. Mulai dari tempat tidur yang berantakan, pakaian kotor berceceran termasuk pakaian dalam.
Seharian ini. Sisilia sibuk dengan pekerjaan rumah yang ada saja Puan Nandita perintahkan, sepertinya dia tidak betah bila melihat Sisilia bersantai ria. bahkan Sisilia pun tidak sempat untuk makan.
"Sayang! kau tampak capek sekali," sapa Eran sambil berjalan mendekati sang istri yang sedang menutup jendela besar di kamarnya itu.
"Oh, iya. Aku seharian keliling melihat-lihat suasana Mension ini yang ternyata lebih luas dari yang aku kira." Akunya Sisilia berbohong. Padahal boro-boro yang ada dia sibuk melayani mertuanya, bak pembantu rumah tangga saja.
"Sama ibu kah?" tanya sang suami sambil membuka jam yang melingkar di tangannya.
"Em, iya. Sama Ibu, dia sangat baik pada ku!" Sisilia membantu Eran membuka kemejanya yang akan dia masukan ke keranjang cucian.
"Baguslah. Kalau begitu sayang!" Eran mendekat dan memeluk sang istri, lantas ia kecup keningnya dengan mesra.
Sesaat kemudian, Sisilia menyiapkan air untuk Eran berendam di bathub.
Lanjut menyiapkan pakaiannya yang dia siapkan di atas tempat tidur. Setelah Eran selesai mandi, barulah dia sendiri yang berendam. Rasanya lelah dan capek, bukan cuma di badan saja tapi juga hati dan pikiran karena ulah sang ibu mertua.
Malam berlalu begitu saja di antara Eran dan Sisilia. Gadis itu tidur lebih cepat.
Keesokan harinya, Eran pun sudah pergi ke kantor. Sang ibu mertua memanggilnya dan menyuruh Sisilia untuk membuatkan makanan Negeri sana, yang sama sekali Sisilia tidak tau bahan maupun rasanya.
"Tapi, Bu ... aku gak tahu caranya, bahannya juga!" ucap Sisilia.
"Kamu jangan bodoh, semua bahan ada di dapur." Bentak Puan Nandita
Sisilia tidak bisa membantah, dengan segala sergahan dari sang ibu mertua.
Gadis itu berjalan menuju dapur dengan rasa bingung. Namun menyimpan harapan untuk bertanya kepada bibi saja.
Namun apa yang terjadi, belum juga Sisilia meminta tolong. Sang ibu mertua sudah berteriak agar bibi tidak membantu Sisilia dan cukup memberi catatan saja.
"Jangan ada yang membantu! beri dia catatan saja," sergah Puan Nandita pada para asisten.
Sisilia melongo, dibarengi rasa bingung yang tidak terhingga karena karena praktek tidak selalu sesuai dengan teori.
"Oke, aku harus memasaknya sendiri tanpa bantuan bibi, padahal aku tidak mengerti sama sekali." Gumamnya dalam hati sambil mendekati lemari pendingin dan mencari bahan-bahan di sana.
Sisilia berusaha memasak dengan panduan yang ada! tanpa bisa bertanya pada siapa pun. Bahkan harus mencari dulu bahan yang tidak ada di dapur dan harus mencarinya di swalayan terdekat.
Setelah sekian waktu berkutat dengan peralatan dapur, akhirnya masakan sang ibu mertua siap juga. Sisilia tersenyum lalu menghidangkan nya di hadapan ibu mertua yang sudah menunggu dengan tatapan yang tidak bersahabat.
"Ibu, ini masakannya sudah siap!" Sisilia mesem-mesem sambil berdiri tidak jauh dari Puan Nandita.
"Jangan senyum-senyum, kau pikir hati saya akan luluh dengan senyuman mu itu? dan perasaan kau, pandai begitu! no. No-no." Jelas Puan Nandita seraya mendelikkan matanya yang tajam seperti Tatapan elang.
Kemudian, Puan Nandita menatap geli, baru melihat penampilannya saja, lalu mengambil sendok dan mencicipi nya.
Sisilia berharap kalau masakan yang dia masak itu rasanya pas. Namun apa yang terjadi.
Brakkk ....
Prakkk ....
Puan Nandita menggebrak meja dan melempar makanan ke lantai sehingga piring nya pecah berkeping, dan isinya buyar berantakan mengotori lantai.
Dengan refleks Sisilia menutupi telinganya dan memejamkan kedua manik mata, shock dengan perlakuan sang ibu mertua.
"Makanan apa ini ha? ini dikasi binatang pun belum tentu nak suka. Apalagi manusia seperti saya, apa sih ... yang harus putra saya banggakan dari kamu ha?" tangan Puan Nandita mencengkram dagu Sisilia dengan sangat geram.
Jelas Sisilia ketakutan dan lantas meminta maaf, karena dia baru pertama kali dan tidak tahu apa-apa tentang masakan Negara sana.
"Ma-maaf? Ibu. Aku tidak tahu ma-masakan itu rasanya seperti apa, biarpun sudah ku cicipi." Suara Sisilia terbata-bata. Dan air matanya pun berjatuhan.
Tapi justru kata maaf dari Sisilia semakin membuat sang ibu mertua murka, Dia semakin mencaci dan menghina. "Dasar bodoh, otak udang. Gadis kampung! sudah miskin, tidak tahu diri. Apa yang kau bisa ha? cuma melayani suami mu di ranjang ha ... itu saja yang kau bisa?"
"Ma-maaf Ibu? yang jelas aku sudah berusaha. Membuatkan seperti yang Ibu mau." Sisilia semakin ketakutan dengan roman wajah garang nya Puan Nandita.
"Enak saja kau minta maaf, Kau pikir membeli bahan-bahan masakan itu tidak pakai duit ha?" sergah Puan Nandita semakin meluap-luap amarahnya.
Sisilia di seret ke sebuah ruangan yang ada di bawah, yang merupakan sebuah gudang kecil. Gadis itu di sekap di sana. Kebetulan, Eran ada acara di luar kota dalam jangka waktu seminggu ini.
"Jangan ada yang buka dan jangan ada yang memberinya makanan atau minuman, kalau ada yang mengeluarkan atau membantunya. Saya akan keluarkan kalian dari rumah ini dengan tuduhan yang akan memberatkan kalian." Hardik Puan Nandita dengan tatapan tajam ke arah para asisten yang merasa kasihan pada Sisilia.
"Mengerti gak kalian?" bentak Puan Nandita kembali.
Mereka semua mengangguk lalu menunduk dalam, tidak ada yang berani membantah wanita yang sok berkuasa di saat Eran tidak ada ....
...🌼---🌼...
Mampukah Sisilia melewati ini semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Ya Allah.....bener2 manusia yang satu ini ndak punya hati!
Dampak segitunya saking dia benci sama Lia hanya karena berasal dari keluarga biasa aja tidak sepadan dengannya.
Semoga aja kelakuannya ketauan sama Eran secepatnya.
Tetep semangat Thor.....
2023-05-01
1
Sur Anastasya
dasar mertua kejam tor jgnlh dibuat trlalu bdh Sisilia x dan bikin sang pngeranx tau tentang prbuatn sang ibu😂😂😂😂
2023-04-06
1
Maulana ya_Rohman
ibunya Eran gak punya hati.....😢
2023-03-28
1