Suasana penggabungan antara tradisional dan modern sangat kental di restoran mewah itu. Deretan interior dan hiasan yang terpajang bernuansa antik khas Indonesia, namun fasilitas dan peralatan makan yang digunakan begitu modern.
Mecca memperhatikan setiap sudut ruang restoran dengan kagum, sedangkan Fadhil melakukan reservasi untuk dua orang yang disambut hangat oleh pramusajinya.
Tanpa berlama-lama pramusaji mengantarkan keduanya ke meja makan yang menghadap arah laut. Keduanya pun segera menempati meja tersebut dan melakukan pemesanan.
“Kamu mau pesan apa Mec?”
“Banyak banget menunya mas, aku masih bingung. Kalau mas mau pesan apa?”
“Aku pesan nasi ayam bakar sambal matah sama mineral biasa.” Jawabnya dan diikuti pencatatan oleh pramusaji di samping mejanya.
“Hmmm... Kalau begitu, aku pesan ini saja deh, nasi campur bali dan orange juice.” Pesannya sembari menutup buku menu.
“Saya ulangi pesanannya, 1 nasi ayam bakar sambal matah, 1 nasi campur bali, dan minumannya 1 air mineral, 1 orange juice.” Ulang pramusaji membacakan catatan pesanan Mecca dan Fadhil diikuti anggukan keduanya serta pamit mundur pramusaji tersebut.
“Kirain mas akan pesan cordon bleu, steak, atau makanan semacamnya. Ternyata selera dalam negeri.” Sindirnya usil.
“Aku kan cinta negeriku.”
“Kalau sama aku cinta enggak?”
“Kalau pura-pura ya harus cinta.”
“Iya deh pura-pura.” Lalu diikuti tawa keduanya.
“Sebenarnya aku termasuk sangat sulit didekati wanita. Mungkin saling sapa hanya sekedar ramah tamah saja, tapi kalau sampai membuka diri sepertinya sampai detik ini belum ada wanita yang bisa. Tapi entah kenapa sama kamu rasanya sangat nyaman. Mungkin karena kamu juga pandai beradaptasi.”
“Pandai beradaptasi belum tentu bisa mendapatkan hati seseorang dengan mudahkan? Berarti mas merasa klop denganku. Apa kita resmikan saja hubungan ini dengan serius?” tanyanya dengan ekspresi berharap yang dibuat-buat.
“Aku sih mau saja, tapi aku takut dosa kalau sampai membuatmu melanggar janji dengan ayahmu.” Jawabnya dengan ekspresi sedih yang tak kalah dibuat-buat.
“Mas bisa rugi kalau menyia-nyiakan kesempatan emas seperti ini, mungkin tidak ada lain kali lagi loh.” Godanya dengan mengibas rambut lurusnya.
“No... No... No... lebih baik aku relakan dari pada rasa bersalah terus menghantuiku.” Jawabnya menyunggingkan senyum menggoda diikuti dengan gerakan jari telunjuk ke kanan dan kiri sebagai tanda penolakan.
“Mas harus tahu, perempuan secantik aku berjuta pria yang mengejar. Jika kesempatan ini tidak mas ambil, di belakang sudah banyak yang antri ingin menggantikan. Jangan sampai menyesal!” ujarnya berlebihan.
“Aku tampan, mapan, sukses, dan dermawan. Aku yakin wanita yang mengantri untukku bisa milyaran.” Balasnya tak kalah berlebihan.
“Hmmm... Kalau kita pasangan sesungguhnya pasti julukan kita pasangan narsis.” Celetuknya mengangkat kedua bahu dan diikuti gelak tawa keduanya.
Saat senda gurau keduanya berlangsung, tiba-tiba kehadiran seseorang yang mendekat dan menyapa membuyarkan tawa mereka.
“Fadhil kan?” tanyanya memastikan.
Fadhil membalikkan tubuhnya untuk melihat pemilik suara tersebut. Seorang wanita cantik dengan tubuh langsing tinggi bak model tersenyum manis padanya.
“Karina?” ucapnya lirih sembari berdiri dari posisi duduknya dan meraih tubuh Mecca untuk bersanding di sisinya.
Karina yang melihat kejadian itu sedikit menahan rasa kesalnya.
“Tadi Mama kamu telepon aku, katanya kamu tidak bisa makan siang denganku karena ada pekerjaan penting, jadi ini pekerjaanmu itu?” tanyanya dengan senyum sinis.
“Bertemu kekasihku memang salah satu pekerjaan pentingku.” Jawabnya tenang sembari menurunkan tangan kirinya yang berada di bahu Mecca ke arah pinggang ramping gadis itu.
Sentuhan lembut Fadhil di permukaan blousenya saat menurunkan tangan sontak membuat Mecca terkejut dan merasa kegelian, namun ia tetap berusaha terlihat senatural mungkin. Hal ini dikarenakan Mecca tidak pernah melakukan skinship berlebih pada lawan jenisnya, batas saling sentuh yang pernah ia lakukan adalah saling berjabat tangan dengan sekilas.
Saat percakapan itu terjadi ada sosok baru yang menghampiri mereka, dari kejauhan Mecca merasa tidak asing dengan pria tersebut. Saat pria itu telah mendekat dan berada tepat di hadapannya, Mecca pun dengan spontan menyebut nama pria tersebut bebarengan dengan pria itu yang juga menyebut namanya.
“Mecca?”
“Kak Egy?” ucapnya secara bersamaan.
“Kamu kenal dengan dia Gy?” tanya Karina penasaran.
“Mecca ini juniorku di kampus kak.” Ujarnya dengan tersenyum.
“Dan gadis ini kekasihku.” Ucap Fadhil menegaskan dengan raut wajah tak suka. Mecca hanya menatap Fadhil dengan wajah heran atas pernyataan pria itu.
“Oh iya Dhil, ini Egy Adik kembarku. Egy ini Fadhil calon suami yang akan dijodohkan dengan kakak.” Jelasnya diikuti tatapan mengintimidasi pada Mecca.
“Maafkan aku Rin, dari awal aku sudah menolak perjodohan ini.” Ujarnya menunjukkan ekspresi lega.
Dan saat percakapan itu berlangsung, pelayan tiba-tiba datang membawa makanan serta minuman pesanan Fadhil dan Mecca, kemudian meletakkannya dengan rapi di meja makan.
“Sayang, kamu laparkan? Ayo duduk, kita makan sekarang ya.” Ucapnya lembut penuh cinta.
Fadhil menarik kursi Mecca dan mengarahkannya untuk duduk perlahan, ia juga membuka serbet putih polos pada sisi meja dan meletakkannya di pangkuan Mecca dengan hati-hati. Kemudian dia pun ikut duduk berhadapan dengan Mecca dan mulai makan tanpa permisi kepada Karina dan Egy yang masih berdiri memperhatikan mereka berdua.
Dengan kesal Karina melangkah pergi diikuti Egy menuju meja makan yang berada agak jauh dari meja Fadhil namun masih dapat memantau keberadaan Fadhil dan Mecca.
Di meja itu, Karina duduk membelakangi Fadhil sedangkan Egy dapat melihat Mecca dengan jelas.
***
“Kenapa menatap ke arah gadis itu terus? Kamu suka sama dia?” tanya Karina menyelidik.
“Iya kak, aku sudah suka dia cukup lama. Aku kenal dia saat universitas mengundangku di suatu acara sebagai pembicara dari perwakilan mahasiswa senior. Saat itu aku sudah di semester akhir, sedangkan Mecca sebagai mahasiswa baru. Sejak aku melihatnya aku selalu berusaha mendekatinya, tapi dia sangat sulit ditaklukan. Tidak ku sangka dia sudah punya kekasih.” Ucapnya sendu.
“Kamu dekati lagi saja dia, kamu tahukan Fadhil akan jadi calon suamiku kelak.”
“Tapi tadi pria itu sudah menolak kakak mentah-mentah begitu.” Ucapnya penuh amarah.
“Tenang saja, perjodohan ini akan tetap berlangsung. Karena jika kakak dan dia menikah ini akan menguntungkan bagi kedua keluarga. Jadi lebih baik kau jaga gadis itu, jangan sampai dia patah hati nantinya.” Jelasnya dengan percaya diri.
“Entahlah kak, aku tidak dapat memaksa hati seseorang. Sampai detik ini saja Mecca tidak pernah menanggapi perasaanku.” Menunjukkan raut wajah sedih bercampur kekecewaan.
“Tapi menurutku dia memiliki ketertarikan juga denganmu. Aku bisa melihat dari tatapannya padamu tadi.”
“Mungkin kakak salah menilai.” Sahutnya pasrah.
“Cobalah lebih keras dan sadarkan gadis itu bahwa kekasihnya akan menikahi wanita lain.” Hasutnya secara lembut.
Tanpa menjawab saran kakaknya, Egy hanya menatap ke arah Mecca yang kini berada di pelukan lelaki lain dengan nanar.
.
.
.
Happy Reading and Enjoy 🤩
Jangan lupa klik favorit, like, komentar, vote, dan rate 5 ⭐ ya agar Author makin semangat dalam berkarya. Untuk mengetahui cara vote, silahkan para readers mampir pada halaman ATTENTION ya.
Jangan jadi penikmat dan silent readers, tunjukkan diri dengan like ya!
Terima Kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Priska Anita
Nyicil lagi ya thor 💜
2020-08-10
1
Maisa leta
Like like like 😊...
Semangat terus kakak author ✊
Salam dari Tulang Rusuk Dan Tulang Punggung 😊
2020-07-23
1
raisaa.tana
hi thor!
saya udh mampir bawa boom like nih. mampir jg yuk ke novel saya,bisa dicek di profil saya ya!
ayo saling dukung!
2020-07-12
1