Chapter 2. Perdebatan

Author PoV (Fadhil)

Sosok tegap terpantul pada standing mirror di hadapannya, pria itu menyebut sebuah nama yang tak lain adalah dirinya sendiri. “Adzan Fadhillah Permana, hanya satu kata untukmu, perfect!” ujarnya sambil mengerlingkan sebelah mata sembari membentuk jarinya menyerupai huruf L di bawah dagu.

Ia merapikan setelan jas hitam yang dikenakannya dipadu dengan kemeja putih dan dasi berwarna hitam-putih bergaris. Ia mengagumi tiap inci yang terpantul pada cermin. Sama halnya seperti ritual rutin, pujian demi pujian selalu diucapnya dengan narsis, hingga suara ketukan pintu menyudahi kegiatannya tersebut.

Tok... Tok... Tok...

“Mas Fadhil, sarapannya sudah siap dan sudah ditunggu bapak juga ibu di bawah.” Ucapnya lembut sembari mengetuk pintu kamar tuannya.

“Iya Bi Mina, saya sudah mau turun. Terima kasih.” Sahutnya sedikit menaikkan volume suara.

Kemudian ia mengambil ponsel yang berada di bibir ranjang, mengotak-ngatik sejenak, dan beralih pada fitur kamera, ia menunjukkan berbagai macam ekspresi untuk mengabadikan ketampanan yang dimilikinya.

Setelah puas dengan hasil jepretan yang memakan sedikit waktu tersebut, Fadhil kemudian keluar dari pintu kamarnya dan mulai menuruni beberapa anak tangga yang terletak tepat di seberang kamarnya sambil menyenandungkan alunan musik indah melalui siulan lembutnya.

Di meja makan telah terhidang berbagai jenis makanan hangat khas sarapan pagi. Entah karena tidak terlalu lapar atau karena ingin segera berangkat bekerja, Fadhil hanya mengambil selembar roti tawar tanpa olesan selai apapun, dan hendak berbalik pergi, namun teguran seseorang menghentikan tindakannya tersebut.

“Hei... Hei... Mau kemana? Ayo duduk dulu, jangan hanya sarapan roti, mama sudah siapkan bubur ayam kesukaan kamu.” Tegurnya sembari meletakkan satu mangkuk bubur ayam hangat tepat di hadapan Fadhil.

“Fadhil buru-buru ma, ada yang harus dikerjakan segera di kantor.” Alasannya sekena mungkin.

“Kamu jangan banyak alasan, papa tahu kamu menghindari papakan?! Pokoknya papa tidak mau tahu, hari ini kamu harus pergi makan siang dengan Karina.” Tegasnya menekan disetiap ucapannya.

“Pa, stop please! dari semalam masih ini saja yang papa bahas. Pokoknya Fadhil tidak mau dijodoh-jodohkan.” Ujarnya memberikan tatapan tajam.

“Karina itu wanita yang cantik, pandai, dan dari keluarga hebat. Mereka sangat cocok bersanding dengan keluarga kita.” Jelasnya tak kalah tajam.

“Kalau begitu papa saja yang menikahinya.” Sungutnya spontan.

“Dasar anak kurang ajar! Di mana kesopananmu terhadap orang tua!” marahnya meledak.

“Dari kecil papa sudah mengatur hidup Fadhil semau papa, sampai Fadhil merasakan hidup bagai warna hitam dan putih saja pa. Jadi tolonglah pa, untuk urusan hati papa jangan ikut campur!” tegasnya dengan nada mengancam.

“Kamu ini...” belum tuntas ucapnya yang menunjukkan kemarahan, seseorang telah memotongnya.

“Pa, sudah!” hentinya dengan menggenggam tangan suaminya.

”Fadhil, kamu sudah 28 tahun saat ini, sudah waktunya kamu memikirkan untuk berumah tangga nak, coba saja dulu temui Karina, mungkin kalian cocok.” Sarannya dengan senyum hangat.

“Maaf ma, Fadhil tidak mau, sudah ada orang lain yang Fadhil cintai.” Tolaknya tegas sambil melemparkan tatapan tajam kepada Papanya.

“Rani itu? Tidak usah mimpi! Papa tidak akan pernah menerimanya sebagai menantu. Wanita macam apa yang kerjanya memamerkan tubuh seperti itu.” Ancamnya tegas tak mau kalah.

“Hal ini tidak ada hubungan dengannya pa, jadi please papa stop menyebut namanya atau menariknya dalam setiap amarah papa.” Jawabnya sedikit kesal.

“Ma, nasehati anak keras kepala ini supaya dia bisa diajak bicara orang tua secara baik-baik.” Pintanya kepada istrinya.

“Papa dan Fadhil itu sama-sama keras kepalanya. Tapi kalian berdua tidak ada yang sadar. Selalu bikin mama pusing tujuh keliling.” Ujarnya menghela nafas panjang.

“Kalau begitu Fadhil pergi dulu ma, assalamualaikum.” Pamitnya sambil melangkah pergi.

“Tuh lihat pa! Anak kita sampai tidak menyentuh satu suap pun bubur ayamnya. Mama kan sudah bilang, jangan bahas hal itu saat di meja makan, tapi papa tetap saja bahas. Kasihan anak kita, sampai tidak sarapan begitu.” Ucapnya penuh kecewa.

“Dasar anak itu. Lagipula Fadhil sudah besar ma, dia bisa mengurus dirinya sendiri.” Menahan amarah yang masih terkendali.

“Kalau Fadhil bisa mengurus dirinya sendiri, papa tidak usah repot-repot menjodoh-jodohkannya.” Sahutnya ketus.

Pak Permana terdiam sesaat berusaha mencari-cari alasan yang dapat membenarkan perbuatannya.

“Kita sebagai orang tua harus mengarahkan anak kita ma, termasuk mencarikan jodoh yang tepat.”

“Tepat untuk siapa? untuk Fadhil atau untuk papa?” tanyanya menegaskan.

Setelah beberapa saat perdebatan itu terjadi, akhirnya Bu Alisa memilih mengalah pada Pak Permana, merasa lelah menghadapi keras kepala suaminya, ia pun memilih diam. Sampai akhirnya suara Pak Permana membuyarkan keheningan di antara keduanya.

“Ma, ayo ikut papa ke kantor. Pokoknya hari ini kita harus bisa membujuk atau memaksa anak keras kepala itu.” Ajaknya dengan tatapan kesal tanpa ingin dibantah.

Dengan berat hati Bu Alisa hanya bisa menuruti kemauan suaminya tersebut, sebenarnya dia merasa malas untuk ikut dengan suaminya, karena dia tahu pasti bahwa perdebatan ini akan kembali berlanjut, namun jika dia tidak mengikuti suaminya, ia khawatir bila hubungan suami dan anaknya menjadi semakin merenggang.

Sepanjang perjalanan hingga sesampainya di gedung perusahaan yang megah dan terkesan modern itu, Fadhil menahan rasa kesalnya yang memuncak, ia hanya ingin segera sampai ke ruangan kerjanya dan sedikit mengistirahatkan kepalanya yang telah terasa panas sejak tadi.

Image Fadhil di mata orang lain merupakan sosok yang tegas, ramah, dan perhatian. Namun hari ini, keramahannya tak nampak satu kalipun. Sapaan demi sapaan yang dilontarkan para karyawan tak pernah dibalasnya, bahkan kehadiran sosok baru di meja kerja sekretarisnya pun tak terlihat olehnya.

Fadhil membuka pintu ruangannya dengan segera dan melonggarkan dasi yang terasa mencekiknya itu, lalu menghempaskan diri pada sofa besar berwarna hitam tersebut.

“Faiz, tolong kau minta Nindy mundurkan satu jam lagi rapat hari ini, aku ingin istirahat sebentar.” Ia berkata dengan mata yang ditutup oleh siku kanannya.

“Baik bos.” Jawabnya singkat dan berlalu hendak keluar ruangan. Namun belum tangannya mencapai handle, pintu telah terbuka dengan kencang.

Keterkejutan Fadhil membuatnya melotot dan terperanjat. Ia memandang sosok yang telah berada di ambang pintu ruangannya tersebut.

“Oh my God, papa masih belum puas?” Ucapnya tak percaya.

Ruangan itu kini kembali memanas, perdebatan terus terjadi secara berulang, hingga ketukan pintu terdengar.

Tok… Tok… Tok…

“Masuk!” Perintah Fadhil spontan.

Ada sosok baru yang tak pernah dilihat sebelumnya. Disana ada seorang gadis muda dan sekretarisnya yang menampakkan ekspresi terkejut.

Sesaat Fadhil terdiam seakan otaknya berusaha berpikir cepat, entah hal gila apa yang dipikirkan oleh Fadhil saat itu, ia berjalan ke arah gadis yang mematung tersebut dan menarik tangannya mendekati kedua orang tuanya.

Ia berucap satu kalimat tanpa ragu yang membuat semua orang terpana. “Aku cinta dia dan hanya dia yang ingin aku nikahi.” Tegasnya dengan mantap.

Terpopuler

Comments

Priska Anita

Priska Anita

Masih disini 💜

2020-07-23

1

SS

SS

semngat suka

2020-07-15

1

Zahroh Ahmad Zamzam

Zahroh Ahmad Zamzam

aku lanjut bacanya ☺😊😊☺

2020-07-15

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1. Hari Pertama Magang
2 Chapter 2. Perdebatan
3 Chapter 3. Tolong Aku
4 Chapter 4. Saling Mengenal
5 Chapter 5. Pasangan Narsis
6 Chapter 6. Membuat Cerita
7 Chapter 7. Takut Gelap
8 Chapter 8. Kangen Ngobrol sama Beo
9 Chapter 9. Minta Restu
10 Chapter 10. Lamaran
11 Chapter 11. Sah
12 Chapter 12. Lingerie
13 Chapter 13. Jangan Menyesal
14 Chapter 14. Lakukan Kewajibanmu
15 Chapter 15. Pendarahan
16 Chapter 16. Menginap
17 Chapter 17. Makan Malam
18 Chapter 18. Mas Stop!
19 Chapter 19. Mencari ART
20 Chapter 20. Cemburu
21 Chapter 21. Terlambat Pulang
22 Chapter 22. My World
23 Chapter 23. Khawatir
24 Chapter 24. Hanya Kelelahan
25 Chapter 25. Siapa Kamu Sebenarnya?
26 Chapter 26. Semua Ini Salah Papi!
27 Chapter 27. Trauma
28 Chapter 28. Bernostalgia
29 Chapter 29. Undangan
30 Chapter 30. Lampu Hijau
31 Chapter 31. Kembali Ke Rumah
32 Chapter 32. Rumahku Istanaku
33 Chapter 33. Sabar!
34 Chapter 34. Love You
35 Chapter 35. Ngapel
36 * A T T E N T I O N *
37 Chapter 36. Hadiah
38 Chapter 37. Aku Rindu Kamu
39 Chapter 38. Siapa Dia Mas?
40 Chapter 39. Bukti
41 Chapter 40. Beri Kesempatan
42 Chapter 41. Hadiah untuk Kak Arjun
43 Chapter 42. Suara Kucing Berantem
44 Chapter 43. Foto Terbang
45 Chapter 44. Jangan Masuk Frame
46 Chapter 45. Pembukaan Restoran
47 Chapter 46. Ayo Kita Temui Daddy
48 Chapter 47. Minta Pertanggungjawaban
49 Chapter 48. Menangis Histeris
50 Chapter 49. Anakku Adalah Adikmu
51 Chapter 50. Apa Maumu Sebenarnya?
52 Chapter 51. Couvade Syndrome
53 Chapter 52. Hormon Kehamilan
54 Chapter 53. Baba-Bubu?
55 Chapter 54. Usaha Terakhir
56 Chapter 55. Biarkan Aku Melindungimu
57 Chapter 56. Pohon Mangga
58 Chapter 57. Be dan Bi
59 Chapter 58. Tasyakuran
60 Chapter 59. Pemberhentian Sementara
61 Chapter 60. Kita Berteman Kan...?
62 Chapter 61. Amnesia
63 Chapter 62. Boleh?
64 Chapter 63. Kamu Cinta Aku Juga Kan?
65 Chapter 64. Dia Bukan Orang Jahat
66 Chapter 65. Tega
67 Chapter 66. Penampilan Baru
68 Chapter 67. Pamit
69 Chapter 68. Idola Baru
70 Chapter 69. LUPA atau INGAT ?
71 Chapter 70. Aku Tidak Akan Terbuai
72 Chapter 71. Please!
73 Chapter 72. Menahan Diri?
74 Chapter 73. Pretty Things Inside
75 Chapter 74. Keinginan dan Doaku Untukmu
76 Chapter 75. Berubah seperti Joker
77 Chapter 76. Ada Antenanya
78 Chapter 77. Tamu Besar
79 Chapter 78. Tolong Beri Perilindungan-MU
80 Chapter 79. Nurut Aku Ya
81 Chapter 80. Aku Mau Cara Alami Aja
82 Chapter 81. Kering Kerontang
83 Chapter 82. Baby Shop
84 Chapter 83. Kasih Cucu Duluan
85 Chapter 84. Fans
86 Chapter 85. Kotak Harta Karun
87 Chapter 86. Atmosfer Dingin Yang Mencekam
88 Chapter 87. Menangisi Pria Itu
89 Chapter 88. Aku Harus Tegas
90 Chapter 89. Aku Mau!
91 Chapter 90. Sampai Jari-Jemarimu Terisi Penuh
92 Chapter 91. Dikeluarkan dari KK
93 Chapter 92. Debaran Jantungku Untukmu
94 Chapter 93. Tukar Cincin
95 Chapter 94. APA?!
96 Chapter 95. Penyesalan
97 Chapter 96. Big No!
98 Chapter 97. Choose One
99 Chapter 98. Apakah Itu Hasil Karyaku?
100 Curhat
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Chapter 1. Hari Pertama Magang
2
Chapter 2. Perdebatan
3
Chapter 3. Tolong Aku
4
Chapter 4. Saling Mengenal
5
Chapter 5. Pasangan Narsis
6
Chapter 6. Membuat Cerita
7
Chapter 7. Takut Gelap
8
Chapter 8. Kangen Ngobrol sama Beo
9
Chapter 9. Minta Restu
10
Chapter 10. Lamaran
11
Chapter 11. Sah
12
Chapter 12. Lingerie
13
Chapter 13. Jangan Menyesal
14
Chapter 14. Lakukan Kewajibanmu
15
Chapter 15. Pendarahan
16
Chapter 16. Menginap
17
Chapter 17. Makan Malam
18
Chapter 18. Mas Stop!
19
Chapter 19. Mencari ART
20
Chapter 20. Cemburu
21
Chapter 21. Terlambat Pulang
22
Chapter 22. My World
23
Chapter 23. Khawatir
24
Chapter 24. Hanya Kelelahan
25
Chapter 25. Siapa Kamu Sebenarnya?
26
Chapter 26. Semua Ini Salah Papi!
27
Chapter 27. Trauma
28
Chapter 28. Bernostalgia
29
Chapter 29. Undangan
30
Chapter 30. Lampu Hijau
31
Chapter 31. Kembali Ke Rumah
32
Chapter 32. Rumahku Istanaku
33
Chapter 33. Sabar!
34
Chapter 34. Love You
35
Chapter 35. Ngapel
36
* A T T E N T I O N *
37
Chapter 36. Hadiah
38
Chapter 37. Aku Rindu Kamu
39
Chapter 38. Siapa Dia Mas?
40
Chapter 39. Bukti
41
Chapter 40. Beri Kesempatan
42
Chapter 41. Hadiah untuk Kak Arjun
43
Chapter 42. Suara Kucing Berantem
44
Chapter 43. Foto Terbang
45
Chapter 44. Jangan Masuk Frame
46
Chapter 45. Pembukaan Restoran
47
Chapter 46. Ayo Kita Temui Daddy
48
Chapter 47. Minta Pertanggungjawaban
49
Chapter 48. Menangis Histeris
50
Chapter 49. Anakku Adalah Adikmu
51
Chapter 50. Apa Maumu Sebenarnya?
52
Chapter 51. Couvade Syndrome
53
Chapter 52. Hormon Kehamilan
54
Chapter 53. Baba-Bubu?
55
Chapter 54. Usaha Terakhir
56
Chapter 55. Biarkan Aku Melindungimu
57
Chapter 56. Pohon Mangga
58
Chapter 57. Be dan Bi
59
Chapter 58. Tasyakuran
60
Chapter 59. Pemberhentian Sementara
61
Chapter 60. Kita Berteman Kan...?
62
Chapter 61. Amnesia
63
Chapter 62. Boleh?
64
Chapter 63. Kamu Cinta Aku Juga Kan?
65
Chapter 64. Dia Bukan Orang Jahat
66
Chapter 65. Tega
67
Chapter 66. Penampilan Baru
68
Chapter 67. Pamit
69
Chapter 68. Idola Baru
70
Chapter 69. LUPA atau INGAT ?
71
Chapter 70. Aku Tidak Akan Terbuai
72
Chapter 71. Please!
73
Chapter 72. Menahan Diri?
74
Chapter 73. Pretty Things Inside
75
Chapter 74. Keinginan dan Doaku Untukmu
76
Chapter 75. Berubah seperti Joker
77
Chapter 76. Ada Antenanya
78
Chapter 77. Tamu Besar
79
Chapter 78. Tolong Beri Perilindungan-MU
80
Chapter 79. Nurut Aku Ya
81
Chapter 80. Aku Mau Cara Alami Aja
82
Chapter 81. Kering Kerontang
83
Chapter 82. Baby Shop
84
Chapter 83. Kasih Cucu Duluan
85
Chapter 84. Fans
86
Chapter 85. Kotak Harta Karun
87
Chapter 86. Atmosfer Dingin Yang Mencekam
88
Chapter 87. Menangisi Pria Itu
89
Chapter 88. Aku Harus Tegas
90
Chapter 89. Aku Mau!
91
Chapter 90. Sampai Jari-Jemarimu Terisi Penuh
92
Chapter 91. Dikeluarkan dari KK
93
Chapter 92. Debaran Jantungku Untukmu
94
Chapter 93. Tukar Cincin
95
Chapter 94. APA?!
96
Chapter 95. Penyesalan
97
Chapter 96. Big No!
98
Chapter 97. Choose One
99
Chapter 98. Apakah Itu Hasil Karyaku?
100
Curhat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!