Jorgie meminta agar sang ayah di rawat untuk mengurangi rasa stress dan sedih yang di alaminya. Urusan lek jenazah Meylani biarlah menjadi tanggung jawabnya. Setidaknya Stanley harus sudah pulih saat prosesi kremasi jenazah Meylani di lakukan sekitar 4 hari lagi.
Meylani pernah berpesan, jika seandainya dia di panggil Tuhan, inginnya di kremasi saja dan abunya terserah mau di larung di laut ataukah di taruh di sebuah rumah abu yang terletak di daerah Dadap, Tangerang.
Jorgie menghubungi Camelia,sang baru saja menyuapkan Jeniffer makan bubur bayi instan. Mulai besok Camelia bertekad akan memasak sendiri makanan untuk sang cucu agar tidak banyak terpapar pengawet dan penyedap rasa di umurnya yang masih setahun ini.
"Ma, Ci Mey sudah meninggal dan papa terlalu syock dengan kejadian ini, sampai harus di rawat. Sekarang Jorgie lagi di kantin rumah sakit untuk makan. Baru ingat tadi siang belum sempat makan." tak lama Jorgie menjauhkan handphonenya dari telinga karena Camelia menjerit sangat keras.
"Tidak mungkin anakku Meylani sudah meninggal. 3 hari yang lalu mama masih mengobrol dengan cicimu. Please katakan kalau kamu bercanda."
"Ma, semua ini benar. Ci Mey sudah meninggal dan Jorgie harap mama jangan sampai sakit, kasihan papa dan Jeniffer. Mungkin selepas proses kremasi jenazah Ci Mey, Jeniffer akan tinggal bersama dengan kita." ucap Jorgie dengan menahan rasa sesak yang membuncah.
Jorgie menunggu kalimat balasan dari Camelia, hening sejenak sebelum akhirnya suara Isak tangis pecah dari bibir wanita yang telah melahirkannya 19 tahun yang lalu. Seharusnya dia lebih memperhatikan sang kakak, agar kejadian ini tidak terjadi. Sang ayah tidak perlu terbaring di ranjang rumah sakit, sang ibu tidak perlu menangisi kepergian Meylani dengan cara tragis seperti ini dan Jeniffer tidak perlu kehilangan sosok ibu untuk selamanya.
Dan pemuda itu sudah mendengar selentingan mengenai keluarga Sukmajaya yang mengabaikan kakaknya. Tiba-tiba dia menyesali rasa abai dan ketidak pekannya. Jorgie menganggap semua hanya isu belaka karena tingkah laku Meylani tidak ada yang mencurigakan baginya.
Ataukah selama ini Meylani sudah memberikan tanda, hanya saja dia dan kedua orang tuanya yang tidak menyadarinya. Jorgie bersumpah akan membalas semua perbuatan keluarga Sukmajaya andai kata, Meylani memang di perlakukan dengan buruk oleh Verry, kakak ipar dan keluarganya
"Kamu ini, jangan sampai lupa makan. Ntar sakit siapa yang susah. Mama juga kan. Apalagi sekarang anggota keluarga kita nambah seorang lagi." Jorgie tersentak saat mendengar wejangan penuh cinta dari sang ibu yang di selingi oleh Isak tangis. Rupanya dia sempat melamun barusan.
***
Jenazah Meylani sudah tiba di rumah duka Ja*Ar Agung yang terletak di bilangan Jakarta Barat pada pukul 20.00, peti mati akan di tutup pada acara malam kembang yang di adakan 3 hari kemudian. Dan proses kremasi akan di lakukan di krematorium Dadap, Tanggerang. Tanda salib besar pun terpasang di depan peti mati berserta foto Meylani yang paling cantik.
Stanley pun menyusul Jorgie pada jam 21:00, membuat Jorgie sempat memarahi sang ayah karena tidak peduli dengan kesehatannya.
"Papa sudah sehat, lagipula mana mungkin papa tidak hadir dalam malam-malam penghiburan dan tutup peti putri papa. Papa tidak ingin rumor mengenai kematian Cicimu merebak lebih parah. Biarlah kita menutup rapat-rapat tentang penyebab kematian Meylani, lagipula..."
"Lagipula tanpa kita membuka suara pun, desas-desus mengenai kematian Ci Mey pasti akan tersebar juga. Begitu kan maksud papa?" ucap Jorgie memotong perkataan Stanley, memang tidak sopan tapi pemuda itu masih merasa geram dengan apa yang terjadi dengan Meylani.
Stanley mengangguk untuk menguatkan perkataan sang putra, tak lama para pengerja gereja yang berjumlah 10 orang termasuk dengan bapak pendeta tempat Stanley dan Karina beribadah setiap minggunya datang.
Camelia, sang istri yang menghubungi salah seorang pengerja gereja untuk membantu dalam ibadah penghiburan selama dari rumah duka hingga proses kremasi selesai di lakukan.
"Syalom, pak Stanley. Kami turut berduka cita atas meninggalnya putri bapak Meylani. Putri bapak sudah bersama dengan Bapa di surga." ucap salah seorang pengerja.
"Terima kasih pak Steven. Kami juga berharap seperti itu, namun melihat dari penyebab utama kematian Meylani, saya merasa putri saya tidak akan di terima oleh Bapa di surga." perkataan Stanley menerbitkan kernyitan semua pada pengerja.
Namun menanyakan sekarang itu bukan hal yang pantas, biarlah Stanley dan keluarga yang akan bercerita jika membutuhkan bantuan konsultasi. Pikir semuanya.
"Jangan pak Stanley berpikir seperti itu. Bapak mesti ingat tidak ada yang terjadi di dalam hidup ini jika bukan atas kehendak Tuhan. Bahkan sehelai di rambut kita tidak akan terjatuh tanpa seizin-Nya." ucap pak Pendeta memberikan motivasi dan penghiburan agar Stanley dan keluarga merasa lebih kuat menghadapi kenyataan ini.
Selepas ibadah penghiburan para pengerja gereja bersiap untuk pulang, di saat itulah Verry berserta sang ibu memasuki ruangan yang sudah di hias dengan penuh bunga.
"Akhirnya mati juga anakmu yang tidak berguna itu." ucap Gilda dengan nada angkuh membuat semua yang ada di sana tersentak.
Jorgie mengepalkan tangannya kanannya bersiap untuk meninju wajah sombong yang tidak merasa bersalah dari kakak iparnya, ralat mantan kakak iparnya. Namun seseorang menahan kepalan tangan pemuda itu dan berkata.
"Sabar dek Jorgie, memang perkataan ibu itu sangat kasar. Tapi kita sebagai orang yang percaya akan Firman Tuhan dan kebenaran-Nya harus tetap berpikir dengan kepala dingin. Jangan membalas yang jahat dengan yang jahat." ucap salah seorang pengerja.
Jorgie mengurungkan niatnya untuk meninju Verry, dia lalu mengambil segelas air mineral untuk meredakan rasa emosi yang membuncah di dada.
"Atas sadar apa ibu Gilda mengatakan putri saya tidak berguna?" tanya Stanley dengan rasa sesak di dada. Ingin rasanya dia mencakar muka besannya yang telah menghina mendiang sang putri.
"Seorang perempuan yang tidak dapat memberikan keturunan laki-laki bagi keluarga Sukmajaya, bukannya itu sama saja artinya dengan tidak berguna." Semua tercengang mendengar perkataan wanita berusia 57 tahun itu.
Sungguh kolot sekali pemikiran orang tua yang satu ini, bukankah itu sama artinya dengan menghina Tuhan yang telah menciptakan nafas kehidupan bagi setiap manusia. Lagipula mau anak laki-laki maupun perempuan sekarang sama saja. Yang terpenting sebagai orang tua harus dapat memenuhi kebutuhannya, baik itu soal materi maupun pendidikan.
"Apakah pengaruhnya dengan anak laki-laki maupun perempuan, Bu Gila. Semua sama di mata Tuhan." ucap Stanley menyanggah kalimat Gilda.
"Berarti kalian belum tahu ya ada rumor turun temurun dalam keluarga Sukmajaya. Jika anak sulung itu perempuan maka akan membawa kehancuran buat keluarga Sukmajaya." ucap Gilda kembali membuat Stanley menggelengkan kepala, jelas tidak akan berhasil jika berbicara dengan orang yang keras kepala.
"Kalau memang itu sudah menjadi kepercayaan dari keluarga Sukmajaya maka kaki keluarga Atmadja tidak dapat berbuat apa-apa. Sekarang katakan dengan jelas apa tujuan kalian berdua datang ke rumah duka Meylani." ucap Stanley tegas, dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan kedua orang ini.
"Verry, cepat katakan. Lalu setelah ini kita pergi dari sini." titah Gilda pada sang putra.
"Baiklah, papa. Maksud saya om. Dengan kedatangan saya dan ibu saya ke sini ingin memberi tahu kepada keluarga Atmadja jika keluarga Sukmajaya tidak berniat untuk mengurus anak Meylani. Biarlah anak itu di rawat keluarga kalian, hanya nama Sukmajaya itulah yang akan melekat pada nama belakangnya dan tertera di akta kelahiran anak itu."
Bugghhh!
Sebuah pukulan melayang di wajah Verry di sertai dengan umpatan.
"Dasar baji*gan. Pergi saja kalian dari tempat ini. Jeniffer akan terjamin kehidupannya bersama kami."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Nasiati
mertua error
2023-06-26
0
Nada Melody
cocok ganti nama Gila🤭
2023-05-20
0
Mel_Cantik
pengen bejek² si verry sama gilda itu..bnr² gk ada tnggung jwabnya..
2023-03-29
0