Semua rangkaian acara kremasi Meylani telah usai, meskipun sempat terkendala dengan turunnya hujan yang cukup deras saat akan meninggalkan rumah duka Jab*r Agung. Seakan langit mencurahkan tangisannya saat melihat seorang bayi perempuan kehilangan sang ibu, kedua orang tua kehilangan anak perempuan dan seorang adik laki-laki kehilangan kakak perempuannya untuk selamanya.
Mungkin bagi sang bayi yang belum mengerti, dia akan kehilangan seseorang yang selalu bersamanya dari awal kehidupannya. Masih belum mengerti apa itu makna dari kematian. Yang dia tahu dan dapat lakukan hanyalah menangis saat haus, lapar, buang air dan sakit.
Rombongan yang mengantarkan ke pusat krematorium Dadap terdiri dari 25 mobil yang terdiri dari kolega Stanley, teman sekolah Meylani semasa SD hingga kuliah dan yang terakhir 10 orang teman Jorgie. Cuaca nampaknya sudah mulai bersahabat, rinai hujan deras berubah menjadi tetesan rintik hujan saat mereka sudah setengah perjalanan.
Stanley dan Jorgie terdiam saat melihat peti mati Meylani mulai masuk ke dalam tempat pembakaran jenazah sedangkan Camelia langsung membawa sang cucu Jeniffer masuk kembali ke dalam mobil agar tidak terkena guyuran hujan yang kembali lebat.
Dengan cepat Camelia membuatkan Camelia bubur bayi instan dengan menggunakan air termos yang sengaja di bawanya. Dalam hatinya, Camelia berjanji mulai besok akan membuatkan Jeniffer makanannya sendiri. Selain terjamin tidak menggunakan penyedap rasa yang berlebihan, kebersihannya pun terjamin.
"Kasihan sekali kamu, cu. Beratmu ini kurang sekali. Besok phopho akan membawa kamu ke dokter anak ya. Biar phopho tahu apa yang boleh dan tidak kamu makan." ujar Camelia pada Jeniffer yang sedang mengangakan mulut kecilnya akibat rasa lapar.
Saat melihat Jeniffer terakhir 2 bulan lalu sepertinya tubuh bayi itu masih montok kenapa waktu 4 hari yang lalu saat dia dan sang suami menemukan tubuh Mey yang tergeletak di lantai, tubuh sang cucu bisa menyusut drastis.
Selama 4 hari bersama Jeniffer, Camelia seakan melihat bahwa bayi itu selalu merengek minta susu atau makan, padahal jadwal makannya sudah berlalu 1 jam yang lalu. Seakan Jeniffer tidak pernah merasakan kenyang.
'Ada apa sebenarnya yang terjadi dengan putri dan cucuku?' tanya Camelia dalam hatinya.
Beragam kasak kusuk juga mulai beredar dari lingkungan sosialitanya hingga kalangan art yang berada di daerah tempat Stanley dan dirinya. Namun seperti kata sang suami, mereka sekeluarga hanya perlu diam tanpa menanggapi apa penyebab kematian dari Meylani.
Mungkin mulai hari ini, aku akan diam dalam rumah mengurus Jorgie dan Jeniffer serta mengembangkan hobi ku menaman bunga dan tanaman kecil yang ada di pot. Camelia mengangguk saat mendapatkan pencerahan secara tiba-tiba.
***
"Ma, Jeniffer sudah tidur?" tanya Stanley saat dirinya baru pulang dari kantor.
Dengan segera pria senja itu ingin menggendong Jeniffer namun segera di pukul punggungnya tangannya oleh sang istri yang menatapnya garang seraya berkata.
"Papa, mandi dulu sana. Pulang kerja itu bawa kuman virus dan bakteri. Engga ada ya mama lihat papa mau langsung gendong-gendong terus cium-cium."
Stanley hanya dapat tersenyum bodoh saat sang istri sudah menunjukkan taringnya. Pria itu langsung mengangkatnya kedua tangannya layaknya penjahat yang menyerah akan kepungan polisi. Dengan cepat pria itu menuju kamar mandi yang memang terletak dalam kamar keduanya. 10 menit waktu yang di butuhkan oleh pria itu untuk menggosokkan sabun, mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki dan membilasnya dengan shower yang terpasang di atas kepalanya.
Camelia tersenyum puas saat Stanley sudah memakai setelan piama berwarna coklat susu, aroma sabun yang menguar dari tubuh sang suami membuatnya mengangguk.
"Silahkan kalau mau gendong Jeniffer." ucap Camelia saat Stanley sudah berada di box bayi Jeniffer.
Dengan perlahan pria berumur itu mengangkat tubuh kecil sang cucu dan menimangnya. Kemiripan wajah Jeniffer dan Meylani membuat Stanley seakan melihat sang putri kembali hidup..
"Sayang, cucunya Akhung. Sini kita main dulu sebelum Akhung tidur. Jeni masih belum ngantuk kan?" ucap Stanley pada bayi mendiang sang putri.
"Baabaaa, hehehehe, bububu." sang bayi seakan menjawab perkataan sang kakek dengan bahasa bayi yang bagi orang dewasa sangat menggemaskan, meskipun tidak mengerti artinya.
"Kayaknya Jeniffer lapar lagi ya, koq ngemut jari ma?" tanya Stanley pada Camelia.
"Iya pa, mama juga bingung. Senin besok mama mau bawa ke dokter spesialis anak. Biar ketahuan salahnya di mana." Stanley mengangguk paham.
"Oh iya ma, papa baru ingat. Diary Mey mana ya? Papa koq penasaran apa yang menyebabkan putri kita yang jiwanya kuat bisa mengambil keputusan bodoh seperti itu." ucap Stanley sembari menoleh ke arah sang istri.
"Ada pa, mama kebetulan baru baca 3 halaman pertama. Mama ga sanggup bacanya lagi. Ternyata keluarga Sukmajaya itu orang gila semua isinya. Percaya sama mitos dan adat leluhur yang berkata anak sulung haruslah seorang laki-laki..." Camelia tidak mampu meneruskan perkataannya akibat rasa sakit yang masih terasa di dada dan membuatnya sesak.
"Kalau mama tidak sanggup baca lagi, biar papa dan Jorgie yang baca diary Mey. Biar bagaimanapun kita harus menguak kebenaran bukan?" Stanley yang mulai lelah meletakkan kembali tubuh kecil Jeniffer ke dalam box bayi.
Memang usia tidak dapat menipu, tenaganya sudah tidak seprima saat masih berusia 20-40 tahunan. Memasuki kepala 4, pria itu merasa mudah lelah dan Camelia mulai berjaga-jaga dengan mengatur pola makan sang suami agar tidak terlalu banyak mengkonsumsi lemak, jeroan santan dan gorengan. Porsi sayuran pun bertambah lebih banyak 1 kali porsi biasanya dan mengurangi nasi hanya semangkuk kecil setiap kali makan.
"Mana ma, papa mau baca." pinta Stanley mengulurkan tangan.
Seperti reaksi Camelia saat membaca lembar pertama diary itu, Stanley tersentak akan perlakuan yang di terima Meylani saat dirinya di ketahui mengandung anak perempuan. Dengan menguatkan hati pria senja itu membuka lembar kedua dari buku berwarna biru langit itu.
Jakarta 20 XX 20XX
Ko Verry semakin sinis denganku, seakan aku adalah seorang kriminal yang melakukan dosa terlarang. Kadang aku mempertanyakan maksud dari Tuhan mengenai anak perempuan yang berada di dalam kandunganku. Seperti apa kelak jadinya anak ini setelah dewasa nanti?
Apakah dengan kelahiran malaikat kecil ini dapet merubah hati Ko Verry dan maminya. Mudah-mudahan Tuhan kiranya melembutkan hati keluarga Ko Verry. Karena jujur saja, rumah ini terasa seperti neraka bagiku.
Rasa abai yang di tunjukkan Ko Verry, penghinaan yang di lontarkan mami yang berkata aku istri yang tidak berguna, karena mengandung anak perempuan serta cibiran yang di perlihatkan oleh ipar-iparku dan para sepupu Ko Verry membuat aku sadar bahwa aku sendirian di keluarga Sukmajaya.
Ah! Kiranya Tuhan memberikan kekuatan bagiku untuk melewati badai kehidupan yang terjadi dalam rumah tanggaku.
Stanley tercekat saat menjaga lembar kedua diary itu, apakah memang selama ini dia, sang istri serta Jorgie mengabaikan perubahan yang terjadi pada diri Meylani karena menganggap itu semua hanyalah hormon kehamilan dan rasa lelah pasca kelahiran. Ternyata luka yang di alami Mey sangat dalam dan Stanley tertampar akan kenyataan bahwa dia sebagai seorang ayah tidak becus dalam menjaga anaknya, anak yang telah di percayakan Tuhan melalui rumah tangga mereka.
Tes tes tes
Kembali air mata Stanley mengalir tanpa dapat di cegah, Camelia hanya membiarkannya karena dia tahu perasaan sang suami saat membaca curahan hati sang putri semasa hidup.
"Ma, papa akan berkonsultasi dengan spesialis kejiwaan dengan membawa diary Mey ini, mungkin hari senin saja biar sekalian jalannya." Camelia hanya mengangguk sebagai tanda jawabannya.
'Mey, tunggulah papa akan menyelidiki apa yang menyebabkan kamu seperti ini.' ujarnya dalam hati .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Nada Melody
nangisssss
2023-05-23
0
Cut ida Suryani
ya Tuhan kasihan sekali semasa hidupnya Meylani, di rumahnya Meylani bagai ratu disayang, di rumah mertuanya diasingkan layaknya kriminal.
cuma karena anaknya perempuan ... gila ini mah
2023-03-26
0