Stanley dan Camelia terpekik saat melihat Meylani sang putri di temukan dalam kamarnya dalam keadaan mengenaskan. Dengan mulut berbusa akibat menenggak sebotol pil obat tidur. Sementara Jeniffer yang baru berusia satu tahun menangis histeris di ranjang bayinya.
Camelia langsung menggendong sang cucu dan menimangnya untuk meredakan tangisan cucu perempuannya. Sementara Stanley langsung menelepon ambulance agar Meylani dapat di bawa ke rumah sakit secepatnya.
Siapa sangka, tujuannya ke rumah Verry Sukmajaya yang merupakan suami dari Meylani malah membuat mereka terkejut alih-alih di sambut oleh suara Mey ataupun tangisan Jennifer.
Camelia yang sedang menimang Jeniffer menemukan sebuah benda berwarna biru langit di selipan meja rias sang putri dan langsung memberitahukan kepada Stanley.
"Pa, lihat itu di bawah meja rias Mey ada sebuah benda berwarna biru langit , warna kesukaan dari Mey." Stanley langsung mematuhi perintah sang istri dengan mengangkat sedikit kami meja rias itu dan menarik sebuah benda yang ternyata adalah sebuah buku diary Mey.
Dengan segera Stanley memasukkan diary itu ke dalam tas Camelia. Tak lama bunyi sirine ambulance terdengar dan beberapa petugas medis pun memasuki ruangan kamar ini.
Stanley langsung mengajak Camelia ikut serta ke rumah sakit yang langsung di tolak mentah-mentah oleh wanita itu.
"Kasihan Jeniffer kalau harus di bawa ke rumah sakit. Cucu kita harus segera mendapatkan tempat yang nyaman untuk berbaring "
Stanley tercenung memikirkan perkataan sang istri dan tak lama pria berusia 54 tahun itu membuka suaranya. " Papa hampir lupa sama Jeniffer. Cepat bawa ke rumah kita. Papa akan telepon pak Kardi untuk menjemput kalian di sini. Sementara itu kita bereskan pakaian dan barang-barang Jeniffer. Sepertinya dia akan tinggal lama dengan kita."
Camelia mengangguk dan membaringkan sang cucu di ranjang Mey, sementara dia dan Stanley dengan cepat membereskan barang-barang dari bayi itu. 30 menit kemudian pak Kardi tiba dan langsung membantu membawakan barang-barang sang nona kecil.
"Ma, beritahu Jorgie tentang keadaan Mey." Camelia hanya mengangguk saat mendengar perkataan sang suami.
Kedua mobil milik Stanley pun meninggalkan keduanya Verry Sukmajaya dengan tujuan berbeda. Camelia menepuk keningnya saat mengingat bahwa sang cucu mendapatkan ASI selama ini, bukannya susu formula. Terus terang Camelia pun bingung jika harus memilih susu formula karena kedua anaknya yakni Meylani dan Jorgie mendapatkan ASI selama 2 tahun.
"Pak Kardi, bisa kita ke toko susu Amethyis. Saya bingung mau milih susu formula buat Jeniffer." Pak Kardi pun bingung, untungnya dia teringat Astuti sang putri yang memberikan susu formula kepada anaknya sebab ASI nya terhenti saat sang anak berusia 8 bulan.
"Lebih baik tanya anak saya, Bu. Cucu saya susu formula sebab ASI ibunya stop saat usia anaknya 8 bulan."
"Kalau begitu segera telepon anak bapak." titah Camelia yang langsung di kerjakan oleh sang supir kantor.
"Nak, kamu bisa ke toko susu Amethyis. Bos papa minta bantuan milih susu formula untuk cucunya."
"Oke, papa tunggu di toko susu Amethyis."
"Ayo, Bu. Kita ke toko susu Amethyis. Anak saya bisa nemenin ibu milih susu formula."
20 menit kemudian mereka bertiga sudah memasuki toko susu yang memang sangat lengkap ini. Setelah berbagai pertimbangan akhirnya Camelia memutuskan untuk memilih susu impor dan membeli beberapa camilan bayi untuk sang cucu
***
Sementara itu di rumah sakit, Stanley menunggu dengan resah di depan ruangan IGD. Para petugas medis yang hilir mudik memasuki ruangan perawatan Meylani, membuat stainless semakin gelisah saja rasanya.
Seharusnya dia sebagai ayah lebih peka terhadap keluhan dan aduan sang putri kepadanya bukannya malah mengacuhkan yang mengakibatkan Mey nekat menenggak sebotol pil tidur.
Namun seperti kata pepatah nasi sudah menjadi bubur, Stanley tidak dapat melakukan apa-apa saat ini. Penyesalan pun meliputi diri Stanley. Seandainya saja, dua kata itu yang terus membayangi pikiran pria yang sudah di penuhi oleh uban itu.
Andaikan dia lebih memilih untuk mendengarkan curahan hati Mey dan tidak abai , sudah pasti Meylani tidak akan merasakan sendiri di rumah sebesar itu.
Harusnya dia tidak merestui hubungan Meylani dan Verry saat mendengar selentingan kabar yang mengatakan bahwa keluarga Sukmajaya lebih mengagungkan anak laki-laki di bandingkan anak perempuan. Dan ternyata benar kabar itu, setelah melahirkan Jeniffer, Mey seakan kehilangan gairah hidup. Sorot mata penuh dengan rasa percaya diri pun lenyap dari sang putri.
Sudah pasti dengan kejadian ini, Jeniffer akan di asuh olehnya dan Camelia. Namun Stanley akan mencoba untuk berbicara dulu dengan Verry. Namun sudah 3 jam berlalu dari penemuan Mey dan pria itu seakan hilang di telan bumi. Puluhan telepon dan chat pun tidak mendapatkan respon dari Verry.
Berbagai dugaan pun menyeruak di dalam benak Stanley hingga dia merasa bahunya di guncang dengan kuat. Pria itu menegadah ke arah atas untuk melihat siapa pelakunya. Ternyata Jorgie sang anak bungsu yang saat ini berusia 19 tahun.
Pemuda itu langsung menuju ke rumah sakit saat mendengar kabar tentang kakak perempuannya saat baru selesai kuliah. "Papa baik-baik saja?" tanya Jorgie yang pemuda itu sangat tahu jawabannya. Namun dia tetap memilih untuk mengatakan hal itu.
"Cicimu, Jorgie. Dia di temukan sekarat dengan busa di mulut. Sementara ponakanmu menangis kencang di ranjangnya. Papa merasa bersalah, harusnya papa lebih memperhatikan cicimu. Sekarang semua sudah terlambat." Stanley berujar dengan air mata yang berderai.
Sebenarnya Jorgie juga ingin menangis, namun dia sadar bahwa hal itu akan semakin membuat Stanley semakin terpuruk. Karena itu dia lebih memilih untuk diam.
Ketegangan makin terjadi saat para petugas medis keluar masuk ruangan inap Meylani dengan raut panik yang tercetak jelas.
Hingga beberapa saat kemudian salah satu dokter memanggil. "Dengan keluarga Meylani Atmadja. Mohon maaf, kami sudah melakukan yang terbaik, namun Tuhan juga yang berkehendak. Nyonya Meylani Atmadja di nyatakan meninggal pada jam 16:21.
Stanley semakin tergugu saat mengetahui sang putri yang dia besarkan dengan limpahan kasih sayang harus meregang nyawa dengan cara bodoh. Yaitu menenggak sebotol pil obat tidur. Jika saja Jorgie tidak berada dekat dengan sang ayah, mungkin saja pemuda itu tidak akan mampu meraih tubuh sang ayah yang limbung saat mendengar berita kematian Meylani.
Jorgie meminta agar sang ayah di rawat untuk mengurangi rasa stress dan sedih yang di alaminya. Urusan pemulangan jenazah Meylani hingga ke rumah duka, biarlah menjadi tanggung jawabnya. Yang terpenting adalah Stanley harus pulih saat proses kremasi sang kakak di lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments