Senyum manis dilempar wanita itu sebagai respon sambil terus mendekat sampai jarak mereka kini hanya beberapa jengkal. “Halo Mas, aku gak nyangka kita bisa ketemu disini dan kamu sendiri, biasanya kamu tidak mau lepas dari Zefa istri tercinta kamu itu.”
Primus sedikit tersenyum mendengar ucapan wanita tersebut yang adalah mantannya. Sampai saat ini Riska masih belum bisa terima jika ternyata Primus lebih memilih Zefa darinya sebab dirinya berpikir jika dia lebih segalanya dari Zefa.
“Iya, aku dan Zefa tidak selalu harus bersama kan Ris, kami punya kesibukan masing-masing,” sahut Primus yang memang selalu ramah pada siapapun.
“Emm, memangnya Zefa kemana, apa dia masih sering kumpul dan hangout bersama teman-temanya dan ninggalin kamu Kak?”
Kembali senyum tipis terlihat dari wajah tampan Primus yang masih selalu hadir di pelupuk mata Riska. Dia menjawab kalau kebiasaan itu sudah sangat berkurang, pria itu lalu pamit selain karena memang masih ada yang harus dikerjakan juga karena Primus tidak ingin berlama-lama dengan Riska.
Wanita itu masih berusaha menahan langkah Primus sebab dia masih ingin berbincang dengan pria pujaan hatinya sampai detik ini bahkan saat itu Riska tidak canggung dan malu mengatakan jika dirinya akan menunggu Primus menjadi duda.
“Kalau kamu mau jadikan aku yang kedua juga aku mau Kak, mau dengan persetujuan atau tidak atau diketahui juga tidak aku siap kok,” tuturnya yang membuat Primus menghela nafas.
“Ris, sudah yah,” sahut Primus malas, “aku sudah katakan berulang kali kalau kita tidak perlu membahas hal seperti ini sebab semua sudah tidak perlu Ris, semua sudah berakhir,” timpalnya.
“Itu menurut kamu Kak tidak dengan aku karena aku masih sangat berharap sama kamu,” jawab Riska yang kian mendekat dan membuat Primus melangkah mundur.
Dari jarak yang tidak terlalu jauh seorang wanita mungil juga anggun melihat kejadian tersebut. Dia melihat bagaimana raut wajah tidak suka sang pria pada wanita yang masih belum terlihat jelas wajahnya karena membelakangi posisinya.
Wanita itu sangat mengenal lelaki tersebut karena rasa tidak nyamannya membuat dia risih juga akhirnya dia mendekat berniat membantu. Sedikit terkejut ketika melihat siapa wanita yang sedang memaksakan sedikit kehendaknya tersebut dan membuat lelaki itu tidak nyaman.
Ketika mengetahui siapa wanita itu, dia tidak heran kalau Primus merasa tidak nyaman dan menjauh. “Oh jadi kamu Ris!”
Sontak Riska menoleh lalu melihat tidak suka sosok Milea yang baru saja datang. Kedua wanita tersebut sudah sama-sama saling kenal dan bukan hanya itu mereka juga sama-sama tidak saling suka, semua hanya karena seorang pria, Primus.
“Elo!” seru Riska, “ngapain lo disini?” tanya Riska dengan wajah congkaknya, salah satu sikap yang tidak disukai Primus.
Milea memberikan senyum manisnya lalu memberikan wajah mengejek seraya berkata, “Aku janjian sama Kak Primus,” sahutnya lalu melirik ke arah Primus, “iya kan Kak?” tanya Milea sambil melirik ke arah Primus dan beruntung pria itu peka dan dia menjawab dengan anggukan kepala.
Riska kesal dengan ucapan Milea juga Primus yang ternyata sekongkol dengannya, wanita itu pamit namun sebelumnya dia mengingatkan Primus kalau dirinya akan menunggu pria tersebut sampai dia benar-benar sudah merasa tidak sanggup lagi.
Seperginya Riska ada tawa puas yang terdengar. Milea tertawa puas melihat Riska yang pergi dengan wajah juga rasa kesal karena dirinya. Milea juga tertawa puas karena dirinya bisa membuat Riska kesal dan kabur juga bisa menyelamatkan Primus dari keganasan wanita itu.
Keduanya lalu mencari tempat agar mereka bisa berbincang ringan mengenai bisnis yang akan mereka bicarakan dengan tenang sementara itu Zefa sudah menuju Bogor bersama temannya. Wanita itu memang pergi ke Kota Bogor tetapi alasannya berbeda dengan apa yang disampaikan pada Primus.
Zefa pergi ke Kota itu untuk menikmati keindahan alam di sana bersama teman-temannya. Kali ini Zefa hanya bersama lima temannya, mereka berjalan tiga motor ke sana. Zefa menikmati harinya sejak Primus mulai pergi dari rumah karena dia sedang merasa bosan di rumah.
Sampai di Kota itu mereka tiba tepat jam makan siang sekitar pukul dua belas lebih sepuluh menit. Mereka memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan mereka menuju sebuah curug atau air terjun yang jaraknya tinggal setengah jam lagi dari tepat mereka saat ini.
“Lo pesan apa?”
“Biasa, tar gua kesana, kalian duluan aja dulu,” jawab Zefa yang lalu mengeluarkan ponselnya karena ada yang menghubunginya ketika dia di perjalanan.
Sedikit terkejut kemudian tertawa kecil dengan rasa senang membuat senyum itu menjadi pertanyaan temannya yang melihat, “Cie siapa yang chat tuh sampai merona kayak gitu, pasti bukan dari Suami lo kan!” ejek temannya membuat dia dapat pukulan dari Zefa.
“Rese lo, godain gua aja dan jangan suka kepoh yah,” goda Zefa pada temannya tersebut.
Zefa melihat kembali layar ponselnya karena ada pesan singkat juga yang dikirim oleh sosok yang sudah menghubunginya tadi dan sudah membuat wajah nya memerah sebab Zefa tidak menyangka jika pria itu menghubunginya kembali setelah semalam.
Dirga sudah membuat hati Zefa berbunga dengan sedikit sikapnya juga chat yang baru saja dibaca. Dalam chat tersebut Dirga seperti pria muda yang sedang mendekati wanitanya tetapi hal tersebut malah membuat Zefa senang.
“Ya ampun, kenapa sih gua jadi kayak gini, sadar Zef dia siapa!’ ucap Zefa pada dirinya sendiri agar dia tidak terbawa perasaan dengan kejadian saat ini.
Zefa menghela nafas ketika Dirga mengatakan akan menghubunginya saat ini. Zefa beranjak untuk menjauh dari temannya sejenak untuk menerima panggilan dari Dirga nanti.
“Hei Zef, mau kemana lo?” tanya salah satu temannya yang melihat dia beranjak menjauh.
Zefa menghentikan langkahnya lalu menoleh dan menjawab, “Sorry, gua kesana sebentar mau terima telepon yah.” Wanita itu pun kembali balik badan dan menjauh.
Teman-temannya sedikit heran dengan sikap Zefa saat ini, tidak biasanya dia menerima telepon menjauh tetapi keanehan itu malah jadi bahan lelucon untuk mereka dan mereka berniat akan membuat itu jadi bahan Zefaa untuk mereka buat canda.
Zefa terlihat terus tertawa, teman-temannya saling bertanya penasaran siapa yang sedang menghubungi Zefa sebab dia tidak seperti itu ketika mendapat telpon dari suaminya Primus.
Selesai Zefa dengan urusannya benar saja, dia jadi bahan ejekan teman-temannya dan itu sedikit membuat Zefa kesal namun dia senang. “Yah terserah deh apa kata lo pada yang penting lo pada senang,” gurau Zefa yang membuat mereka ngakak.
Keasyikan mereka seketika terhenti karena kedatangan seseorang yang membuat teman-temannya bingung tetapi membuat Zefa terkejut dengan kedatangannya. ‘Kenapa dia bisa ada disini!’
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments