Senyum tipis terlihat di bibir Zefa, wanita itu menoleh ke samping memastikan jika Primus benar-benar sudah memejamkan mata bahkan pulas tertidur. Senyum itu kembali menghiasi wajah cantiknya Zefa.
“Jadi penasaran mau buka supaya tahu apa benar itu memang dia atau bukan,” ucapnya lalu perlahan Zefa beranjak dari tempat tidurnya agar tidak membuat Primus terbangun. Zefa menjauh dari Primus, dia memilih kembali merebahkan diri di sofa panjang yang berada sedikit jauh dari tempat tidur mereka.
Zefa bergegas membuka kembali pesan yang sudah terlampir, dia kembali memastikan semua apa benar sosok yang memberikan pesan tersebut adalah Dirga pria yang ditemuinya tadi. Bola mata Zefa membesar ketika melihat profil dari si pengirim pesan tersebut kemudian wanita itu berucap, “Benar! Ini benar Mas Dirga.”
Semakin penasaran, Zefa membuka semua beranda media sosialnya Dirga dan melihat semua foto dari pria itu Zefa semakin memuji ketampanan suami orang tersebut. Senyum Zefa semakin melebar ketika pesan sekali lagi datang, padahal dia belum sempat membalas pesan Dirga yang pertama.
“Eh, dia kirim pesan lagi!” Tutur Zefa sambil membuka pesan yang baru datang.
Dirga bertanya kenapa pesannya belum juga dibalas padahal Zefa sudah membacanya, tersenyum kembali wanita tersebut ketika dia membaca pesan yang kedua. Zefa senang ternyata saat ini Dirga sedang on bahkan dia kembali mengirim pesan yang di artika Zefa jika pria tersebut memang penasaran dengannya.
Zefa termasuk wanita yang tidak suka bertele-tele. Dia membalas dengan dengan mengirim nomor pribadinya agar Dirga bisa menghubunginya langsung tidak melalui media sosial dan dia langsung melakukannya.
Pria itu mengirim chat pada nomor Zefa langsung dan mengatakan jika dirinya memang benar adalah Dirga, suami dari Milea dan wanita tersebut bukannya terkejut namun Zefa malah tersenyum sebab dia merasa senang menerima chat dari Dirga.
‘Jujur aku sangat senang dan aku gak tahu kenapa,’ batin Zefa.
Mata Zefa yang tadi sudah sedikit mengantuk kini hilang rasa itu karena terus chat dengan Dirga sampai lupa waktu. Malam itu mereka lewati dengan rasa yang membuat mereka semakin tertarik, kesan pertama sudah membuat mereka terpikat ditambah kesan kedua yang membuat keduanya merasa nyaman.
Pagi hari Zefa bangun seperti biasa, menyiapkan sarapan pagi untuk Primus suaminya yang akan pergi ke tempat usaha mereka. Primus memiliki usaha kuliner juga kue, pria itu tidak bekerja dan hanya dari sana pemasukan untuk rumah tangga mereka.
Selama ini Zefa selalu merengek karena uang yang diberikan Primus tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka apalagi Zefa yang masih belum bisa menghilangkan kebiasaannya untuk keluar rumah berkumpul bersama teman-temannya juga berbelanja.
“Mas, hari ini aku mau keluar,” ucap Zefa ketika mereka sarapan.
“Mau kemana, pergi sama teman-teman kamu lagi?” jawab Primus dengan nada suara serta raut wajah yang jelas sekali tidak suka.
“Tidak kumpul Mas tapi aku mau pergi ke Bogor,” balas Zefa membuat Primus menghentikan suapannya.
“Bogor! Kerumah siapa, sama siapa kamu kesana?”
“Sama Rina, dia minta aku antar dia ke rumah Adiknya yang ada di sana, gak jauh kok Mas, Bogor nya dekat,” ungkap Zefa lalu meneguk minumannya.
“Bogor dari mana tidak jauhnya sayang, dan aku yakin kamu pasti kesana bawa motor plus kamu yang bawa, iya kan!”
Zefa merespon dengan nyengir kuda karena apa yang di ucapan Primus benar semua. Zefa kemudian mengatakan kenapa harus dirinya dan Primus sudah sangat hafal dengan jawaban Zefa yang seperti itu karena selama ini memang dia sering di minta bantuan teman-temannya yang dikatakan Primus tidak jelas.
Primus berkata seperti itu akan temannya Zefa karena yang diketahui Primus pekerjaan mereka hanya berkumpul dan menggosip. Primus tidak tahu jika tidak semua dan tidak selalu seperti itu, ada juga sebagian dari mereka yang ikut berkumpul untuk berjualan.
Pria itu tidak bisa menghentikan Zefa, dia hanya selalu memberikan sedikit saran untuk mengingatkan Zefa jika tidak seharusnya terus melakukan hal seperti itu. Selain tidak berguna juga menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting, pikir Primus dan dia tidak menyukai hal tersebut.
“Aku pergi setelah kamu pergi Mas,” ucap Zefa lagi memecah kesunyian namun Primus tidak membalasnya, pria itu terus menyantap makanannya tanpa berhenti membuat Zefa kesal.
“Mas, kamu dengar tidak aku bicara!” Sungut Zefa.
Primus menghentikan gerakannya lalu melihat ke arah Zefa yang raut wajahnya sudah berubah. “Emm …, dan kamu juga tahu kan apa jawaban aku tanpa perlu aku mengeluarkan kata!”
Jawaban yang diberikan Primus membuat keadaan di meja makan tersebut menjadi kurang nyaman. Merasa suasana sudah tidak kondusif Primus menuntaskan sarapannya lalu pamit. Melihat sikap suaminya yang memang sudah terbiasa seperti itu jika Zefa hendak berpergian tidak mau diambil pusing olehya toh sudah biasa juga seperti itu.
Primus melaju dengan motor besarnya tanpa diantar Zefa pagi ini dan memang keadaan seperti itu sudah sering terjadi dalam rumah tangga mereka. Zefa merapikan meja makan lalu langsung membersihkan diri sebab setelah itu dia harus segera menjemput Rina di rumahnya.
Baik Primus dan Zefa mereka tidak terlalu ambil pusing mengenai pertengkaran yang sudah biasa mereka lalui tersebut. Mereka melanjutkan aktivitas mereka masing-masing tanpa merasa kepikiran atau terganggu oleh pertengkaran tadi.
Primus tidak langsung mendatangi tempat usaha nya karena dia masih harus membeli beberapa bahan untuk toko serta rumah makannya dan dia sudah membuat janji dengan dua pegawainya agar mereka membantu dirinya.
Zefa dan Primus memang memiliki dua usaha tersebut yang mereka rintis sendiri walau tidak besar dan baru hanya bisa untuk menggaji karyawan serta modal kembali dua usaha itu tapi Primus bersyukur sebab dari sana dirinya bisa tetap memberikan nafkah pada Zefa walau sangat kekurangan untuk Zefa.
“Bagaimana, apa semuanya sudah ada sesuai dengan catatan yang kalian buat?” tanya Primus pada salah satu pegawainya.
“Iya Pak, semuanya sudah ada, komplit semua,” jawab pria tersebut.
“Oke, kalau gitu kita bisa langsung pulang sekarang dan kalian tolong bantu bawa yah karena saya masih ada sedikit urusan, kalau sudah sampai kerjakan seperti biasa,” balas Primus yang langsung dijawab anggukan kepala keduanya.
“Siap Pak, kami pergi dulu.”
“Oke, kalau ada kendala kalian bisa langsung hubungi saya karena sepertinya saya akan sangat terlambat nanti,” kembali Primus membalas.
Setelah kedua pegawainya putar badan sambil membawa barang belanjaan Primus pun mulai melangkah namun langkahnya yang baru lima jengkal terhenti karena ada suara wanita yang memanggil namanya dengan sangat jelas.
Primus pasang wajah terkejut seraya berkata, “Kamu, kok bisa ada disini?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments