Sekarang Rinni sudah berkerja, ia diterima di sebuah perusahaan real estate yang bergerak di bagian villa.
Devan mempunyai beberapa villa dibeberapa tempat dan kota tertentu.
satu hal yang tidak diketahuinya adalah saat ini ia berkerja di perusahaan Devan.
Dengan berbekal ijasah SMU ia pun di terima kerja Office girl atau di kenal dengan office boy.
pagi-pagi ia sudah berangkat kerja dengan sepedanya walaupun menempuh perjalanan 45menit tidak mematahkan semangatnya.
Sesampainya di perusaan ia pun memarkir sepedanya dan masuk ke dalam perusahaan melalui pintu yang tersedia khusus untuk OB.
" Hai... sudah sarapan? " tanya Mila yang juga berkerja sebagai OB.
" Sudah tadi dirumah." jawab Rinni.
" Yang lainnya belum datang? " tanya Rinni melihat ruang pantry nampak sepi.
" Sudah, cuma sudah pada tugas. " jawab Mila.
" Aku ganti pakaian dulu. "
Selesai berganti pakaian dengan seragam OB Rinni memasak air panas agar nanti bila ada yang memesan kopi tinggal dibuat.
Pukul 9 lewat Devan tiba diperusahaan sebenarnya tadi dia sudah berencana berangkat awal , karena menghadapi cercaan Indri Devan pun berubah mood.
pagi-pagi dia hampir saja bertekak dengan mamih nya.
andaikan kalau tadi dia tidak memikirkan orang yang mencerca nya adalah orang yang telah melahirkannya pasti akan di lawannya.
sebenarnya sejak tadi pagi Devan pun sudah bad mood ketika melihat sebuah berita yang di sosmed.
diakhir cercaan sangat mamih Devan hanya menghadapi dengan diam lalu beralasan kalau dia ada rapat
Dengan langkah kaki yang berbalut sepatu pantofel hitamnya dan Jas hitam yang berbalut tubuhnya semakin membuat kharismatik.
banyak yang memuji ketampanan duda ini namun hal itu tidak pernah terlalu di tanggapi nya.
" Rinn.. boleh aku minta tolong bantuanmu? '' tanya Toni seorang OB
" Iya, ada apa? "
" Aku disuruh Pak Herman untuk pergi mengirim paket ini sekarang tapi Bu Karlina meminta ku mengantarkan piring kosong padanya sekarang juga. " jelas Toni
" Terus? " tanyanya lagi.
" Mau kah kamu mengantarkan ini pada Bu Karlina?! " minta Toni
" Tpi aku tidak tahu dimana ruangannya dan orangnya. " kata Rinni
" Nanti kamu naik lift lalu tekan tombol angka 7 setelah sampai nanti kamu lihat sebelah kiri di ujung lorong itu ada sebuah meja dan kursi nah itulah mejanya kerjanya Bu Karlina. "jelas Toni
"Baiklah, aku pergi dulu jangan lupa sekalian sendoknya. "
" Terimakasih banyak ya Rinn. " ucap Toni lalu pergi.
Sesuai yang dijelaskan Toni padanya kini diikutinya dan tiba di lantai 7 .
dilihatnya kiri-kanan yang tampak sepi lalu diambilnya jalan kiri dan benar di ujung lorong sana ada seorang wanita yang sedang memoles lipstik.
Rinni menghampiri wanita itu dan matanya membola saat melihat wanita yang dihadapannya ini berpakaian begitu ketat terlebih dibagian depann.
" Kenapa lama sekali antarnya, padahal suruh cepat malah telat. "
" dasar , sini berikan. " ketus Karlina
Rinni memberikan piringnya pada Karlina.
karena kurang waspada sendok yang Karlina minta terjatuh dilantai.
" Kau... " Karlina menunjuknya.
" Maaf Bu, biar aku ambilkan yang baru lagi. " Rinni pun memunguti sendok yang ada di lantai
" Tidak perlu.
Buang waktu saja, tidak becus skali kau berkerja. " ketus Karlina.
" Maaf Bu. " Rinni pun berbalik tapi Karlina memanggilnya.
" Tunggu, kau OB baru? " tanya Karlina sambil berjalan keluar daru tempat duduknya.
" I.. iya Bu." jawab Rinni gugup.
" Pantesan, siapa namamu? " tanya Karlina.
" Rin.. ni Bu. " jawabnya
" Apa? coba ulang sekali lagi.! "
" Nama saya Rinni Bu. " jawabnya.
" Cih... kampungan sekali namamu. " ejek Karlina
" Maaf Bu, nama itu pemberian kedua orang tua saya. " Rinni mendengar saat Karlina mengatakan namanya kampungan.
" Lancang kamu ya, Siapa yang menyuruhmu berbicara? , pergi sana." bentak Karlina
Rinni pun tidak mau melawan Karlina lagi karena nantinya tidak ada habisnya yang ada pun ia akan dibuat tambah sakit hati.
jujur saja saat ini Rinni ingin menangis namun ia mencoba menahannya .
sambil menunggu pintu lift terbuka Rinni pun berdoa dalam untuk diberikan kekuatan.
" Ada apa Karlina? " Devan mendengar suara Karlina seperti sedang bertengkar membuatnya keluar untuk memeriksa.
" Itu tuh Pak OB baru tidak bagus kinerjanya. " Karlina menunjuk Rinni yang sedang berdiri di depan lift.
Devan membelalakkan matanya saat melihat wanita yang ditunjuk Karlina.
" Dia OB baru disini? " tanya Devan.
" Iya Pak, gimanalah pak Herman begitu mudah menerimanya. "
Devan pun tidak lanjut tanya lagi pada Karlina, karena salahnya seseorang bisa di atasi oleh bawahannya maka ia menyerahkan saja pada mereka.
" Dimana kopi ku? " tanya Devan pada Karlina.
" Oh maaf Pak saya lupa , sebentar ya pak aku akan meminta mereka mengantarnya sekarang. " ucap Karlina.
Rinni terus menghela nafas berkali-kali, saat berpapasan dengan temannya bernama Mila ia pun kembali memasang wajah senyum.
" Rin... antarkan ini ke ruangan Bos. " Mila meletakkan secangkir kopi di nampan.
" Aku mau antar ini ke ruangan HRD. " Mila pun pergi dan berjalan melewati Rinni begitu saja.
" Oh astaga harus ketemu si cewek medok lagi. " gumamnya sambil membawa nampan.
Didalam lift Rinni terus berdoa semoga sesampainya ia di sana tidak bertemu dengan si cewek medok yaitu Karlina.
saat lift sudah di lantai 6 Rinni menarik nafasnya dan di helanya hingga lift yang di naikinya berhenti tepat di lantai depan.
dengan was-was Rinni berjalan keluar ia pun juga takut terjepit di pintu lift
"Hulf untung saja orangnya tidak ada. " Rinni pun mempercepat jalannya
Tokk.. tokk..
" Masuk. " jawab Devan
Rinni diam mematung saat mendengar pemilik suara orang yang ada didalam.
" Kenapa suaranya mirip dengan... " gumamnya
" Rinni... Den Devan..." keduanya saling menyebut nama.
Devan dan Rinni berdiri mematung di depan pintu, keduanya saling bertatapan hingga sedetik kemudian Devan dan Rinni pun masing-masing tersadar dan memutuskan tatapan.
" Letakkan disana " titah Devan .
Devan sebenarnya tidak tahu kalau orang yang mengetuk pintunya itu adalah Rinni.
dia hanya penasaran dengan orang mengetuk pintunya dan saat disuruh masuk malah tidak masuk-masuk.
saat dia membuka pintunya Devan pun terkejut melihat Rinni berdiri didepan pintu.
Rinni meletakkan cangkir kopi dengan tangannya yang gemetar dan hal itu menimbulkan suara dentingan.
" Permisi. " ucap Rinni saat akan pergi keluar.
" Tunggu Rinn... " Panggil Devan
" Ya Pak.. " jawabnya dengan gugup.
"Apa kau sibuk? " tanya Devan
" Sedikit Pak, . "
" Hmm pergi lah lanjutkan perkerjaanmu. "Devan pun mengurungkan niatnya lalu menyuruhnya pergi.
" Baik Pak., " Rinni pun keluar dengan menutup pintu dengan pelan pelan.
Disaat Rinni berbalik badan ia terlonjak kaget karena melihat Karlina berjalan datang.
dengan cepat cepat Rinni berjalan agar tidak lagi ada di marahi oleh di medok.
" Hei... "
" Selamat siang Bu. " Rinni pun langsung berjalan ke arah pintu darurat.
" Dasar anak aneh. " gumam Karlina.
...****************...
✿°•∘ɷ∘•°✿ ... ✿°•∘ɷ∘•°✿ ... ✿°•∘ɷ∘•°✿
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments